Intisari - Online.com - Bencana mengerikan yang terjadi di Pembangkit Listrik Nuklir Chernobyl di tahun 1986 disebabkan oleh ledakan di Unit Reaktor 4.
Ledakan ini melepaskan sejumlah besar bahan radioaktif ke sekitarnya, bersamaan dengan melelehnya sebagian dari inti reaktor.
Beberapa puluh tahun terakhir telah terlihat upaya internasional untuk dengan aman menahan dan mendekontaminasi situs itu, termasuk pemasangan struktur New Safe Confinement terbaru.
Namun pasukan Rusia kini menguasai situs itu, bersama dengan pembangkit listrik nuklir Zaporizhzhia sebagai bagian dari konflik yang masih berlangsung di Ukraina.
Lebih jauh lagi, pada 9 Maret, otoritas Ukraina melaporkan mati listrik di Chernobyl, kemudian diikuti mati listrik sebagian di Zaporizhzhia, seperti dikutip dari The Conversation.
Walaupun Badan Energi Atom Internasional (IAEA) memastikan tidak ada ancaman keamanan dari isolasi pembangkit listrik tersebut, perlu dipahami potensi dampak ke depannya.
Ketika bahan bakar nuklir diambil dari inti reaktor, bahan bakar tersebut dianggap sebagai bahan bakar nuklir "bekas" dan sering diperlakukan sebagai produk limbah.
Namun bahan bakar akan terus melepaskan panas karena dekomposisi radioaktif, bahkan walaupun sudah diambil dari inti reaktor.
Itulah sebabnya hal yang paling penting dalam menghabiskan bahan bakar di Chernobyl adalah terus-terusan mendinginkannya guna mencegah lepasnya radioaktivitas ke udara bebas.
Di Chernobyl, seperti halnya di situs nuklir lain, prosedur standar untuk menangani secara aman berbagai material termasuk menempatkan bahan bakar di dalam kolam berisi air, yang melindungi lingkungan di sekitarnya dari radiasi.