Ini sama kaburnya dengan tradisi sakral lain semisal kebo-keboan yang pernah ada di Singojuruh dan Rogojampi.
Tokoh masyarakat yang mantan kepala Desa Olehsari, D. Boenoto, hanya tahu bahwa seblang adalah hajat desa sekali setahun. "Sejak saya kecil, kata orang tua dan kakek pun sudah ada," jawabnya.
Begitu juga pendapat Asmuni, kepala Dusun Joyosari, - dusun berwarga ± 2.000 orang (700 KK), pusat perhelatan seblang di Olehsari.
la menjelaskan, seblang adalah amanat nenek moyang yang harus dijalankan. "Kalau tidak dilakukan, ada saja peristiwa yang tidak mengenakkan."
Namun ketika ditanya apakah pernah dicoba untuk tidak dijalankan, jawabnya, "Tidak pernah. Kecuali dalam keadaan darurat karena kekacauan politik, tahun 1943 - 1956."
Bisikan roh kepada si tua
Proses penunjukan calon penah seblang, sungguh sulit diterangkan secara awam. Kalaupun sudah dipilih, seperti gadis atau janda Olehsari yang bermasa bakti 3 tahun, saat persis mulainya tak bisa ditentukan.
Kadang pada minggu terakhir bulan Ramadhan (di Olehsari) atau saat purnama di bulan haji, namun acap jadi misteri hingga sehari sebelum jadwal pelaksanaan.
Biasanya akan didahului oleh seorang janda tua warga desa - ini pun siapa-siapanya tak jelas - yang kejiman (kerasukan arwah) pada hari Minggu malam atau Kamis malam.
Dalam ketidaksadaran, konon berdasar bisikan roh halus, ia akan menunjuk seorang calon penari seblang. Bisa dipastikan, calon di Olehsari mestilah janda yang ditinggal mati suami, atau seorang gadis suci.
Si tertunjuk bisa langsung menerima, bisa pula ketakutan karena terbebani pikiran macam-macam. Kalau ini yang terjadi, keluarga atau sesepuh desa membujuk dan menenangkannya.
"Bagi warga kami, ditunjuk sebagai penari seblang adalah kehormatan. Dengan ditunjuk, yang bersangkutan jelas pilihan," kata D. Boenoto.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR