Padahal Ukraina Hancur Total Kena Amukan Militer Rusia, Benarkah Kebanyakan Orang Indonesia Sebenarnya Mendukung Rusia, Ini Alasannya

May N

Editor

(ilustrasi) Tentara Ukraina memegang senjata anti tank NLAW di luar kota Kyiv
(ilustrasi) Tentara Ukraina memegang senjata anti tank NLAW di luar kota Kyiv

Intisari - Online.com -Hampir dua pekan ini pembicaraan mengenai perang Rusia-Ukraina ramai di media sosial, didominasi oleh keberpihakan dan kekaguman publik Indonesia kepada Rusia.

Sosok Presiden Rusia Vladimir Putin dianggap sebagai strong man, berwibawa dan banyak publik Indonesia kagum kepadanya.

Platform pemantauan dan analisis digital Evello pun memperhatikan fenomena ini.

Melansir Kompas.com, sikap ini didasari oleh ketidaksukaan sebagian besar masyarakat Indonesia pada Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Akan tetapi peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur, Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, menilai sikap publik yang condong pro-Rusia ketimbang Ukraina ini sesungguhnya dikarenakan pemahaman masyarakat yang minim tentang Ukraina.

Kondisi ini menyebabkan publik mudah termakan narasi dominan dari kalangan elite dan akademisi yang menganggap persoalan ini merupakan konflik geopolitik antara Rusia dan Amerika Serikat.

Data yang diperoleh Evello di Instagram, TikTok, Twitter, dan YouTube pada periode 23 Februari hingga 14 Maret 2022, terjadi peningkatan perhatian pengguna media sosial di Indonesia atas perang Rusia-Ukraina.

Hal itu ditunjukkan dengan jumlah pemberitaan tentang invasi Rusia ke Ukraina yang mencapai 96.000 artikel berita.

Baca Juga: Vladimir Putin Dijamin Langsung Skakmat! Bukan Amerika Apalagi China, Justru Negarayang Alami Kelaparan Inilah yang Bisa Membuat Rusia Bertekuk Lutut,Kuncinya Ada di Joe Biden

Baca Juga: Bak Dikutuk untuk Jadi Negara Pembuat Onar, Israel Lumpuh Total oleh Serangan Tak Kasat Mata Hanya 2 Hari Usai Diminta Zelensky Damaikan Ukraina dengan Rusia

Puluhan ribu berita tersebut, kata pendiri Evello Dudy Rudianto, dibagikan ke jejaring Facebook Indonesia, baik melalui akun halaman Facebook, grup, hingga akun pribadi sebesar 1,6 juta kali.

"Dari data-data tersebut, Evello menyimpulkan jika intensitas perhatian pengguna media sosial Indonesia terkait perang Rusia-Ukraina sangat tinggi. Selain artikel berita, YouTube menjadi rujukan untuk mencari informasi perang Rusia-Ukraina," ujar Dudy Rudianto dilansir dari BBC.

Lebih rinci data Evello menunjukkan informasi tentang serangan militer Rusia ke Ukraina yang tayang di YouTube Indonesia telah ditonton sebanyak 554 juta kali dengan jumlah percakapan mencapai 2,3 juta komentar.

Sementara video Instagram perang Rusia-Ukraina telah dilihat 72 juta kali dengan komentar sebanyak 727.000.

Kemudian di video TikTok, invasi Rusia ke Ukraina juga sudah ditonton 526 juta kali.

Adapun di Twitter, terdapat 22.000 akun yang membicarakan perang ini.

Sikap publik Indonesia atas perang Rusia-Ukraina

Dudy Rusdianto mengatakan, setidaknya ada tiga sikap yang ditunjukkan warganet terhadap serangan militer Rusia ke Ukraina.

Baca Juga: Salah Kaprah Sebut Ukraina Kalah Telak dari Rusia,Sniper Ini Justru Bocorkan Kondisi Ukraina Sebenarnya, Sampai Gunakan Cara Berperang Kelompok Radikal Ini

Baca Juga: Muak dengan Sikap 'Menye-menye' Barat, Rusia Akhirnya Beri Ancaman Paling Mengerikan kepada para Tentara Bayaran di Ukraina, Apalagi Usai Inggris Keceplosan Ini

"Pertama, ketidaksukaan terhadap Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Amerika Serikat. kedua, kekaguman pada sosok Presiden Vladimir Putin, dan terakhir adanya simpati kepada rakyat Ukraina dan Presiden Volodymyr Zelensy," papar Dudy.

