Tapi tidak ada yang datang dari usaha itu.
SoftBank mengatakan penarikan itu tidak akan mempengaruhi minatnya untuk mendanai start-up masa depan di Indonesia, yang membuat langkah cepat dalam membangun ekonomi digital.
Bank tersebut sudah memiliki saham di raksasa Internet GoTo, merger antara perusahaan rintisan Gojek dan perusahaan e-commerce Tokopedia.
Son mempersiapkan alasan untuk keluarnya SoftBank dari proyek modal baru dengan membuat “tuntutan yang tidak masuk akal,” termasuk desakannya bahwa rencana pemerintah untuk populasi 50 juta jika Nusantara ingin memenuhi skala ekonomi yang diperlukan untuk membuat itu "dapat diinvestasikan."
Dia juga dilaporkan mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan relokasi semua industri dari Jabodetabek ke Kalimantan Timur, yang menyebabkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menghapus Softbank dari daftar calon investor pada awal tahun lalu.
“Sepertinya cara yang sopan untuk mengatakan 'Tidak' kepada presiden,” kata seorang mantan pejabat pemerintah yang akrab dengan presentasi yang dilakukan Son kepada sekelompok orang Indonesia terkemuka.
“Semua orang di ruangan itu menentang gagasan (memindahkan ibu kota).”
Jakarta dipermalukan dua kali lipat oleh fakta bahwa Son duduk di komite pengarah yang mengawasi pembangunan ibu kota, bersama dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammad bin Zayed Al Nahyan dan mantan perdana menteri Inggris Tony Blair.
Blair bertemu dengan Presiden Joko Widodo pada akhir Februari untuk mendengar tentang kemajuan usaha tersebut, tetapi orang dalam mengatakan presiden juga ingin membahas G20, yang dijadwalkan di Bali pada akhir Oktober, dan apa dampak invasi Rusia ke Ukraina pada pertemuan tersebut.
Luhut dengan tegas menyatakan: "Tidak ada lagi Masayoshi, dia keluar.”
KOMENTAR