Find Us On Social Media :

'Sebelum Mati, Bunuhlah Sepuluh Musuh!', Perintah Legendaris Jenderal Jepang yang Bikin Amerika Harus Korbankan Banyak Tentara Demi Merebut 'Pulau Terburuk'

By Maymunah Nasution, Minggu, 13 Desember 2020 | 16:52 WIB

Pertempuran Iwo Jima antara pasukan Marinir AS dan tentara Jepang, sebuah pertempuran mengerikan yang hantui Marinir sampai saat ini hanya untuk Pulau Terburuk

Intisari-online.com - Banyak cerita yang masih tidak tersampaikan dari Perang Dunia II.

Dalam perang ini juga terjadi pertempuran-pertempuran hebat antara Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dengan Jepang, negara pemulai Perang Dunia II di Asia Pasifik.

Peperangan terjadi di berbagai wilayah, karena AS tidak membuang waktu untuk menginvasi Jepang dan wilayah yang mereka jajah.

Saat menginvasi, para Marinir diberitahu mereka akan menghadapi perlawanan berat.

Baca Juga: Kemenangan Memang Direngkuh Pasukan AS dalam Pertempuran Iwo Jima PD II, Tapi Justru Operasi Mereka ke Jepang Itu Layaknya Misi Bunuh Diri Massal, Mengapa?

Namun saat datang ribuan prajurit hanya temukan beberapa ledakan artileri dan tembakan senjata kecil yang tersebar.

Segera prajurt infanteri, tank dan kendaraan langsung bisa mencapai pantai sampai-sampai kopral ada yang curiga akan hal itu.

Unit pertama maju ke teras yang tertutup abu di luar pantai, hingga tiba-tiba lusinan baterai jepang yang disamarkan tiba-tiba meledak dengan mortir mematikan dan dilengkapi tembakan senapan mesin.

Peluru artileri segera menghujai orang-orang dan peralatan yang masih menyumbat pantai, gegerkan para Marinir tersebut, dan harapan mereka merebut pulau tanpa perlawanan telah menguap.

Baca Juga: Padahal Prancis Miliki Senjata dan Tank Serta Prajurit Lebih Banyak Tapi Tetap Saja Kalah, 10 Fakta ini Mungkin Tidak Pernah Anda Ketahui tentang Perang Dunia Kedua

Pantai tersebut hanyalah pantai tenggara, yang diserbu AS pada 19 Februari 1945.

Nama pulau itu, Iwo Jima, tidak begitu berarti, hanya seluas 8 mil persegi dengan kondisi kekurangan pasokan air tawar dan sumber daya lain yang memadai, pantainya pun terlalu berbatu, tidak bisa dijadikan pelabuhan kapal Angkatan laut.

Namun siapa sangka, pulau itu menjadi kunci Amerika menuju tanah air Jepang.

Segera setelah B-29 Superfortess sudah melakukan pengeboman di Tokyo, sehingga AS membutuhkan Iwo Jima sebagai pendaratan darurat serta tempat persiapan pengawalan pesawat tempur mereka.

Baca Juga: 1.000.000 Tentara Jepang Masih Hilang Setelah Lebih dari 7 Dekade, Upaya Pencarian Jenazah-jenazahnya Punya Sejarah Panjang!

Guna merebut pulau itu, komando tinggi As mengerahkan divisi Marini ke-3, ke-4 dan ke-5 dari Korps Amfibi V di bawah Letnan Jenderal Holland "Howlin Mad" Smith.

Pasukan yang dikerahkan adalah 70 ribu orang Marinir, jumlah terbanyak yang pernah dikumpulkan untuk satu operasi.

Jepang sendiri tidak dengan mudah menyerahkan Iwo Jima, dipimpin Jenderal Tadamichi Kuribayashi, 22 ribu orang Jepang yang kemudian disebut garnisun Iwo Jima segera mengubah pulau itu menjadi labirin gua alam, terowongan bawah tanah dan kotak obat yang dibentengi.

Kuribayashi tidak main-main, ia memerintahkan bawahannya untuk bertarung sampai akhir.

Baca Juga: Sambil Menitihkan Air Mata, Nenek Usia 94 Tahun Ini Terus Pegangi Baju Tentara Jepang Setiap Menjelang Tidur, Tak Disangka Kisah di Baliknya Sangat Tragis

"Kami akan mengabdikan diri dan seluruh kekuatan kami untuk mempertahankan pulau ini," ujar instruksi dari Kuribayashi.

"Setiap orang akan melakukan tugasnya, membunuh sepuluh musuh sebelum mati."

Pertahanan itu tidak sia-sia, pasukan Kuribayashi hanya menderita sedikit saja setelah serangan artileri AS.

Saat serangan Marinir bergerak melewati pantai pagi hari tanggal 19 Februari, mereka sudah duduk menunggu dengan senjata terlatih.

