Seperti juga tradisi dan kesenian lain yang cukup beragam; sulit untuk dirunut karena memang hampir tak ada bukti tertulisnya.
Sebab utamanya, tak lain, orang Osing lebih terbiasa berbudaya tutur ketimbangi tulis. Praktis hampir mustahil melacak sumber sejarah lewat tulisan.
"Itulah kekurangan sekaligus kesalahan orang Banyuwangi," kata Hasan Ali, budayawan Banyuwangi, ayah kandung Emilia Contessa.
Budayawan lain sekaligus seniman tari, Sumitro Hadi, yang menyangkal sebutan tari pada gerakan-gerakan pelaku seblang, menyangsikan apakah sejak awal syairnya sudah seperti itu.
"Kita tahu, sastra lisan mudah berubah-ubah," alasannya.
Soal sumber sejarah seblang, Hasan Ali, yang tengah getol mengamati sejarah Banyuwangi, menjelaskan, "Dari 18 buah Babad Blambangan, umpamanya, tak satu pun yang menyebut-nyebut tradisi ini. Satu-satunya petunjuk dan selalu dirujuk pengamat atau peneliti tentang masyarakat Osing - adalah risalah tentang kongres kebudayaan di Bandung oleh Joh. Scholte (1927), yang sedikit menyinggung seblang dalam penjelasan umum mengenai gandrung Banyuwangi."
Itu pun, lanjut Hasan Ali, tak juga menjelaskan latar belakangnya.
Begitu pula literatur karya WJ. Stoplar di awal abad XIX, Blambangansche Adatrecht, maupun kepustakaan masa modern semacam Kesenian Rakyat Gandrung dari Banyuwangi karya B. Soelarto dan S. Umi, serta Tari Gandrung Banyuwangi terbitan Kanwil Departemen P & K Jawa Timur, 1989/1990.
Anehnya, ditilik dari syair setiap tembang - yang tak beda dari gandrung -, seblang merupakan cetusan semangat kewaspadaan dan perjuangan.
Ini mengingatkan pada perang besar yang sampai sekarang jadi kenangan masyarakat Banyuwangi, yakni Puputan Bayu (1772).
Mengherankan lagi, muatan yang sama juga terdapat pada kesenian dan sisa tradisi lain semacam basanan dan wangsalan (berbalas pantun) yang termuat dalam bathokan.
Warung bathokan semula adalah ajang informasi rahasia di masa penjajahan. Kemudian berkembang menjadi ajang temu jodoh, namun belakangan bermetamorfosa menjadi prostitusi terselubung.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR