Intisari-online.com -Seorang novelis, Yan Lianke, pernah mengatakan hidup di China saat ini membingungkan.
Hal ini karena hidup di sana terasa hidup di Korea Utara dan AS di saat yang sama.
Dalam opini yang ditulis oleh Jeffrey Wasserstrom di The Atlantic, China dianggap begitu istimewa sekaligus aneh.
China punya toko merk papan atas dunia, tapi juga memiliki kamp konsentrasi.
China menjadi misterius rupanya bukan karena ciri negara itu saja, tapi menurut Wasserstrom, pemimpinnya, Xi Jinping, juga memiliki misteri tersendiri.
Dalam beberapa cara, Xi Jinping yang menjadi ketua Partai Komunis dan Presiden China di tahun yang sama, tampaknya membawa negaranya mundur.
Namun di saat yang sama ia tunjukkan dirinya sebagai pedagang bebas, sampai bisa mengesankan hadirin pertemuan Davos untuk laksanakan globalisasi dan menandatangani perjanjian perdagangan bebas Beijing belakangan ini.
Hal ini disebabkan karena ketidakpahaman orang-orang mengenai rencana dan prioritas Xi, menuntun kepada keyakinan pengamat luar jika ia akan menjadi pelaksana reformasi seperti mantan presiden Rusia Mikhail Gorbachev.
Namun sebenarnya keputusannya jauh dari itu, ia menekan perbedaan pendapat, menghapus masa jabatan presiden dan membangun kultus kepribadian.
Ia telah menjadi mirip Presiden Rusia Vladimir Putin atau bahkan Kim Jong-Un sendiri.
Ia juga memusatkan kekuatan lebih banyak dalam cengkeramannya daripada pemimpin China mana pun sejak Mao Zedong pendiri China.
Sosok Xi begitu rahasia, sampai-sampai jika dipikir, ia tidak memiliki biografi berbahasa Inggris yang bisa menjelaskan kehidupannya.
Padahal pemimpin paling kontroversial: Putin, Kim Jong-Un, Rodrigo Duterte bahkan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban sudah memiliki biografi.
Hanya sedikit buku tentang Xi Jinping, bukanlah biografi substantif, melainkan buku berbahasa China untuk konsumsi domestik, volume gosip dan bersumber ringan berbahasa China dan nada rahasia kehidupan kaisar yang tidak dijual di manapun.
Catatan mengenai Xi Jinping hanyalah artikel-artikel di internet ataupun episode podcast mengenai pemimpin China.
Namun mengingat berapa lama ia memimpin China, itu semua tidak cukup.
Para jurnalis yang pernah bertemu dengan sosoknya tidak mudah banyak berbicara.
Evan Osnos, staf New Yorker yang menulis profil Xi Jinping justru tidak mau menceritakan apapun.
Sementara itu Steven Lee Myres dari The New York Times yang meliput China dan penulis biografi Putin, mengatakan jika sementara Putin sangat terjaga dan menjaga diri dari media asing, Putin juga mau menjawab pertanyaan para jurnalis.
Namun untuk perbandingan, Xi Jinping tidak pernah menerima pertanyaan apapun.
Anna Fifield, mantan kepala biro Beijing untuk The Washington Post yang menulis biografi terbaru tentang Kim Jong-Un, mengatakan Xi menjadi target tulisan yang lebih sulit daripada Kim Jong-Un.
Ia juga mengatakan standar untuk menulis pemimpin China lebih tinggi karena orang-orang berpikir mereka seharusnya sudah tahu apa yang akan mereka tulis.
Ada juga isu lain, Xi lebih berhati-hati dan menentukan apapun dengan baik serta memikirkan yang terburuk.
Terakhir ada faktor ketakutan, kekhawatiran menulis buku yang kritis tentang Xi dapat memimpin kesulitan masa depan mengakses China.
Dalam 5 tahun terakhir, 5 penjual buku Hong Kong yang terkait dengan publikasi kehidupan pribadi pemimpin China telah diculik dan dibawa lewati perbatasan menuju pulau China, bahkan ada yang dibawa dari Thailand.
Namun Xi Jinping memang pemimpin China paling kontroversial.
Di bawah aturannya, ekonomi dan militer China meningkat pesat.
Ia langgar hak asasi manusia untuk menghancurkan Muslim Uighur di Xinjiang.
Beijing juga telah menjadikan Partai Komunis China bebas kritik dari mana saja.
Di bawah pengawasannya, kebebasan telah turun drastis di Hong kong.
Ketiadaan informasi ini membuat banyak yang salah berpikir mengenai dirinya.
Pertama banyak yang berpikir Xi Jinping adalah pemimpin yang diharapkan oleh negara Barat: pemimpin pembawa reformasi politik.
Hal ini karena Xi memiliki ayah seorang penasihat liberal untuk Deng Xiaoping, sehingga reformasi hidup di darah Xi.
Dikombinasikan juga dengan sepotong-sepotong biografi yang kemudian menjebak dalam gambaran Xi Jinping akan membuat China lebih terbuka, sebuah hal yang terbukti tidak benar.
Pendekatan kedua menekankan dua aspek lain di kisah hidupnya: fakta jika ia dibesarkan di era Mao dan mengalihkan fokus dari kecenderungan ayahnya ke status tinggi ayahnya.
Xi dianggap bagian dari kelompok "pangeran" elit putra-putra penentu revolusi China yang suci.
Gagasan ini menjadikan semua merasa Xi adalah versi terbaru dari otokrat masa lalu China.
Namun Xi bukanlah Mao Zedong dan ia tidak berminat pada gerakan massa atau perbedaan kelas.
Tidak ada tanda juga jika ia mempersiapkan anggota keluarganya untuk menggantikannya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini