Penulis
Intisari-Online.com -Rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, kian nyata.
Proyek ini memasuki babak baru pasca ditetapkannya Rancangan Undang-undang Ibu Kota Negara (RUU IKN) menjadi Undang-undang IKN dalam rapat paripurna DPR RI, Selasa (18/1/2021).
Para perencana sedang membayangkan sebuah utopia lingkungan untuk Nusantara.
Rencananya warga dapat berjalan kaki hanya 10 menit berjarak dari ruang rekreasi hijau.
Setiap gedung bertingkat akan menggunakan 100% konstruksi ramah lingkungan dan hemat energi.
Dari perjalanan yang dilakukan di dalam kota, 80% akan dilakukan dengan transportasi umum atau berjalan kaki atau bersepeda.
Tetapi Kian Goh, pengamat perencanaan kota dariUniversity of California, Los Angeles meragukan hal ini.
“Pertanyaan besarnya, tentu saja, adalah bagaimana dan apakah mereka akan mencapai ambisi ini,” kata Kian Goh sebagaimana diwartakan Sience.org, Kamis (3/2/2022).
Baca Juga: Mengapa Kerajaaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim? Simak Penjelasan Berikut Ini
Menurutnya, efek limpahan sebagai Ibu Kota Negara termasuk deforestasi mungkin akan lebih tinggi.
Memindahkan kursi pemerintahan dan perkiraan 4,8 juta pekerja tidak akan banyak meringankan beban Jakarta, kataEdvin Aldrian, ahli iklim di Badan Riset dan Inovasi Nasional Indonesia.
“Jakarta akan tetap menjadi pusat ekonomi Indonesia … dan masih harus menangani masalah sosial dan lingkungan,” kata Goh.
Nusantara, yang akan dibangun secara bertahap hingga tahun 2045, akan mencakup 2.560 km2 , sekitar dua kali luas kota New York.
Seperti Amerika Serikat, Brasil, dan negara-negara lain yang membangun ibu kota baru dari nol, Indonesia berharap dapat menciptakan kota yang modern, terencana secara rasional, dan untuk Indonesia akan menjadi kota hijau 0 emisi.
Namun, hal itu membuat para kritikus skeptis karenasektor energi terbarukan Indonesia saat ini hanya menyediakan 11,5% dari energi nasional.
Kelompok peduli lingkungankhawatir bahwa sebagai pengganti sementara Nusantara dapat mengandalkan listrik dari berbagai pembangkit listrik tenaga batu bara Kalimantan.
Dan meskipun transportasi umum yang dirancang dengan baik mungkin menjauhkan mobil dari jalan raya, kemungkinan akan ada perjalanan udara yang ekstensif antara ibu kota baru dan Jakarta, sekitar 1300 kilometer jauhnya.
Baca Juga: Bagaimana Kronologi Sejarah Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai?
Pembangunan yang jelas akan menarik kegiatan ekonomi ini ditakutkan menyebabkan deforestasu,ata David Gaveau, ahli ekologi lanskap yang mengepalai TheTreeMap.
“Solusinya terletak pada pemulihan semua lahan terdegradasi agar difungsikan seperti semula: hutan,” kata Gaveau.
(*)