Namun demikian, dari empat platform media sosial yang diteliti mulai dari Twitter, YouTube, Instagram, dan TikTok, mayoritas warganet cenderung berpihak pada Rusia.

Dudy mencontohkan Twitter, jumlah akun yang membicarakan Presiden Putin 71 persen lebih besar dibandingkan Zelensky.

Percakapan yang mengemuka di Twitter, sambung Dudy, didasari oleh ketidaksukaan kepada NATO dan Barat.

Perbincangan tentang Presiden Putin pun, katanya, sangat dominan atau mencapai 94 persen oleh pengguna TikTok di Indonesia.

"Demikian halnya di Instagram, kecenderungan pengguna media sosial untuk memperbincangkan Putin cenderung dominan dibandingkan Zelensky sebesar 74 persen."

Pemantauan Evello, percakapan atas perang Rusia-Ukraina bersifat alami.

Para pengguna yang menyatakan dukungannya terhadap Rusia dan Putin pun, tidak ada yang dimotori oleh pendengung ataupun akun-akun palsu.

Baca Juga: 'Konfrontasi Langsung NATO dan Rusia adalah Perang Dunia 3,' Joe Biden Buka Suara soal Peluang Perang Dunia 3 dan Program Senjata Biologis

Baca Juga: Usai Memasok 1.000 Senjata Anti-tank ke Ukraina, Kini Jerman Akan Borong 35 Jet Tempur F-35 dari AS untuk Jaga-jaga Perang seperti Rusia dan Ukraina

"Tidak ada akun bot yang bertebaran," tegas Dudy.

Ukraina jadi tidak penting

Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, mengatakan ada empat faktor mengapa warganet Indonesia pro terhadap Rusia.

Sejak lama, katanya, publik Indonesia memiliki sikap politik yang anti-Amerika Serikat atau Anti-Barat terutama setelah perang melawan terorisme.

Hanya saja ketika media sosial belum populer, tidak banyak yang menunjukkan sikap tersebut secara terbuka semisal dengan aksi demonstrasi.

"Sekarang era media sosial, begitu ada berita, perasaan itu lebih mudah muncul dan langsung diutarakan," terang Radityo kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (14/3/2022).

Akan tetapi invasi Rusia ke Ukraina dipotret oleh publik Indonesia sebagai Rusia melawan Amerika Serikat atau NATO.

"Ukraina-nya jadi tidak penting."

Baca Juga: Berniat Mulia Jadi Tentara Asing untuk Bantu Ukraina Melawan Rusia, Sukarelawan Tentara Asing dari Negara-negara Ini Justru Bisa Terancam Konsekuensi Hukum

Baca Juga: Bukan Inggris Atau AS, Setengah Mati Ukraina Malah Tuding Israel Supaya Menjadi Negara Penengah yang Mendamaikannya dengan Rusia, Ternyata Ini Alasannya!

Kondisi seperti itu, jelas Radityo, membuat masyarakat Indonesia seolah-olah berpihak pada Rusia.

Padahal menurutnya, tidak peduli siapa pun yang berseberangan dengan Amerika Serikat, maka akan didukung.

"Jadi dukungan (ke Rusia) lebih ke situ. Perasaan bahwa AS dan Barat sudah semena-mena terutama kepada negara Islam.

Sehingga jika ada yang berani melawan AS dan Barat, mereka (publik Indonesia) mendukung."

Faktor kedua karena sosok Presiden Vladimir Putin yang dinilai tegas.

Rakyat Indonesia, menurut Radityo, mudah terkesima dengan penampilan pemimpin yang tegas dan kuat karena mengingatkan citra itu pada mantan Presiden Sukarno.

"Apalagi romantisme dengan masa lalu Sukarno yang tegas anti-Barat sangat dominan. Image Putin terlihat seperti itu di mata masyarakat Indonesia. Apalagi dia mantan intelijen. Sementara Zelensky, komedian."

Hal lain, didorong oleh sentimen agama.

Baca Juga: Bukan Bumi yang Jadi Sasarannya, Rusia Ancam Akan Jadikan Ruang Angkasa Sebagai Target Ini Jika Barat Sampai Berani Terus-Terusan Beri Sanksi

Baca Juga: Ekonominya Jelas Hancur Lebur Diratakan Rusia, Ukraina Ternyata Masih Nekat Cari Cuan melalui NFT Demi Beli Senjata Militer untuk Perang dengan Rusia

Meskipun di masa lalu Uni Soviet pernah menyerang Afghanistan, Suriah, dan Chechnya, tapi kini Rusia--melalui diplomasi publik--mampu mengubah pandangan dari musuh menjadi sahabat kaum Muslim.

