Siapakah Tokoh-tokoh Pendidikan Internasional yang Mempengaruhi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang Pendidikan?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Siapakah tokoh-tokoh pendidikan internasional yang mempengaruhi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan? (Kompas.ID)
Siapakah tokoh-tokoh pendidikan internasional yang mempengaruhi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan? (Kompas.ID)

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com -Ki Hadjar Dewantara tak hanya tokoh pergerakan nasional. Dia juga tokoh pendidikan, dan lebih dari itu, dia adalah didapuk sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.

Lalu kita-kita bertanya-tanya, siapakah tokoh-tokoh pendidikan internasional yang mempengaruhi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan? Setidaknya ada tiga tokoh yang mempengaruhinya.

Tiga sosok itu adalah Friedrich Frobel, Maria Montessori, dan Rabindranath Tagore.

Friedrich Frobel adalah pendiri taman kanak-kanak. Dia dikenal sebagia seorang pedagogik terkemuka asal Jerman. Sedangkan Maria Montessori adalah seorang ahli pendidikan dari Italia. Sementara Rabindranath Tagore adalah penyair, filsuf, dan tokoh terkemuka asal Bengali, India. Sejak pulang dari Belanda, Ki Hadjar banyak terpengaruh olehnya.

Lebih dari itu, Tagore adalah peraih Nobel Sastra pertama dari luar Eropa. Yang juga menarik, Tagore disebut pernah berkunjung ke Taman Siswa di Yogyakarta, begitu juga dengan Montessori. Tagore berkunjung pada 1927.

Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara

Mengutip Kompas.com, menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya pendidikan budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran, serta tubuh anak. Ki Hajar Dewantara menjabarkan bahwa tujuan pendidikan terbagi menjadi tiga. Apa saja?

1. Membentuk budi didik yang halus pada pekerti peserta

2. Meningkatkan kecerdasan otak peserta didik

3. Mendapatkan kesehatan badan pada peserta didik

Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka pendidikan harus memiliki kesatuan konsep yang jelas, meliputi:

Ing Ngarsa Sung Tuladha: sebagai guru atau pendidik harus bisa menjadi teladan untuk semua peserta didik.

Ing Madya Mangun Karsa: pendidik mampu menciptakan ide bagi peserta didik.

Tut Wuri Handayani: pendidik harus mampu memberikan motivasi dan arahan untuk peserta didik.

Ketiga hal itu merupakan semboyan yang dicetus oleh Ki Hajar Dewantara. Apabila dilihat dari tujuan pendidikannya, maka peserta didik perlu menjalani proses yang luas yang dapat dilakukan melalui pendidikan formal atau nonformal.

Visi pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Ditulis Kompas.ID, hakikah pendidikan menurut Ki Hadjar adalah seluruh daya upaya yang dikerahkan secara terpadu untuk tujuan memerdekaan aspek lahir dan batin manusia. Pengajaran dalam pendidikan dimaknai sebagai upaya membebaskan anak didik dari ketidaktahuan serta sikap iri, dengki dan egois. Anak didik diharapkan berkembang menjadi manusia dewasa dan bijaksana.

Dia juga menekankan tentang pendidikan budi pekerti. Menurutnya,seseorang yang memiliki kecerdasan budi pekerti adalah yang mampu selalu memikir-mikirkan, merasa-rasakan, serta senantiasa memakai ukuran, timbangan dan dasar yang tetap dalam perkataan dan tindakan.

Budi pekerti ini menjadi landasan tiap peserta didik untuk mencapai kemerdekaan sebagai manusia yang berarti dapat memerintah dan menguasai diri sendiri, serta menjadi manusia yang beradab. Namun, kemerdekaan yang dimaksud tidak berhenti pada pengusaan diri sendiri saja, namun juga sikap menghormati kemerdekaan orang lain.

Visi pendidikan demikianlah yang melandasi penilaian Ki Hadjar Dewantara terhadap pendidikan Barat yang dianggap tidak sesuai dengan karakter anak bangsa. Pendidikan barat cenderung bersifat regering, tucht, orde (perintah, hukuman dan ketertiban). Karakter pendidikan seperti ini akan merusak budi pekerti anak didik sebab hidup di bawah paksaan dan tekanan.

Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pertama ini, pendidikan yang sesuai dengan karakter dan budaya Indonesia tidak memakai syarat paksaan. Sebaliknya, nilai-nilai yang semestinya ditanamkan adalah kasih sayang, cinta kedamaian, persaudaraan, kejujuran, kesopanan, dan penghargaan terhadap kesetaraan derajat manusia.

Peserta didik seyogianya diberi ruang yang luas untuk mengksplorasi potensi diri kemudian berekspresi secara kreatif. Sementara itu, pendidik atau pamong berperan sebagai penuntun proses pengekspresian potensi-potensi diri peserta didik agar terarah positif dan tidak desktruktif.

Peran pamong tersebut tercermin dalam tiga semboyan pendidikan yang diterapkan, yaitu Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Artinya pendidik adalah yang memberi teladan di depan, menyemangati dan memotivasi di tengah-tengah siswa, dan mendukung serta menopang dari belakang.

Asas pendidikan Ki Hadjar Dewantara

Setidaknya ada lima asas pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, yang dikenal sebagai pancadharma. Pancadharma meliputikodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan.

Asas kodrat alam meyakini bahwa secara kodrati akal-pikiran manusia dapat berkembang dan dikembangkan. Dalam konteks ini pendidikan adalah pengembangan kemampuan berpikir manusia yang dilakukan secara sengaja dan direncanakan. Peserta didik diyakini memiliki potensi yang dibawa sejak lahir yang selayaknya dikembangkan

Selanjutnya asas kemerdekaan berprinsip bahwa pengajaran yang ditujukan untuk peserta didik diarahkan untuk merdeka batin, pikiran dan tenaganya. Pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan searah, namun membebaskan peserta didik untuk merdeka mengembangkan dirinya secara mandiri.

Asas yang ketiga adalah asas kebudayaan. Dengan asas ini, pendidikan disadari sebagai sebuah proses yang dinamis dan tidak berhenti. Seiring dengan majunya zaman, kebudayaan juga akan terus berkembang. Itulah sebabnya pendidikan semestinya menyesuaikan tuntutan alam dan zaman yang baru.

Berikutnya asas kebangsaan. Asas ini memperjuangkan prinsip rasa kebangsaan yang harus tumbuh dalam dunia pengajaran. Pendidikan diharapkan mengatasi segala perbadaan dan diskriminasi berdasarkan daerah, suku, keturunan dan agama. Kebangsaan adalah sesuatu yang melampaui konotasi, rasial biologis, status sosial maupun keagamaan.

Pancadharma yang terakhir adalah asas kemanusiaan. Asas ini menempatkan posisi manusia Indonesia dalam hubungannya dalam persahabatan antarbangsa. Dalam konteks ini pendidikan harus mengarahkan peserta didik untuk menjalin persahabatan dengan bangsa lain, bukan sebaliknya menumbuhkan permusuhan.

Itulahtokoh-tokoh pendidikan internasional yang mempengaruhi pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan. Semoga bermanfaat.

Artikel Terkait