Intisari-Online.com - Perusahaan mobil listrik asal Amerika Serikat (AS), Tesla, disebutkan menelpon Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan.
Hal itu diakui sendiri oleh Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan.
Kata Luhut, Tesla menelponnya pada Kamis (24/3/2022) pagi.
Di mana Tesla menyampaikan keinginannya untuk membangun pabrik baterai lithium di Indonesia.
Namun Luhut malah memperingatkan balik Tesla.
Dia meminta perusahaan asal AS itu untuk tidak lagi mendikte Pemerintah Indonesia.
Karena menurutnya Indonesia tidak akan mengalami kerugian meskipun menolak kesepakatan dengan Tesla.
"This countries not banana republic. This country is great country," kata Luhut seperti dilansir dari kompas.com pada Jumat (25/3/2022).
Apa arti dari 'banana republic' yang dimaksud Luhut?
Dalam ilmu politik, rupanya 'banana republic' atau republik pisang merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan negara yang tidak stabil secara politik dengan ekonomi.
Ketidakstabilan itu dikarenakan mereka bergantung pada ekspor produk sumber daya terbatas.
Istilah 'banana republic' pernah dipakai untuk menggambarkan Honduras dan negara-negara tetangga di bawah eksploitasi ekonomi oleh perusahaan AS, seperti United Fruit Company (sekarang Chiquita Brands International).
Pada waktu itu, militer AS terlibat dalam Perang Pisang atau The Banana Wars.
Seorang veteran AS bernama Smedley Butler menceritakan bagaimana The Banana Wars berlanngsung.
Mengutip dari allthatsinteresting.com pada Jumat (25/3/2022), United Fruit Company memiliki kepentingan dalam menjaga kestabilan perkebunan di Amerika Tengah.
Akan tetapi para pekerja melakukan aksi mogok kerja.
Alasannyaa karena para pekerja diminta bekerja berjam-jam dalam kondisi yang keras. Akan tetapi upah yang diberikan kurang dari upah layak.
Lalu agar kepentingan bisnis mereka tetap baik, mereka meminta Angkatan Darat AS untuk menindak mereka.
Selanjutnya, pasukan AS dikirim ke Republik Dominika pada mulai tahun 1916.
Alasannya sama. Ada pemberontakan di negara itu dan membuat perkebunan tebu milik Amerika rusak.
Pasukan AS lalu mulai melindungi kepentingan bisnis mereka.
Terakhir, pasukan AS pergi ke Honduras karena United Fruit Company dan Standard Fruit Company mengkhawatirkan penjualan pisang mereka.
Di sana lagi-lagi para pekerha melakukan pemogokan.
Akibatnya, ratusan tentara AS dan ribuan penduduk setempat tewas dalam Perang Pisang.
Pada akhirnya, pemogokan dan revolusi sukses dihentikan dan diakhiri. Keuntungan perusahaan pun tetap dipertahankan.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR