Find Us On Social Media :

Bak Dikutuk untuk Jadi Negara Pembuat Onar, Israel Lumpuh Total oleh Serangan Tak Kasat Mata Hanya 2 Hari Usai Diminta Zelensky Damaikan Ukraina dengan Rusia

By May N, Selasa, 15 Maret 2022 | 14:14 WIB

Perdana Menteri Israel (kiri) Naftali Bennett dan Presiden Ukraina (kanan) Volodymyr Zelensky

Intisari - Online.com - Israel digaet oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, untuk ikut serta dalam perang Rusia-Ukraina.

Zelensky merasa yakin Israel bisa berperan besar menghentikan perang di negaranya.

Sabtu (12/3/2022), Zelensky menegaskan Yerusalem jadi tempat yang tepat untuk melakukan perundingan dengan Rusia agar serangan ke Ukraina berhenti.

Selanjutnya Zelensky mengatakan Israel bisa menjamin keamanan bagi negaranya.

Zelensky juga berharap Perdana Menteri Israel, Naftali Bennet, bisa berikan pengaruh positif pada negosiasi.

“Kami mendukung usaha mediasi dari siapa pun. Tetapi saya tak akan menyebut Perdana Menteri Bennett sebagai siapa saja,” tuturnya dikutip dari The Times of Israel.

“Anda bisa memainkan peran penting karena Israel adalah negara dengan sejarah yang kaya,” tambahnya.

Baru dua hari Zelensky mengatakan hal itu, Israel sudah diserang.

Baca Juga: Salah Kaprah Sebut Ukraina Kalah Telak dari Rusia, Sniper Ini Justru Bocorkan Kondisi Ukraina Sebenarnya, Sampai Gunakan Cara Berperang Kelompok Radikal Ini

Baca Juga: Muak dengan Sikap 'Menye-menye' Barat, Rusia Akhirnya Beri Ancaman Paling Mengerikan kepada para Tentara Bayaran di Ukraina, Apalagi Usai Inggris Keceplosan Ini

Melansir Tribun Pekanbaru, Israel dihajar oleh serangan siber besar-besaran.

Situs web kementerian dalam negeri, kesehatan, kehakiman, dan kesejahteraan Israel, serta kantor perdana menteri, dimatikan pada hari Senin.

Sumber pertahanan Israel mengatakan hal itu dilakukan sebagai serangan siber terbesar terhadap Israel.

Pihak berwenang percaya aktor negara atau organisasi besar bertanggung jawab atas serangan besar-besaran itu.

Surat kabar Israel Haaretz melaporkan serangan dunia maya itu, mengutip sumber pendirian pertahanan yang mengklaimnya sebagai yang terburuk yang pernah menghantam negara Yahudi itu.Serangan tersebut dilaporkan menargetkan situs menggunakan domain 'gov.il', yang melayani semua situs web pemerintah Israel kecuali yang terkait dengan pertahanan.

Basis data pemerintah adalah salah satu situs tersebut, dan menjadi target potensial bagi penjahat dunia maya.

Akses ke beberapa situs yang terkena dampak telah dipulihkan pada Senin malam, tetapi lembaga pertahanan Israel dan Direktorat Siber Nasional telah menyatakan keadaan darurat sementara situs-situs penting strategis seperti yang terkait dengan infrastruktur air dan listrik negara itu dapat diperiksa tanda-tanda kompromi.

Baca Juga: 'Konfrontasi Langsung NATO dan Rusia adalah Perang Dunia 3,' Joe Biden Buka Suara soal Peluang Perang Dunia 3 dan Program Senjata Biologis

Baca Juga: Usai Memasok 1.000 Senjata Anti-tank ke Ukraina, Kini Jerman Akan Borong 35 Jet Tempur F-35 dari AS untuk Jaga-jaga Perang seperti Rusia dan Ukraina

Pejabat yang dikutip oleh Haaretz mengatakan bahwa pemerintah percaya "pelaku negara atau organisasi besar yang melakukan serangan itu," tetapi mengatakan bahwa pelakunya belum dapat diidentifikasi.

Namun, wartawan Israel telah berspekulasi bahwa Iran yang harus disalahkan. Israel dan Iran telah bertahun-tahun berdagang serangan siber, dan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran meretas kamera CCTV dan database karyawan di pelabuhan Haifa dan Ashdod bulan lalu.

Konflik antara Teheran dan Tel Aviv juga menjadi kinetik dalam beberapa hari terakhir, dengan Israel membunuh dua petugas IRGC dalam serangan udara di Suriah pekan lalu, dan IRGC menanggapi dengan serangan rudal balistik terhadap dugaan “pusat strategis” Israel di Erbil, Irak pada hari Sabtu.

Sebelumnya, Zelensky menyebutkan jika imigran Ukraina bagian dari pendiri Israel.

“Mereka membawanya dalam sejarah mereka dan keinginan untuk membangun sebuah negara hebat seperti sekarang ini. Tak buruk bagi kami jika melakukan mediasi seperti ini,” katanya.

Ia mengatakan kepada Bennet, bahwa ia tak percaya jika perundingan dilakukan di Rusia, Ukraina dan Belarusia, sehingga merasa Yerusalem adalah tempat terbaik.

“Itu bukan tempat di mana kita bisa mencapai pemahaman tentang mengakhiri perang, saya tak berbicara tentang pertemuan teknis tetapi pertemuan antara pemimpin,” ungkapnya.

“Saya percaya Israel bisa menjadi tempat seperti itu, terutama Yerusalem. Saya pikir begitu, dan telah mengatakan itu kepada Bennett,” lanjutnya.

Baca Juga: Bukan Bumi yang Jadi Sasarannya, Rusia Ancam Akan Jadikan Ruang Angkasa Sebagai Target Ini Jika Barat Sampai Berani Terus-Terusan Beri Sanksi

Baca Juga: Bukan Inggris Atau AS, Setengah Mati Ukraina Malah Tuding Israel Supaya Menjadi Negara Penengah yang Mendamaikannya dengan Rusia, Ternyata Ini Alasannya!

Seorang sumber pemerintahan Israel mengungkapkan Presiden Rusia, Vladimir Putin telah memikirkan tawaran itu, tetapi menegaskan terlalu dini menilai peluangnya.

Kemungkinan melakukan perundingan di Yerusalem pun disambut baik Duta Besar Israel untuk Ukraina, Michael Brodsky, yang untuk sementara sudah kembali ke Israel.

“Ide untuk melakukan perundingan di Yerusalem sebelumnya sudah disorongkan. Jika bisa berkontribusi, saya pikir kita bisa sepakat dan mengambil langkah maju untuk ide tersebut,” tuturnya.

Namun, pernyataan Zelensky itu muncul setelah seorang pejabat senior Ukraina mengungkapkan Bennett merayu Zelensky untuk memenuhi permintaan Putin agar penyerangan bisa berhenti.

Tuduhan itu pun langsung dibantah oleh pihak Israel.

Baca Juga: Berniat Mulia Jadi Tentara Asing untuk Bantu Ukraina Melawan Rusia, Sukarelawan Tentara Asing dari Negara-negara Ini Justru Bisa Terancam Konsekuensi Hukum

Baca Juga: Ekonominya Jelas Hancur Lebur Diratakan Rusia, Ukraina Ternyata Masih Nekat Cari Cuan melalui NFT Demi Beli Senjata Militer untuk Perang dengan Rusia