Di Rusia, katanya, Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks. Bangunan masjid didirikan di banyak tempat. "Hal itu dilihat oleh kelompok Islam di Indonesia.

"Makanya banyak video atau artikel dalam bahasa Indonesia yang penontonnya jutaan dan menganggap Rusia adalah rekan bagi kelompok Islam."

Terakhir adalah diplomasi publik Rusia yang banyak memberikan beasiswa kepada ratusan mahasiswa untuk belajar ke negara itu.

Yang menarik, katanya, narasi yang dikembangkan dari para lulusan penerima beasiswa itu atas invasi Rusia ke Ukraina, sama persis dengan Pemerintah Rusia.

"Bahwa apa yang dilakukan Rusia, hanya operasi militer. Itu sudah menunjukkan keberpihakan posisi."

Parahnya, analisa yang pro-Rusia tersebut ditelan mentah-mentah oleh masyarakat Indonesia.

Apalagi pengetahuan publik Indonesia tentang apa yang melatari konflik Ukraina dengan Rusia, sangat minim.

Baca Juga: Bak Ingin 'Ledakan' Kepala Biden yang Sudah Pusing dengan Perang Rusia-Ukraina, Korea Utara Disebut Luncurkan Rudal Lagi, Acara di Korsel Ini 'Sasarannya'

Baca Juga: Padahal Negaranya Gudang Senjata Militer, Rusia Kepergok Minta Bantuan Senjata ke China untuk Perang dengan Ukraina, Ini Hukuman yang Menanti China Jika Terbukti

Untuk diketahui ketegangan di kawasan itu turut dipicu oleh sikap Rusia yang mengakui kemerdekaan dua wilayah di Ukraina yakni Luhansk dan Donetsk.

"Jadi mudah sekali di balik narasinya dan sangat mudah menganggap ini hanya konflik geopolitik besar antara Rusia dengan Amerika Serikat.

"Kalau narasi di level elite dan akademisi seperti itu, ya terbayang dong di bawah yang enggak paham seperti apa. Termakan oleh narasi yang dominan itu."

Kepopuleran Kedutaan Besar Rusia daripada Ukraina pun, menurut dia, turut menyokong keberpihakan warga Indonesia.

Radityo merujuk pada pengikut akun Kedutaan Besar Rusia di Indonesia @RusEmbJakarta dan interaksi percakapannya lebih besar ketimbang Kedutaan Besar Ukraina @UKRinINA.

"Sehingga begitu ada perang, mudah sekali simpati publik diberikan kepada yang mereka kenal atau lebih tahu."

Rakyat Indonesia dicap munafik

Bagi Radityo sikap publik Indonesia yang tidak seragam membela korban invasi--seperti yang terjadi pada Palestina--berdampak pada hilangnya legitimasi moral sebagai bangsa.

Baca Juga: Namanya Dulu Terkenal Setelah Jadi Eksekutor Osama Bin Laden, Tentara Amerika Ini Mendadak Soroti Perang Rusia-Ukraina sambil Berikan Ancaman Begini pada Vladimir Putin

Baca Juga: Bak Pedang Bermata Dua, Rupanya Sanksi yang Dijatuhkan Barat pada Rusia Akan Membuat Dunia Mengalami 6 Hal Mengerikan Ini, Eropa Paling Babak Belur

"Kita enggak bisa lagi banyak komentar, karena kita ragu-ragu ketika dihadapkan pada situasi begini dan masyarakat kita mudah sekali diubah posisinya karena keberadaan AS."

Lebih dari itu, posisi masyarakat Indonesia di mata dunia terkesan hipokrit atau munafik.

Sebab publik akan cenderung peduli jika korban penindasan adalah kelompok Islam.

"Kalau bukan (kelompok Islam), kesannya tidak mendukung. Ini agak mengkhawatirkan."

Baca Juga: Bak Bocah Kecil yang Baru Ditampar Kakaknya, Zelensky Akhirnya Akui Dirinya Kapok Kobarkan Perang, Bantuan Barat pun Cuma Bikin Dirinya Makin Pusing karena Ini

Baca Juga: Vladimir Putin Dalam Bahaya, Mantan Pemimpin Militer Inggris Sebut NATO Harus Siap Habisi Pemimpin Rusia Itu Agar Perang Rusia-Ukraina Berakhir dengan Kemenangan NATO

Artikel Terkait