Tim menemukan banyak spesies bakteri yang awalnya banyak menjadi langka, dan yang langka menjadi banyak.
Selain itu, usus tikus mengecil dan lapisan lendir yang lebih tipis.
Akibatnya, bakteri jadi lebih dekat ke dinding usus dan memicu reaksi kekebalan tubuh.
Setelah beberapa hari melakukan diet rendah serat, usus tikus mengalami peradangan kronis.
Setelah beberapa minggu, tim Dr. Gewirtz mengamati bahwa tikus-tikus itu mulai menambah lemak, misalnya dengan mengembangkan kadar gula darah yang lebih tinggi.
Sementara pada kelompok lain yang diberi menu tinggi lemak dan diberi salah satu serat yang disebut inulin, justru menunjukkan lapisan lendir pada usus lebih sehat daripada tikus yang sedikit mendapatkan serat.
Selain itu, bakteri usus juga berada pada jarak aman dengan dinding usus.
Saat inulin diberikan pada tikus lain dengan dosis lebih tinggi, perbaikan dalam tubuh tikus sangat dramatis.
(Baca juga: Bingung Mengatasi Masalah Susah Tidur? Coba Konsumsi Serat Lebih Banyak)
Meskipun mengonsumsi makanan tinggi lemak, tapi populasi bakteri dalam usus berkembang dengan sehat dan normal.
“Salah satu cara agar serat bermanfaat bagi kesehatan adalah dengan memberi sumber makanan lain. Dengan begitu bakteri akan memanen energi dalam serat makanan, membuang fragmen itu sebagai limbah,” kata Dr. Gewirtz.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR