Cuti Bersama 2021 Dipangkas, Pastikan Anda Tetap Ambil Cuti Tahunan, Jika Tak Ingin Alami Kematian Dini!

Ade S

Editor

Ilustrasi liburan
Ilustrasi liburan

Intisari-Online.com -Cuti yang jumlahnya dipangkas oleh pemerintah untuk tahun 2021 sebenarnya secara ilmiah mampu menurunkan kematian dini.

Seperti kita ketahui, pemerintah Indonesia telah secara resmi menetapkan cuti bersama untuk tahun 2021.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, jumlah cuti bersama untuk tahun ini berkurang sebanyak lima hari.

"Dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) sebelumnya terdapat tujuh hari cuti bersama. Setelah dilakukan peninjauan kembali SKB, maka cuti bersama dikurangi dari semula tujuh hari menjadi hanya tinggal dua hari saja," ujar Menko PMK Muhadjir Effendy dikutip dari laman resmi Kemenko PMK, Senin (22/2/2021).

Baca Juga: Hanya Santap Makanan Pemicu Kematian di Usia Muda Selama 4 Tahun Setelah Putus Cinta, Berat Badan Wanita Ini Kini Hanya Tinggal 35 Kg

Dengan demikian, daftar cuti bersama yang dipangkas yakni:

* Cuti Bersama Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW (12 Maret 2021)* Cuti bersama dalam rangka Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah (17, 18, dan 19 Mei 2021)* Cuti Bersama dalam rangka Hari Raya Natal 2021 (27 Desember)

Adapun cuti bersama yang masih berlaku yakni cuti bersama Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah (12 Mei 2021) dan Hari Raya Natal (24 Desember 2021).

Padahal, sebuah penelitian, yang akan dijelaskan di bawah ini, malah menyebut cuti bersama sangat ampuh untuk menurunkan risiko kematian dini.

Baca Juga: Saat 'Serangan' Virus Corona Merajalela, Tiongkok Justru Mengalami Penurunan Polusi Udara, Si Penyebab Jutaan Kematian Dini, Inikah Hikmah di Balik Musibah?

Kerja keras memang penting untuk kelangsungan hidup. Tapi, kita tak boleh lupa, bahwa pikiran dan tubuh kita juga perlu istirahat.

Berdasarkan riset terbaru terungkap sebuah kesimpulan, mengambil cuti mungkin dapat membantu seseorang hidup lebih lama.

Tak tanggung-tanggung, riset dilakukan selama 40 tahun, dan menemukan pekerja yang mengambil cuti kurang dari tiga minggu setiap tahun memiliki risiko kematian dini sepertiga lebih tinggi.

Tentunya, hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang mengambil cuti lebih banyak.

Baca Juga: Perceraian Sebabkan Trauma pada The Rock, Bahkan Riset Mengatakan Pria Berpeluang Alami Kematian Dini Setelah Bercerai dan Dampak Buruk Lainnya

Periset mengatakan, hidup sehat dan olahraga teratur tetap tak bisa menggantikan manfaat istirahat untuk menghilangkan stres dan memperpanjang harapan hidup.

"Gaya hidup sehat tak bisa mengatasi efek kerja terlalu keras, dan tak dapat menggantikan manfaat liburan," kata Profesor Timo Strandberg, dari University of Helsinki di Finlandia.

Menurut dia, liburan bisa menjadi cara yang baik untuk menghilangkan stres.

Laman Independent memberitakan, riset ini dimulai pada tahun 1970an dengan melibatkan 1.222 pria paruh baya yang lahir antara tahun 1919-1934.

Baca Juga: Jadi Camilan Favorit, Padahal Jika Dikonsumsi Lebih dari 6 Potong Saja Picu Risiko Mematikan, untung Masih Ada Cara 'Mengakalinya'

Semua peserta memiliki risiko terkena penyakit jantung karena beragam faktor, seperti tekanan darah tinggi, merokok, atau kelebihan berat badan.

Separuh dari peserta diberi instruksi untuk menerapkan gaya hidup sehat dengan berolahraga, menerapkan pola makan sehat, mencapai berat badan sehat, dan berhenti merokok.

Sementara, peserta riset yang lain tak diberi instruksi apa pun.

Hasil riset yang telah dipresentasikan dalam Konferensi European Society of Cardiology, Jerman menunjukkan hal yang mengejutkan.

Baca Juga: PeduliTubuhmu: Perhatian Buat Penderita Diabetes dan Hipertensi, Jangan Sampai Waktu Tidur Kurang dari 6 Jam, Ini Penjelasannya!

Sebab, mereka yang diberi instruksi untuk melakukan gaya hidup sehat malah menghadapi risiko kematian dini lebih besar.

Menurut peneliti, ini terjadi karena instruksi tersebut mungkin telah menambahkan tekanan ekstra pada hidup mereka.

Peserta yang juga diinstruksikan untuk melakukan gaya hidup sehat dan mengambil cuti kurang dari tiga minggu dalam setahun, 37 persen lebih mungkin untuk mengalami risiko serupa.

"Risiko kematian dini yang disebabkan oleh gaya hidup intensif terkonsentrasi pada laki-laki dengan waktu liburan lebih pendek setiap tahunnya," papar Profesor Strandberg.

Baca Juga: Terlihat Sepele, Ternyata Duduk Lebih dari 9,5 Jam Sehari Bisa Tingkatkan Risiko Kematian

"Gaya hidup yang penuh tekanan ini mungkin telah mengesampingkan setiap manfaat dari intervensi," kata dia.

Ia menambahkan, intervensi itu pun mungkin mendatangkan efek psikologis yang menambahkan tekanan dalam kehidupan mereka. (Nur Rohmi Aida/Ariska Puspita Anggraini)

Baca Juga: Waspadalah! Duduk Lebih dari 9 Jam Sehari Dapat Picu Kematian Dini, Atasi dengan Cara Ini...

Artikel Terkait