Penulis
Intisari - Online.com -Serangan Rusia ke Ukraina telah membuat kekhawatiran baru bahwa akan terjadi perang nuklir dalam waktu dekat.
Hal ini karena Rusia adalah negara pemilik senjata nuklir dan Amerika Serikat (AS) yang memimpin NATO jika memutuskan membantu Ukraina bisa meluncurkan senjata nuklirnya.
Namun tampaknya bencana nuklir yang terjadi di dunia bukan berasal dari skenario perang nuklir.
Alih-alih, bencana ini akan merebak kembali dari sebuah kota hantu bernama Pripyat, tempat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl pernah beroperasi.
Dunia tidak akan pernah lupa akan bencana nuklir Chernobyl.
Salah satu reaktor nuklir PLTN Chernobyl di Pripyat, Ukraina, yaitu reaktor nuklir nomor 4, pernah meledak pada tahun 1986 akibat kesalahan penanganan dan menjadi bencana manusia terburuk sepanjang masa.
Ledakan itu membuat kota Pripyat tidak bisa ditinggali selama 20.000 tahun dan PLTN Chernobyl harus berhenti beroperasi.
Sebanyak 49.000 warga dievakuasi akibat bencana Chernobyl.
Cerita mengenai PLTN Chernobyl pernah diangkat menjadi serial oleh HBO berjudul Chernobyl di tahun 2019.
Ternyata, setelah PLTN Chernobyl berhenti beroperasi, Ukraina masih bertanggung jawab untuk meminimalisasi tingkat radiasi dari PLTN tersebut.
Mereka mempekerjakan petugas untuk mengolah limbah agar tingkat radiasi nuklir dari Chernobyl tidak bertambah.
Bukanlah sebuah alasan Pripyat tidak bisa ditinggali selama 20.000 tahun, melainkan karena menunggu inti nuklir yang tersimpan di reaktor tersebut habis membutuhkan waktu kurang lebih 20.000 tahun.
Artinya Ukraina selamanya harus mengolah limbah agar radiasi nuklir dari Chernobyl seminimal mungkin dan tidak menimbulkan bencana baru.
Kini, serangan Rusia ke Ukraina ternyata juga menyasar Chernobyl.
Melansir Al Jazeera, tingkat radiasi meningkat di Zona Eksklusi Chernobyl, seperti dikatakan pemerintah Ukraina Jumat kemarin, memperingatkan bahwa pembangkit listrik tersebut sudah dikuasi oleh pasukan invasi Rusia dan bisa menimbulkan "konsekuensi mengerikan".
Situs radioaktif yang masih memancarkan radiasi itu berjarak 130 km jauhnya dari ibukota Kiev.
"Di tangan para penyerang, plutonium-239 bisa menjadi sebuah bom nuklir yang akan mengubah ribuan hektar tanah menjadi gurun mati tanpa kehidupan," ujar kementerian perlindungan lingkungan Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin Kamis lalu memerintahkan pasukannya menyerang Ukraina dan di hari yang sama mereka menguasai PLTN Chernobyl di salah satu tempat paling radioaktif di muka bumi.
Zona Eksklusi Chernobyl adalah area seluas 2600 kilometer persegi hutan yang ada antara perbatasan Ukraina-Belarusia dan Kiev.
Kementerian Lingkungan mengatakan pengambil alihan zona oleh pasukan Rusia bisa memiliki konsekuensi mengerikan.
Sementara itu mengutip Kompas TV, pegawai PLTN Chernobyl dikabarkan sudah disandera oleh pasukan Rusia pada Kamis malam.
Tingkat radiasi di sekitar area Kiev dikabarkan mengalami peningkatan.
Pemantau memperhatikan adanya lonjakan anomali dalam pencatatan radiasi di wilayah Ibu Kota Ukraina itu, tak lama setelah PLTN Chernobyl diduduki.
Berdasarkan data pemantau radiasi yang dipublikasikan laman berita Nexta di Twitter, menunjukkan lonjakan besar dalam jumlah nSv.
“Lonjakan anomali level radiasi tercatat di wilayah sekitar Kiev di dekat Chernobyl,” bunyi cuitan Nexta dikutip dari Daily Star.
Data tersebut muncul setelah sebelumnya dilaporkan serangan yang dilakukan pasukan Rusia telah menghancurkan sejumlah fasilitas di Chernobyl.
Seperi dilaporkan NBC, Penasihat Menteri Dalam Negeri mengungkapkan pasukan Rusia telah memasuki Chernobyl dan pertempuran telah menghancurkan fasilitas pembuangan limbah nuklir.
Para pekerja PLTN juga disandera setelah tank Rusia memasuki Chernobyl.
Namun, pakar di lembaga nuklir negara Ukraina mengatakan tingkat radiasi berubah dikarenakan pergerakan peralatan militer berat di area tersebut, mengangkat debu radioaktif ke udara.
IAEA, Lembaga Energi Atom Internasional mengatakan radiasi di Chernobyl tidak memberikan ancaman bagi publik.
“Bacaan yang dilaporkan oleh regulator – hingga 9,46 microsieverts per jam – rendah dan tetap dalam kisaran operasional yang diukur di Zona Pengecualian sejak didirikan,” kata IAEA.
'Levelnya normal'
Pada hari Jumat, kementerian pertahanan Rusia mengkonfirmasi pasukannya menguasai daerah dekat pembangkit listrik.
“Kemarin, pada 24 Februari, unit Pasukan Lintas Udara Rusia mengambil kendali penuh atas area di sekitar PLTN Chernobyl [Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir],” kata juru bicara kementerian Igor Konashenkov .
“Tingkat radiasi normal di area PLTN. Personil PLTN terus mengoperasikan pembangkit listrik seperti biasa dan memantau tingkat radiasi.”
Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi menambahkan sangat penting bahwa operasi yang aman dan terjamin dari fasilitas nuklir zona itu tidak boleh terpengaruh atau terganggu dengan cara apa pun.
Baca Juga: Jadi Target Nomor Satu Rusia, Presiden Ukraina: ini Mungkin Terakhir Kali Anda Melihat Saya Hidup