Penulis
Intisari-Online.com - Hingga hari Selasa (15/3/2022) ini, perang Rusia dan Ukraina terus terjadi.
Akibat dariperang Rusia dan Ukraina itu, Rusia menerima banyak sanksi.
Mulai dari Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Inggris, Jepang, hingga negara-negara lainnya.
Meski begitu hanya ada satu negara yang bisa membuat Rusia bertekuk lutut.
Bahkan negara ini juga bisa menghancurkan masa depan Rusia.
Negara manakah itu? Dan apa alasannya?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Selasa (15/3/2022), rezim Presiden Rusia Vladimir Putinsebagian besar didanai dan dibiayai oleh penjualan bahan bakar karbon.
Bahkan 43 persen mengejutkan dari anggaran Rusia berasal dari royalti minyak dan gas.
Dana yang melimpah inilah yangmemberi Putin sarana keuangan untuk mendanai kampanye militer dan agenda politiknya melawan Barat.
Perang di Ukraina telah membuat harga minyak meroket hingga lebih dari 100 Dollar AS per barel.
Hal ini tentu membantumengisi lebih banyak mengisi pundi-pundi keuangan Kremlin.
Namun, seorang jurnalis investigasi terkemuka berpendapat ada cara sederhana untuk mematahkan upaya perang Putin dan rezimnya.
Greg Palast percaya bahwa AS dan sekutunya harus mencabut embargo Venezuela yang kejam, gila, dan tidak dapat dibenarkan.
"Venezuela mampu memompa dua juta barel minyak per hari untuk ekspor," ungkapGreg Palast.
"Jika Presiden AS Joe Biden mengumumkan berakhirnya embargo, harga minyak akan menukik dalam 20 menit."
"Namun, AS dan Eropa telah mengepung Venezuela, menghentikan segalanya mulai dari makanan hingga pasokan suku cadang untuk membuat industri minyaknya kembali beroperasi."
Mantan jurnalis BBC itu menambahkan: "Berhentimembuatekonomi Venezuela dan membuat rakyat Venezuela kelaparan."
"Venezuela bukanlah musuh Amerika. Juga tidak menginvasi negara manapun."
"Namun dengan begitu, harga minyak akan jatuh."
Donald Trump pertama kali menjatuhkan sanksi terhadap industri perminyakan Venezuela pada tahun 2017.
Selama krisis presiden 2019, AS menargetkan perusahaan minyak dan gas alam milik negara Venezuela PDVSA dengan sanksi lebih lanjut.
Langkah itu dipandang sebagai upaya untuk menekan Presiden petahana Nicolas Maduro untuk mengundurkan diri demi penantangnya Juam Guaido.
Palast menuduh Barat munafik sehubungan dengan posisinya saat ini terhadap Venezuela.
Dia berkata: "Alasan yang saya dengar dari Partai Republik dan Demokrat adalah bahwa Venezuela bukan negara demokratis."
"Apakah mereka berbeda dengan Arab Saudi, Kazakhstan, Qatar, dan Rusia?"
“Sangat menarik bagi saya bahwa Uni Eropa memblokade minyak dari Venezuela, tetapi terus mengambil minyak dari Rusia.”
Dia menyimpulkan: "Akhiriembargo Venezuela dan kapal tanker penuh LNG (Gas Alam Cair) dari negara Amerika Selatan dapat memotong tali pipa Putin dari sekitar leher Eropa."
Saat ini, UE menghabiskan sebanyak 1 miliar Dollar AS per hari untuk membayar batu bara, gas, dan minyak yang diimpor dari Rusia.
Salah satu pelanggan energi terbesar Rusia di Eropa adalah Jerman.
Jerman menerima 55 persen gas alamnya, 52 persen batu baranya, dan 34 persen minyak mineralnya dari Rusia.