Keduanya membantu Indonesia membangun pembangkit listrik bertenaga baterai lithium-ion di dekat Jakarta, dengan memberi investasi USD 1.1 miliar.
Baterai itu akan digunakan di mobil listrik Hyundai dan Kia, termasuk beberapa yang dirakit di Indonesia, tapi pemerintah mengatakan perusahaan manufaktur itu bisa memberikan baterai senilai USD 600 juta untuk ladang sel surya.
Menteri Investasi Indonesia Bahlil Lahadalia mengatakan awal September lalu bahwa investasi asing diharapkan memberi tambahan USD 8,7 miliar ke dalam ekosistem mobil elektrik Indonesia tahun depan, termasuk disuntikkan kepada pabrik produsen baterai, prekursor dan katoda.
Perusahaan china Tsingshan Steel, operator untuk kompleks pemrosesan nikel di Teluk Weda dan Morawali di Sulawesi Tengah dan Maluku, juga merencanakan fasilitas baterai lithium besar.
Singapura belum memberi lampu hijau untuk proyek bawah laut tersebut, tapi proyek ini menggarisbawahi pendekatan mengubah lanskap energi di Indonesia dan Asia Tenggara lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.
Grup Sunseap Singapura merencanakan ladang sel surya mengapung 2.2 gigawatt pada suaka di pulau Batam, menyuplai listrik kepada Otoritas Pengembangan Industri Batam dan Singapura.
Pembangunan fasilitas USD 2.2 miliar diharapkan mulai tahun depan dan memakan 2 tahun untuk selesai.
Desember tahun lalu, PLN dan firma Abu Dhabi, Masdar, memulai pekerjaan membuka pembangkit listrik surya mengapung di Jawa Barat senilai USD 145 juta, yang akan menjual listriknya dengan harga bersaing mengalahkan energi batu bara.
KOMENTAR