Find Us On Social Media :

‘Kami Terlahir Sebagai Muslim, dan Akan Mati Sebagai Muslim’, Kisah Ratu Soraya Tarzi, Keluarganya Diusir dari Afghanistan dan Tinggal di Pengasingan, Kembali ke Negaranya Perjuangkan Hak Perempuan

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 5 Maret 2022 | 15:55 WIB

Ratu Soraya Tarzi, keluarganya diusir dari Afghanistan dan tinggal di pengasingan, kembali perjuangkan hak-hak perempuan.

Intisari-Online.com – Calon  Ratu Afghanistan Soraya lahir dengan nama Soraya Tarzi pada tanggal 24 November 1899, adalah putri dari Mahmud Tarzi dan Asma Rasmiya Khanum.

Keluarganya tinggal di pengasingan pada saat itu, keluarga Tarzi diusir dari Afghanistan setelah Emir Abdur  Rahman Khan berkuasa pada tahun 1881.

Ratu masa depan ini lahir di Damaskus, Suriah, yang saat itu merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman.

Ayah Soraya adalah seorang intelektual terkenal, dan Soraya pun diperkenalkannya pada ide-ide Barat tentang pendidikan dan budaya.

Pada akhirnya nanti Soraya akan membawa ide-ide ini kembali ke Afghanistan yang lebih konservatif ketiga keluarganya diundang untuk kembali oleh Habibullah Khan yang menggantikan ayahnya sebagai Emir pada tahun 1901.

Soraya akhirnya bertemu putra ketiga sang Emir, Amanullah, yang 7 tahun lebih tua darinya, dan mereka menikah sekitar musim panas 1913.

Namun, Amanullah  telah menikah dua kali sebelumnya.

Pernikahan pertama terjadi pada usia 16 tahun dengan seorang gadis yang namanya tidak perlu diketahui, namun hanya berlangsung beberapa hari dan berakhir dengan perceraian.

Baca Juga: Beginilah Kehidupan di Dalam ‘Harem’ Kerajaan Mesir Kuno, Tempat Tinggal Ibu Suri, Ratu, dan Anak-anak, yang Bersaing dengan para Istri Sekunder Firaun

 Baca Juga: 'Saya Lari dari Satu Perang Tapi Malah Terjebak dalam Perang Lain', Cerita Pengungsi Afghanistan yang Terjebak di Ukraina, Jauh-jauh Hindari Taliban Malah Dibombardir Bom Oleh Rusia

Pada usia 18 tahun, Amanullah menikah dengan Shahzada Khanum, yang meninggal saat melahirkan putra tunggal mereka, Hidayatullah.

Keduanya pun diatur dalam pernikahan.

Pada saat pernikahannya dengan Soraya, kakak tirinya Inayatullah menikah dengan saudara perempuan Soraya.

Amanullah lalu diangkat sebagai gubernur Kabul, dan memiliki kendali atas tentara dan perbendaharaan, dia pun mendapatkan kesetiaan sebagai pemimpin suku.

Soraya melahirkan setidaknya sepuluh anak, meskipun tidak semua hidup sampai dewasa.

Ayahnya dibunuh pada tahun 1919 saat perjalananberburu.

Amanullah memiliki dua kakak laki-laki dan seorang paman yang menginginkan takhta, tetapi adat suku Afghanistan tidak mengakui anak sulung, meskipun merupakan kebiasaan bagi anak laki-laki yang lebih muda untuk tunduk pada yang lebih tua.

Amanullah pun memutuskan untuk merebut kekuasaan untuk dirinya sendiri.

Baca Juga: Diasingkan Karena Dituduh Lakukan Perzinahan, Inilah Putri Tunggal Valeria Messalina, Claudia Octavia, Permaisuri Kaisar Nero yang Terabaikan, Akhir Hidupnya Tragis di Tangan Selingkuhan Sang Kaisar

 Baca Juga: Kisah Putri Kesayangan Legendaris Permaisuri Cixi, Der Ling, Dayang dan Juru Bahasa yang Dididik di Prancis dan Terpapar Budaya Barat, Tulis Kehidupannya di Kota Terlarang dan Sisi Baik ‘Nyonya Naga’

Sebagai gubernur Kabul, dia berada dalam posisi yang cukup kuat untuk melakukannya, dan Amanullah pun berhasil.

Meskipun jalannya tidak mulus menuju takhta, namun Amanullah populer di kalangan rakyat Afghanistan.

Dia maupun Soraya mempromosikan reformasi ekonomi dan sosial.

Tidak seperti biasanya seorang Raja, Soraya adalah satu-satunya istri, dan keduanya aktif mengecam poligami.

Soraya menemani suaminya dan masyarakat, dan dia tidak memakai kerudung.

Dia mendirikan sekolah pertama untuk anak perempuan di negara itu dan memberikan beasiswa untuk anak perempuan yang lebih tua untuk pergi dan belajar di luar negeri.

Suaminya mengangkat Soraya sebagai menteri pendidikan.

Namun, rencana cepat mereka untuk memodernisasi justru menjadi bumerang bagi sebagian orang dan menyebabkan pemberontakan Khost, yang dapat dipadamkan tahun 1925.

Baca Juga: ‘Wanita yang Paling Baik di Antara Wanita’, Inilah Longyu, Permaisuri Kaisar Guangxu yang Hidup di Kota Terlarang, Ibu Angkat Kaisar Terakhir China Puyi, Pembuka Jalan Berdirinya Republik China

 Baca Juga: Bak Bunyikan Lonceng Kematian Bagi Republik, Inilah Yuan Shikai, Bantu Permaisuri Cixi Gulingkan Kaisar, Lalu Ingin Hidupkan Kembali Monarki dan Angkat Dirinya Sendiri Sebagai Kaisar China

Pada tahun 1926, Afghanistan menjadi Kerajaan, dan Amanullah dinyatakan sebagai Raja, dengan Soraya sebagai Ratunya.

