Intisari - Online.com -Perang Rusia-Ukraina telah menjadi konflik proksi antara NATO dan Rusia.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, didukung oleh pemimpin NATO lain, memperjelas bahkan sebelum serangan bahwa AS dan NATO tidak akan terlibat dalam konflik itu secara militer.
Alih-alih, Biden mencari cara untuk melawan Rusia dengan ancaman sanksi ekonomi yang parah.
Namun dengan serangan dan kependudukan Ukraina berlangsung, NATO telah masuk ke dalam konflik jauh lebih dalam dengan pengiriman senjata militer mematikan yang bisa memberi kesempatan Ukraina untuk memiliki pertahanan serius dan menambah korban jiwa dari pasukan Rusia.
Pejabat AS telah memperkirakan sebanyak 6000 pasukan Rusia telah terbunuh, termasuk para komandan tingkat tinggi.
Melansir Asia Times, kerugian peralatan militer sulit diverifikasi tapi situs Oryx yang mengawasi perkembangan perang dengan rinci mengklaim bahwar Rusia telah kehilangan 1055 kendaraan perang (tank, kendaraan lapis baja, kendaraan tempur infanteri, pengangkut personel lapis baja) sejauh ini.
Beberapa hancur, beberapa ditangkap Ukraina, beberapa non-operasional.
Senjata-senjata yang disediakan negara-negara NATO termasuk mesin penembak, pistol, amunisi dan senapan angin.
NATO juga menyediakan pasukan pertahanan Ukraina dengan peralatan pelindung.
Elemen paling penting dari banjir senjata ke Ukraina adalah rudal Javelin FGM-148 dan rudal permukaan-ke-udara Stinger.
Rudal Stinger kini diganti oleh rudal pertahanan udara Inggris Starstreak.
Peralatan ini disimpan di perbatasan Polandia dan dipindahkan ke Ukraina.
Semua rute lain kini dianggap tidak layak.
Sejauh ini tidak ada bukti upaya langsung oleh Rusia memotong rute pasokan ulang ke Ukraina.
Alasannya tidak jelas tapi mungkin karena Rusia berupaya mencapai tujuan taktisnya, atau bahwa Rusia ragu terlibat dalam aksi militer yang bisa melibatkan pasukan NATO secara langsung.
Melansir Asia Times, debat mengenai "zona larangan terbang" telah mengindikasikan batas dukungan militer untuk Ukraina.
Pengerahan zona semacam itu akan membuat pasukan NATO terlibat dengan jet tempur Rusia dan pasukan pertahanan udara baik di dalam dan di luar Ukraina.
Hal ini akan menjadi langkah ketegangan yang melanggar batas konflik seperti NATO telah menyebutnya untuk sekarang.
Permintaan Polandia yang nekat adalah berniat menyediakan Ukraina dengan 29 jet tempur MiG-29.
Pilot Ukraina akan mampu beroperasi pesawat-pesawat itu karena mereka berlatih dengan jet tempur buatan Rusia.
Polandia mendekati AS, menyarankan bahwa MiG-29s bisa dipindahkan ke pangkalan udara AS Ramstein di Jerman untuk disiapkan guna perang di dalam Ukraina.
Bagaimana kesepakatan berjalan?
Pertanyaan pertama kini tentu saja mengenai logistik pemindahan ini.
Contohnya jet tempur bisa dibuat siap di Ramstein, termasuk mengecat ulang warna Ukraina, dan terbang ke negara-negara yang bukan bagian dari NATO dan Uni Eropa, seperti Kosovo, di mana pilot Ukraina akan mengambil alih dan menerbangkannya ke Ukraina.
Polandia mengindikasikan mereka mau menerima F-16s buatan AS sebagai kompensasi.
AS sendiri menggambarkan kesepakatan ini sebagai "tidak tertahankan."
Bahkan jika operasi itu mungkin, masih ada kesulitan bagi Ukraina menyediakan sebuah pangkalan.
Pasukan Rusia telah secara sistematis menarget pangkalan udara Ukraina.
Contohnya ibu kota Vynnitsia yang merupakan fasilitas dobel untuk militer dan penerbangan sipil dihancurkan pada hari ke-11 perang.
Pangkalan udara militer Ukraina, Starokostianyniv di Ukraina barat juga sudah dihancurkan oleh senjata jarak jauh ketepatan tinggi.
Dengan bandara Ukraina dijadikan sasaran secara sistematis, pasukan angkatan udara Ukraina kesulitan beroperasi, walaupun pesawat-pesawat Ukraina masih terbang dan drone melaksanakan serangan melawan formasi Rusia.
Namun menemukan sebuah pangkalan untuk jet tempur tambahan menjadi tantangan, yang artinya mereka mungkin harus berpangkal dan disiapkan untuk kembali bertugas di luar Ukraina.
Kegunaan militer untuk memasok MiG-29s juga telah dipertanyakan.
Angkatan Udara Rusia yang telah dikirimkan untuk melawan Ukraina sudah cukup sedikit, tapi jet tempur mereka lebih moden daripada MiG Polandia.
Serangan ke pangkalan udara Vinnytsia dilakukan oleh pengebom strategis, Tu-95 dan Tu-160 bertenaga nuklir, meluncurkan rudal X-101 dengan jangkauan 5500 kilometer saat diposisikan di atas Laut Hitam.
Hal ini mendemonstrasikan bahwa Rusia dapat meluncurkan serangan udara-ke-permukaan melawan Ukraina tanpa harus memasuki wilayah udara Ukraina.
Sehingga, manfaat mengirimkan sejumlah kecil tambahan jet tempur MiG-29 akan sangat terbatasi.
Senjata paling potensial yang dapat digunakan Ukraina melawan jet tempur Rusia adalah sistem pertahanan udara di tanah daripada menggunakan jet tempur perang.