Bukan Inggris Atau AS, Setengah Mati Ukraina Malah Tuding Israel Supaya Menjadi Negara Penengah yang Mendamaikannya dengan Rusia, Ternyata Ini Alasannya!

Afif Khoirul M

Penulis

Bendera Israel.

Intisari-online.com - Sejauh ini, Ukraina dan Rusia telah mencoba untuk melakukan negosiasi.

Meski ada negara-negara kuat seperti Amerika Serikat dan Inggris, Ukraina justru memilih Israel untuk menjadi penengahnya.

Russian Today,pada 13 Maret melaporkan bahwa Presiden Ukraina Zelensky berharap bahwa pembicaraan damai.

Pembicaraan yang akan datang dengan Rusia akan diadakan di Israel, bukan di Belarus.

Zelensky mengatakan dia telah meminta Perdana Menteri Israel Naftali Bennett untuk mempercepat pertemuan dengan delegasi Rusia di Yerusalem.

"Misi diplomatik Ukraina dan Rusia sedang mendiskusikan sejumlah masalah. Negosiasi langsung, bukan dengan ultimatum," kata Zelensky pada konferensi pers dengan media asing.

Zelensky mengatakan bahwa negosiasi baru-baru ini antara Ukraina dan Rusia di Belarusia tidak membuahkan hasil yang diharapkan.

Zelensky juga mengatakan bahwa negara dengan pandangan netral seperti Israel adalah pilihan ideal untuk menengahi.

Baca Juga: Pantas Sampai Buru-buru Tutup Akun Twitter Pembongkarnya, Terkuak Rencana Busuk AS di Ukraina, Kembangkan Senjata yang Nyaris Tak Ada 'Penangkalnya'

Baca Juga: Diam Tak Berkomentar Apapun Soal Konflik Rusia-Ukraina, Siapa Sangka Israel Sebenarnya Membantu Ukraina di Balik Layar, Bahkan Ukraina sampai Memelas Hal Ini dari Israel

"Saya berbicara dengan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett. Saya mengatakan kepadanya bahwa bukanlah ide yang baik untuk mengadakan pertemuan di Belarus," katanya.

"Saya mengacu pada pertemuan di tingkat kepemimpinan Rusia dan Ukraina. Saya pikir Israel dapat menengahi dan Yerusalem harus menjadi tempat negosiasi," imbuhnya.

"Saya menyarankannya kepada Tuan Naftali Bennett dan dia memiliki ide yang sama," kata Zelensky.

Menurut presiden Ukraina, jika negosiasi berhasil, Kiev membutuhkan sebuah negara untuk maju untuk memastikan bahwa konflik dengan Rusia akan diselesaikan sesuai kesepakatan, dan bahwa Israel dapat mengambil alih peran ini.

Sebelumnya, pada 12 Maret, Jerusalem Post melaporkan bahwa Perdana Menteri Israel Naftali Bennett telah meminta Presiden Ukraina Zelensky untuk menerima kondisi yang ditawarkan oleh Rusia dan menyerah untuk segera mengakhiri konflik.

Kiev dan Israel kemudian bersama-sama menyangkal informasi ini.

Presiden Zelensky menekankan bahwa jika Rusia tidak siap untuk berunding, Ukraina akan terus melawan, meskipun tidak memiliki keunggulan dalam daya tembak, terutama di angkatan udara.

Zelensky mengatakan bahwa Ukraina sangat membutuhkan senjata antipesawat dan siap menggunakan sisa uang negara untuk membeli senjata tersebut.

Baca Juga: Sebut Tindakan Putin Menyebabkan Tragedi, 2 Oligarki Yahudi-Rusia Menyerukan untuk Mengakhiri 'Pertumpahan Darah' di Ukraina

Baca Juga: Bergantung pada Kubah Besi untuk Lindungi Wilayahnya dari Serangan Udara, Kini Israel Juga Kembangkan C-Dome, Apa Bedanya dengan Iron Dome?

Sampai saat ini, delegasi Rusia dan Ukraina telah bertemu tiga kali di Belarus untuk mencari solusi damai atas konflik tersebut, tetapi tidak banyak berhasil.

Pada 10 Maret, pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di kota Antalya (Turki) juga gagal menghasilkan pernyataan bersama yang bertujuan untuk meredakan ketegangan.

Setelah pertemuan, Sergey Lavrov menekankan bahwa dia tidak akan mengambil keputusan apa pun di luar kerangka negosiasi yang berlangsung di Belarus.

Artikel Terkait