Ratu Soraya, ibunya, dan anggota keluarga kerajaan lainnya secara aktif mengkampanyekan hak-hak perempuan.

Salah satu saudara perempuan Raja Amanullah memimpin pembentukan Asosiasi Perlindungan Wanita, dan para wanita didorong untuk memprotes ketidakadilan yang dialami  karena suami mereka atau pria lain.

Ratu Soraya juga dikenal karena pidatonya, yang sangat menakutkan bagi suku yang konservatif.

Pada tahun 1926, dia berkata, “Jangan berpikir, bahwa bangsa kita hanya membutuhkan laki-laki untuk melayaninya. Wanita juga harus mengambil bagian mereka seperti yang dilakukan wanita di tahun-tahun awal Islam.

Layanan berharga yang diberikan oleh wanita diceritakan sepanjang sejarah, maka kita belajar bahwa wanita tidak diciptakan semata-mata untuk kesenangan dan kenyamanan.

Dari teladan mereka, kita belajar bahwa kita semua harus berkontribusi terhadap pembangunan bangsa kita dan ini tidak dapat dilengkapi tanpa pengetahuan.”

Soraya tampil di depan umum tanpa kerudung dan menghadiri sidang parlemen bersama putrinya, semua tanpa kerudung.

Baca Juga: ‘Tugasnya Mengurus Negara Membuat Laki-laki Malu’ Kisah Shangguan, Jadi Permaisuri Kaisar Zhao pada Usia Enam Tahun, Mengatur Negara dengan Bimbingan Kakeknya yang Bijaksana

 Baca Juga: Kisah Hidupnya Bak Cinderella, Inilah Wei Zifu yang Teraniaya, Jadi Permaisuri China Selama 38 Tahun Terlama Kedua dalam Sejarah, Akhirnya Tidak Disukai Kaisar, Akhir Hidupnya Sungguh Tragis

Dia mendirikan majalah wanita pertama, dan ibunya menjadi redaktur pelaksananya.

Pada tahun 1927, Raja dan Ratu baru melakukan tur besar ke Eropa dan Timur Tengah, dan selama tur  ini Soraya diberikan gelar kehormatan dari Universitas Oxford.

Mereka juga bertemu dengan Paus dan beberapa pemimpin dari berbagai negara Eropa.

Namun, ketidakhadiran mereka dari Afghanistan menyebabkan pemberontakan.

Tak lama setelah mereka kembali pada tahun 1928, Jalalabad jatuh, dan tentara meninggalkan Amanullah.

Suku-suku tersebut antara lain menuntut agar Amanullah menceraikan Ratu Soraya dan mengusir seluruh keluarga Tarzi.

Amanullah akhirnya dipaksa untuk turun takhta, dan keluarganya pergi ke pengasingan di India, di tempat ini Soraya melahirkan seorang putri yang diberi nama negara pengasingan pertama mereka, Putri India.

Mereka kemudian pindah ke Italia, tempat mereka menetap selanjutnya.

Baca Juga: Meski Baik Hati, Namun Nasibnya Terlihat Menyedihkan dan Tidak Berdaya, Inilah Permaisuri Hu Shanxiang yang Digulingkan oleh Kaisar, Suaminya Sendiri

 Baca Juga: Jarang Terdengar Kisahnya, Inilah Livia Drusilla, Istri Ketiga dan Terakhir Kaisar Augustus dari Kekaisaran Romawi, Menikah Selama 51 Tahun, Setia Mendukung Meski Turut Campur Pemerintahan Suaminya

Tetapi, tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan mereka selama di pengasingan.

The New York Times melaporkan pada bulan September 1929, bahwa pasangan kerajaan itu telah memeluk agama Katolik, meskipun kemudian dikonfirmasi tidak benar dengan Ratu Soraya, mengatakan, “Kami terlahir sebagai Muslim, dan kami akan mati sebagai Muslim.”

Pada tahun 1979, lama setelah mereka berdua meninggal, New York Times menulis, “Raja Amanullah membeli sebuah vila di distrik Prati Roma dekat Vatikan. Selama bertahun-tahun orang-orang di lingkunan itu mengatakan dia datang dengan ‘peti permata’, yang perlahan dia jual.

Raja Amanullah dikatakan telah bermanuver untuk mendapatkan kembali takhtanya dengan bantuan Nazi selama Perang Dunia II, namun kekalahan Hitler mengakhiri mimpi itu.

Kerabat Raja Amanullah masih tinggal di Italia, termasuk seorang putri yang menikah dengan seorang Italia dan tinggal di Roma.”

Raja Amanullah meninggal pada tahun 1960, dan Soraya hidup lebih lama darinya selama delapan tahun, dia meninggal pada 20 April 1968.

Mereka berdua dimakamkan bersama di sebuah makam di Jalalabad.

Baca Juga: Dalam Dirinya Mengalir Darah Mongolia, Inilah Permaisuri Xiao Zhuang, Lahir dengan Misi Rahasia untuk Jadikan Putranya Seorang Kaisar, Dia Berhasil Bangun Citra Kerajaan China yang Positif

 Baca Juga: Kejam Terhadap Musuhnya Namun Miliki Cinta untuk Rakyatnya, Inilah Lu Zhi dari Dinasti Han, Permaisuri Pertama yang Memerintah China, Tinggalkan Rivalnya di Kandang Babi Setelah Dimutilasi

 Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari