Intisari-Online.com - Sebelum Putin mengumumkan invasi secara resmi pada (24/2/2022), tepatnya saatRusia baru mengerahkan lebih dari 100 ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina, negara pimpiman Volodymyr Zelensky telah mencari jalan keluar.
Ukraina ingin menggunakan sistem pertahanan Iron Dome dari Israel untuk menghadapi kemungkinan serangan Rusia.
Namun Israel menolak penjualanrudal Iron Dome ke Ukraina. Hal ini diungkapkan oleh jurnalis dan penulis terkenal Israel, Nadav Eyal.
Dalam kolom yang ditulis untuk harian Israel, Yedioth Ahronoth, Eyal mengatakan, penolakan terjadi untukmenghindari keterlibatan Israel dalam krisis Rusia-Ukraina.
Tel Aviv tidak mau ikut terlibat dalam konflik, karena Moskow juga menempatkan pasukannya di Suriah seiring konflik yang terjadi antara Israel dan Suriah.
Sementara, Rusia memihak pada Suriah dan menekan Israel untuk menghentikan serangan.
Meski begitu Israel tetap memantau dan membantu di balik layar. Merekamengatakan pihaknya fokus pada 40.000 orang Yahudi Ukraina dan 180.000 orang Ukraina dengan ikatan keluarga Yahudi yang mungkin ingin berimigrasi.
Namun, baru-baru ini menurut laporan dua media Israel, Walla dan Haaretz, Zelensky didesak Bennet untuk menerima tawaran Putin berupa konsesi yang signifikan untuk mengakhiri invasi Moskwa.
Dilansir The Times of Israel, Jumat (11/3/2022), Kantor Perdana Menteri Israel membantah kabar tersebut.
Walla tidak merinci tawaran Putin. Tetapi, laporan sebelumnya dari Walla menyebutkan bahwa Putin menuntut wilayah Donbas yang independen, sambil berhenti mencari perubahan rezim di Ukraina.
Laporan lain mengabarkan, usulan yang disodorkan Bennett ke Zelensky termasuk mengakui pencaplokan Crimea oleh Rusia, mengakui Donetsk dan Luhansk sebagai entitas yang terpisah, dan mengubah konstitusi Ukraina untuk menarik komitmen untuk bergabung dengan NATO.
“Jika saya jadi Anda, saya akan memikirkan kehidupan orang-orang saya dan menerima tawaran itu,” kata Bennett kepada Zelensky selama panggilan telepon pada Selasa (8/3/2022), menurut seorang pejabat senior Ukraina yang berbicara kepada Walla dan Haaretz dengan syarat anonim.
Zelensky tidak menerima usulan dari Bennet dan menanggapi dengan singkat dengan berkata, "Saya mendengar Anda."
"Bennett telah mengusulkan agar kami menyerah. Kami tidak punya niat untuk melakukannya. Kami tahu bahwa tawaran Putin hanyalah permulaan,” kata pejabat senior Ukraina kepada Walla dan Haaretz.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa Israel juga telah meminta agar Ukraina menghentikan permintaannya untuk bantuan militer atau pertahanan dari Israel.
Pasalnya, permintaan tersebut dapat menghambat upaya Israel untuk menengahi dan menjaga netralitas.
Sejauh ini, Zelensky tidak terkesan dengan upaya mediasi yang dilakukan oleh Bennett.
Zelensky bahkan pernah mengatakan bahwa Bennet sudah cukup menjadi "kotak surat" yang menyampaikan pesan antara Rusia ke Ukraina.
“Kami tidak membutuhkan kotak surat,” kata pejabat senior Ukraina tersebut.
“Kantor Presiden Zelensky tidak percaya ini adalah cara untuk menengahi. Jika Bennett ingin bersikap netral dan menengahi, kami ingin dia menunjuk seseorang yang akan menangani masalah ini siang dan malam untuk mencoba dan mencapai kompromi,” sambungnya.
Pejabat itu juga membandingkan sikap negara-negara Barat seperti Jerman dan Perancis dibandingkan Israel.
Dia menuturkan, Jerman dan Perancis memainkan peran dalam menyampaikan pesan antara Rusia dan Ukraina sambil tetap mempertahankan sikap publik yang tegas dan jelas terhadap invasi Moskwa.
Sementara itu, Israel tidak mengeluarkan pernyataan yang mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
(*)