Penulis
Intisari-Online.com – Diungkapkan oleh Kepala Angkatan Bersenjata Inggris Laksamana Tony Radakin dalam pidatonya pada Rabu (8/12/2021), bahwa invasi skala penuh yang dilancarkan Rusia ke Ukraina bisa memicu konflik besar yang menyaingi Perang Dunia II.
Melansir Anadolu Agency, Radakin mengatakan bahwa signifikansi skenario terburuk dalam invasi penuh ke Ukraina tersebut adalah skala besar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Radakin juga menekankan bahwa lanskap keamanan menjadi lebih kompleks dan berbahay dibandingkan 30 terakhir, ini mengacu pada tantangan China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.
Menurutnya, pengerahan 90.000 tentara Rusia di perbatasan Ukraina ini tentunya sangat mengkhawatirkan.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, juga mengatakan bahwa akan ada banyak tentara Rusia yang tewas jika Presiden Vladimir Putin nekat menyerang negaranya, melansir Sky News.
Kuleba menggarisbawahi bahwa tentara Ukraina akan mampu mempertahankan tanah air mereka jika terjadi invasi, apalagi menurutnya, negaranya telah bekerja sama dengan para sekutu untuk mencegah Moskwa menyerang Ukraina.
Tak heran bila rencana Putin melakukan invasi ini membuat seantero Ukraina gemetar.
Rusia ternyata pernah memicu bencana paling mematikan dalam sejarah, bahkan disebutkan lebih parah daripada yang terjadi di Hiroshima.
Dulu, Ukraina masih menjadi bagian dari Rusia, yang dulu disebut sebagai Uni Soviet.
Nah, pada tanggal 26 April 1986, terjadi bencana kecelakaan nuklir terburuk dalam sejarah umat manusia.
Bencana Chernobyl ini merupakan kecelakaan pada reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl yang terletak di Pripyat, Ukraina.
Dari Kementerian Luar Negeri Ukraina, total isotop radioaktif yang dilepaskan dari kecelakaan tersebut adalah 30 kali lebih tinggi daripada ledakan bom atom di Hiroshima, Jepang, pada tahun 1945.
Selanjutnya, kecelakaan nuklir itu membuat 8,5 juta orang terpapar radiasi dan sekitar 500 ribu orang meninggal akibat efek radiasi dari kecelakaan Chernobyl.
Dalam rilisan videonya, Kementerian Luar Negeri Ukraina menuliskan bahwa bencana Chernobyl itu merupakan simbol tidak bertanggung jawab dan kebohongan mematikan karena pihak berwenang Uni Soviet menyembunyikan realitas kecelakaan dan konsekuensinya.
Bahkan data polusi akibat bencana Chernobyl itu, menurut laman kementerian tersebut, disembunyikan sampai tahun 1989, dua tahun kemudian.
Zat radioaktif yang dilepaskan dalam jumlah besar berlangsung hingga 10 hari, yang mengakibatkan jutaan orang terkena dampaknya di seluruh Eropa.
Semakin diperparah, karena kecelakaan nuklir tersebut akibat Uni Soviet sengaja merahasiakannya.
Menurut Kate Brown, seorang profesor sains, teknologi, dan masyarakat dari Massachusetts Institute of Technology, mengatakan kepada Deutsche Welle, bahwa sebenarnya uji coba bom nuklir menghasilkan emisi radioaktif lebih banyak.
Menurutnya, Chernobyl mengeluarkan 45 juta curie (satuan radioaktivitas) yodium radioaktif pada 1961 hingga 1962.
Uni Soviet dan Amerikat Serikat telah mengeluarkan 20 miliar curie yodium radioaktif.
Menurut Deutsche Welle, bahkan 35 tahun setelah bencana nuklir Chernobyl, tanah di sana masih terkontaminasi oleh radiasi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari