Dinyatakan Menghilang Secara Misterius Setelah Kritik Pemerintah China, Mendadak Perusahaan Jack Ma Dihapus dari Daftar Hitam Amerika, Sindir Xi Jinping?

Mentari DP

Penulis

Jack Ma.

Intisari-Online.com - Miliarder Jack Ma dilaporkan menghilang secara misterius sejak Oktober 2020.

Menghilangnya orang terkaya ke-3 di China itu terjadi setelah dia mengkritik pemerintah China.

Hingga sekarang tidak ada yang tahu di mana Jack Ma berada.

Ada yang bilang Jack Ma sedang menyendiri di tempat pribadinya hingga dilaporkan sudah meninggalkan China.

Baca Juga: Ayahnya Dimakzulkan 2 Kali, Putri dan Menantu Trump Panik Karena Masa Depan Mereka Juga Terancam Suram, Tak Tahu Tinggal di Mana Setelah Keluar dari Gedung Putih

Walau begitu, ada kabar baik bagiperusahaan teknologi raksasa yang dimiliki oleh Jack Ma, Alibaba Group Holding Ltd.

Menariknya kabar baik itu justru datang dari musuh besar China, Amerika Serikat (AS).

Apa itu?

Dilaporkan pejabat Amerika Serikat (AS) akhirnya sepakat untuk membatalkan pelarangan kegiatan investasi dari warga AS kepada Alibaba Group Holding Ltd.

Kabar itu disampaikan oleh orang dalam yang dekat dengan isu ini, sebagaimana dihimpun Bloomberg.

Baca Juga: Bak Dipaksa Makan Buah Simalakama, Korea Selatan Diberi Pilihan Sulit Akibat Ketegangan China dan AS Meningkat, Salah Satu Opsi Bisa Buat Rakyat Kelaparan

Menurut sumber tersebut, para pejabat AS juga telah mengurungkan larangan investasi pada perusahaan China lainnya, yakni Tencent Holdings Ltd. dan Baidu Inc.

Imbas dari kabar ini, saham Alibaba dan Tecent di Hong Kong kompak mengalami kenaikan, masing-masing 3,9 persen dan 5 persen.

Keputusan pencabutan larangan investasi ini menjadi titik terang terkait ketidakpastian nasib tiga perusahaan asal China itu di AS.

Hal ini mengingat pada awal minggu awal Januari lalu, Alibaba dan Tencent dikabarkan berpotensi dimasukkan ke dalam daftar blacklist AS.

Daftar blacklist ini sedianya berisi perusahaan-perusaahan yang disinyalir mendukung atau dikendalikan oleh militer China.

Daftar cekal ini dikeluarkan Presiden Donald Trump pada November 2020 lalu.

Jika perusahaan dimasukkan ke dalam daftar Blacklist, warga AS dilarang untuk berinvestasi di perusahaan itu.

Bagi investor AS yang sudah terlanjur membeli saham diberikan waktu untuk melepas sahamnya (divestasi).

Sebagaimana dihimpun KompasTekno dari CNBC, Senin (18/1/2021), saat spekulasi Alibaba dan Tencent akan dimasukkan ke dalam daftar hitam, saham keduanya langsung meresponsnya dengan negatif pada 7 Januari lalu.

Kala itu ketika bursa Hong Kong ditutup, harga saham Tencent turun 4,69 persen menjadi 568,5 dollar Hong Kong (kira-kira Rp 1,03 juta).

Sedangkan harga saham Alibaba turun 3,91 persen menjadi 221 dolar Hong Kong (sekitar Rp 401.000).

Sedangkan dalam perdagangan pra-pasar, saham Tencent yang terdaftar di AS turun 2,8 persen dan Alibaba sedikit merugi.

Baca Juga: Sudah Diboikot dari Militer Karena Bikin Huru-hara di Amerika, Donald Trump Seenaknya Minta Parade Militer sebagai Tanda Perpisahan, Jawaban Pentagon di Luar Dugaan

Rencana pemerintah AS melarang investasi pada perusahaan asal China ini bukanlah yang pertama.

Trump kerap mengeluarkan perintah untuk melarang penggunaan ataupun investasi pada perusahaan asal negeri tirai bambu itu.

Contohnya, pada minggu awal Januari 2021, Trump meneken perintah pelarangan delapan aplikasi buatan China.

Ini termasuk AliPay dan WeChat Pay, CamScanner, QQ Wallet, SHAREit, Tencent QQ, VMate, dan WPS Office, serta aplikasi milik anak perusahaan mereka.

Tak hanya itu, Trump awal tahun ini juga berencana mendepak (delist)penyedia telekomunikasi global terbesar asal China.

Yakni China Telecom Corporation Limited (CHA), China Mobile Limited 0941.HK (CHL), dan China Unicom (Hong Kong) Limited (CHU) dari Bursa Saham New York (NYSE).

Menanggapi serangkaian wacana pelarangan investasi maupun operasi perusahaan China di AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menentang rencana tersebut.

"China menentang politik masalah ekonomi dan perdagangan dan menyalahgunakan kekuasaan negara dan konsep keamanan nasional untuk menekan perusahaan asing," kata China Zhao Lijian.

Zhao mendesak AS untuk menghormati prinsip ekonomi pasar dan menyediakan lingkungan bisnis yang adil, tidak memihak, dan transparan bagi perusahaan asing.

(kompas.com)

Baca Juga: Joe Biden Benar-benar Menepati Janjinya, Sesaat Sah Menjadi Presiden Amerika Dia Akan Pertemukan Keluarga Muslim yang Terpisah Gegara Kebijakan Kontroversial Trump

Artikel Terkait