Baca Juga: Sebutan Amerika Sebagai Militer Terkuat Tampaknya Bukan Isapan Jempol Semata, Hanya 40 Tentara AS Mampu Bikin 500 Tentara Bayaran Ini Kocar-Kacir Padahal Sudah Gunakan 27 Tank

Keadaan segera menjadi mengerikan, AS hampir kewalahan dan akhirnya membangun tempat berpijak dan mulai merobohkan kotak obat dan parit Jepang di dekat garis pantai sementara yang lain bekerja keras melewati abu vulkanik sedalam kakai dan menyeberang ke sisi barat pulau, untuk memotong puncak selatan setinggi 550 kaki di gunung Suribachi.

Pasukan AS masih merangsek maju beberapa hari berikutnya guna merebut satu dari tiga lapangan udara dan bergerak menuju sektor utara pulau.

Februari 23, elemen Marinir ke-28 maju ke Gunung Suribachi untuk merayakan kependudukan mereka dan mengibarkan bendera Amerika Serikat di gunung tersebut, sayangnya keenam Marinir tersebut hanya bisa berdiri di situ untuk waktu yang sangat singkat.

Satu bulan penuh para Marinir berjuang melalui bukit dan parit yang diberi julukan 'Penggiling Daging' atau 'Lembah Kematian' bahkan 'Ngarai Berdarah' dan ribuan korban tewas untuk setiap mil wilayah yang diperoleh.

Baca Juga: Taktik Gerilya Antarkan Kim Il-sung Menang Lawan Jepang, Ini 5 Tokoh Ahli Perang Gerilya Paling Tersohor di Dunia, Ada Juga dari Indonesia!

Segera saja, Iwo Jima menjadi 'Pulau Terburuk' yang harus diselesaikan Marinir.

Kuribayashi telah memerintahkan anak buahnya untuk bertempur dengan cara perang gerilya, mereka menyergap Marinir kemudian menghilang ke dalam gua dan terowongan untuk kemudian muncul kembali di posisi baru.

Banyak Marinir yang mengungkapkan, tidak ada orang Jepang di Iwo Jima, karena mereka ada di dalamnya.

Senjata kecil tidak berguna, digantikan penyembur api M2, bazoka dan tank Sherman yang memuntahkan api untuk membersihkan benteng musuh.

Baca Juga: 'Batu Karang Kematian', Tempat Perburuan Tulang Belulang Ribuan Tentara dan Rakyat Jepang yang Memilih Bunuh Diri daripada Menyerah pada Sekutu

Granat juga dipilih menjadi senjata tentara paling berguna, biasanya dipakai dengan cara digulingkan ke bawah bukit dan melemparkannya ke dalam gua.

Ada seorang petugas Angkatan Laut bernama John Harlan Willis yang mengambil dan melemparkan kembali 8 granat Jepang saat memberikan pertolongan pertama pada orang-orang yang terluka, sebelum granat kesembilan meledak di tangannya dan membunuhnya.

Sampai awal Maret Marinir mulai kelelahan meskipun sudah merebut dua lapangan terbang Iwo Jima dan mencapai garis pantai utara, dan secara efektif membelah pulau menjadi dua.

Pasukan Jepang sudah sangat berkurang dan menjalani hari-hari tanpa air, tapi mereka tidak menyerah sedikitpun sampai-sampai seorang Marinir bercerita tentang orang Jepang "mereka tidak pernah memiliki rezeki apa pun dibandingkan dengan apa yang dimiliki Marinir kami, tapi pada saat yang sama mereka bertempur dan bertempur dan bertempur, dan betapa berat pekerjaan yang mereka lakukan."

Baca Juga: Kisah PD II: Saat 1000 Tentara Jepang Masuk ke Sebuah Rawa Namun Hanya 20 Orang yang Selamat, Serangan dari Makhluk Tak Terduga Ini Penyebabnya, Bak Bunuh Diri Massal

Sisa pasukan Kuribayashi kemudian bergerak melalui pulau seperti hantu, mengenakan seragam AS yang ditangkap dan meluncurkan serangan balik malam hari yang mengejutkan.

Perlawanan Jepang berlanjut lama setelah pulau itu dianggap aman, berpuncak pada serangan terakhir yang sarat akan keputusasaan pada 26 Maret.

Hari yang sama, petinggi Korps Marinir mengumumkan secara resmi mengakhiri operasi tempur di Iwo Jima.

Total 7000 anggota Marinir dan AL tewas, 20 ribu luka-luka, sementara pasukan Jepang yang bertarung sampai akhir kehilangan sekitar 21 ribu orang, salah satunya adalah Jenderal Kuribayashi sendiri.

Baca Juga: Kekuatannya Bisa Ledakkan Seluruh Kota Jakarta, Sebuah Ranjau Perang Dunia 2 Mendadak Ditemukan di Lokasi Berbahaya Ini, 'Sudah 80 Tahun Berada di Bawah Air'

Meskipun menang, militer Amerika Serikat tahu betul betapa mahal harga yang harus dibayar untuk kemenangan sebuah pulau kecil nan gersang tersebut yang menjadi salah satu mimpi buruk Marinir dan Angkatan Laut Amerika Serikat.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini