Find Us On Social Media :

Sejarah Konflik Indonesia-Belanda: Selain Terjadi di Sulawesi Selatan, Pembantaian Rakyat Sipil Juga Terjadi di Jawa Barat, Dikenal 'Pembantaian Rawagede' yang Tewaskan Ratusan Orang

By Khaerunisa, Senin, 5 April 2021 | 12:05 WIB

Iring-iringan tentara saat Agresi Militer Belanda I pada 1947. (ilustrasi) Sejarah Konflik Indonesia-Belanda: Selain Terjadi di Sulawesi Selatan, Pembantaian Warga Sipil Juga Terjadi di Jawa Barat, Dikenal Pembantaian Rawagede yang Tewaskan Ratusan Orang

Intisari-Online.com - Berlangsung selama kurang lebih 4 tahun, terjadi berbagai peristiwa selama konflik Indonesia-Belanda.

Konflik yang terjadi antara tahun 1945 hingga 1949 itu terjadi lantaran Belanda ingin kembali berkuasa di Indonesia, yang telah mendeklarasikan kemerdekaannya.

Sengketa kedaulatan terjadi, yang penyelesaiannya diupayakan baik melalui jalur diplomasi maupun perlawanan.

Pertumpahan darah tak terhindarkan selama masa-masa tersebut, di mana hingga ribuan rakyat Indonesia gugur dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Baca Juga: Ribuan Rakyat Sulawesi Selatan Dibantai ketika Terjadi Konflik Indonesia-Belanda, Bahkan 75 Tahun Kemudian Masih Ada Keluarga Korban yang Menggugat hingga Belanda Bayar Ganti Rugi

'Pembantaian Westerling' merupakan peristiwa memilukan paling terkenal yang dilakukan oleh pasukan Belanda kala itu.

Itu terjadi pada Desember 1946-Februari 1947 selama operasi militer Counter Insurgency (penumpasan pemberontakan), diperkirakan menewaskan 40.000 rakyat Sulawesi Selatan.

Selain di Sulawesi Selatan, pembantaian rakyat sipil juga terjadi di Rawagede,  Jawa Barat pada Desember 1947.

Peristiwa itu dikenal sebagai 'Pembantaian Rawagede', di mana Belanda mengincar daerah tesebut karena menjadi markas para laskar.

Baca Juga: Wolter Mongisidi, Pahlawan dari Sulawesi yang Diburu Pasukan Belanda saat Terjadi Konflik Indonesia-Belanda, Dihukum Mati saat Usia 24 Tahun

Melansir Tribun Batam, Pada 1947 tentara Belanda kembali datang ke Indonesia dan berhasil menguasai wilayah Jawa Barat.

Belanda membawa misi untuk membersihkan unit pasukan bersenjata Indonesia dan laskar-laskar pemuda yang melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Pasukan Belanda yang ikut ambil bagian dalam operasi adalah Detasemen 3-9 RI, pasukan para 1E, 12 Genie veld compagnie dan Depot Speciaale Troepen (DST) berjumlah total sekitar 130.000 tentara.

Pasukan tersebut bertujuan untuk memburu Kapten Lukas Kustaryo yang selalu berhasil menyerang pos-pos dan patroli militer Belanda.

Baca Juga: Termasuk Militer Paling Miskin di Dunia, Ini Fakta-fakta Laos, Tempat Paling Mengerikan Sisa Perang Dingin

Belanda yang mencurigai adanya gerakan pejuang di daerah Rawagede mulai mengirimkan mata-mata untuk melakukan penyelidikan.

Pada kenyataannya di desa Rawagede, Kecamatan Rawamerta, Kabupaten Karawang terdapat Markas Gabungan Pejuang (MGP) oleh para pejuang dan laskar pemuda.

Mengetahui hal tersebut para pemimpin MGP menutup seluruh akses jalan menuju desa Rawagede dan melakukan patroli penjagaan setiap malam.

Kemudian seorang intel Belanda berkebangsaan Indonesia berhasil ditangkap oleh anggota MGP Rawagede, namun berhasil kabur.

Baca Juga: Konflik Indonesia-Belanda selama 4 Tahun Dimulai Ketika Belanda Ingin Kembali Berkuasa di Indonesia, Tak Tinggal Diam, Ini Sederet Perlawanan di Berbagai Daerah!

Intel tersebut memberikan informasi kepada Belanda bahwa di MGP Rawagede terdapat Lukas Kustaryo dan pasukan.

Mengetahui hal tersebut Belanda segera menyusun rencana penyerangan ke Rawagede.

Namun seorang kepala desa yang menyamar, Saukim mengetahui rencana tersebut dan segera memberikan informasi melalui surat kepada MGP Rawagede.

Isi surat tersebut adalah informasi bahwa Belanda pada 9 Desember 1947 akan melakukan penyerbuan masif ke Kampung Rawagede.

Baca Juga: Menguak Kehidupan Tak Terduga Tentara Amerika di Atas Kapal Perang, Rentan Terkena Serangan Seksual Hingga Berhubungan Badan dan Alkohol Menjadi Hal Biasa

Setelah mendapat informasi dari Saukim, seluruh pimpinan dan anggota MGP mencoba meloloskan diri dan keluar dari Rawagede.

Ketika sebagian pejuang berhasil keluar dari Rawagede, Belanda mengepung Desa Rawagede untuk menemukan Lukas Kustaryo dan pejuang lainnya.

Tidak menemukan mereka, pasukan Belanda pun memaksa seluruh penduduk keluar rumah dan dikumpulkan di tempat yang lapang.

Penduduk yang bersembunyi dan berusaha melarikan diri ditembak ditempat oleh Belanda.

Baca Juga: Lihat China Gunakan 'Taktik Licik' Serupa dengan yang Dilakukannya di Laut China Selatan Bikin India Waspada, Ini Perbandingan Kekuatan Militer China dan India

Belanda menginterogasi penduduk desa tentang keberadaan para pejuang. Mereka yang bungkam dibantai menggunakan senapan mesin.

Aksi tersebut mengakibatkan 431 orang penduduk Rawagede tewas, kecuali wanita dan anak-anak.

Setelah tentara Belanda meninggalkan Rawagede, para wanita menguburkan mayat-mayat dengan peralatan seadanya.

Sementara itu, Belanda masih melanjutkan misi pencarian Lukas Kustaryo bahkan menambah personil sebanyak 9 truk.

Baca Juga: Peneliti Kaget Bongkar Peti Mati Berumur 600 Tahun, Tetapi Melihat Mayatnya Tidak Mengalami Pembusukan Sama Sekali, Setelah Diperiksa Hasilnnya Mengejutkan

Ketika pasukan Belanda melanjutkan pencarian dengan menumpang kereta api, pembantaian kembali terjadi dengan puluhan orang tewas.

Mereka adalah penumpang Kereta Api jurusan Karawang-Rengasdengklok yang terjebak di Stasiun Rawagede.

Para penumpang diperintahkan untuk baris jongkok di jalan Kereta Api dan kemudian ditembak.

Akibat kejadian tersebut, 62 orang tewas dibantai, menambah jumlah korban dari pembantaian oleh Belanda di Rawagede.

Baca Juga: Berpengalaman 11 Tahun di Timor Leste dalam Berbagai Operasi, Letjen TNI AD Ini Beberkan Pengkhianatan Dunia Barat yang Sampai Menjebak indonesia dalam Pusaran 'Pelanggaran HAM'

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari