Find Us On Social Media :

Ribuan Rakyat Sulawesi Selatan Dibantai ketika Terjadi Konflik Indonesia-Belanda, Bahkan 75 Tahun Kemudian Masih Ada Keluarga Korban yang Menggugat hingga Belanda Bayar Ganti Rugi

By Khaerunisa, Kamis, 1 April 2021 | 18:10 WIB

Monumen korban 40.000 jiwa di Galung lombok Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Intisari-Online.com - Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, pasukan Belanda kembali datang menandai dimulainya konflik Indonesia-Belanda selama kurang lebih 4 tahun.

Meski Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus1945, rupanya tidak menghentikan keinginan Belanda untuk kembalimenguasai Indonesia.

Masuknya kembali Belanda ke Indonesia terjadi pada bulan September 1945, mereka memboncengi kedatangan Pasukan Sekutu yang hendak melucuti dan memulangkan tentara Jepang di Indonesia.

Serangkaian perlawanan dilakukan rakyat Indonesia di berbagai daerah untuk menolak kedatangan NICA (Netherland Indies Civil Administration – pemerintahan sipil Hindia Belanda) di Indonesia.

Baca Juga: Konferensi Meja Bundar Resolusi Konflik Indonesia-Belanda, Ini Isi Perjanjian KMB yang Ditandatangani di Den Haag

Di antara berbagai pertempuran melawan sekutu dan NICA, salah satunya terjadi di Sulawesi Selatan.

Sebuah peristiwa yang dikenal sebagai 'Pembantaian Westerling' terjadi di Sulawesi Selatan pada 11 Desember 1946 hingga 10 Februari 1947.

Itu adalah peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh pasukan khusus Belanda Depot Speciale Troepen (DST) di bawah pimpinan Raymond Pierre Paul Westerling terhadap ribuan rakyat sipil di Sulawesi Selatan.

Saat itu, sebanyak 120 orang dari pasukan khusus DST dan komandannya, Westerling, dikirim ke Makassar untuk melaksanakan tugas menumpas pemberontak.