Hampir terjadi kepanikan luar biasa setelah UB 65 mencatat pembunuhan kedua.
Para awak kapal merasa heran melihat wakil nakhoda yang sudah mati itu berada di ruang mesin sedang mengamati panel peralatan sebagaimana dilakukannya dalam perjalanan uji coba.
Pada saat kapal selam itu kembali ke darat, rumor tentang hantu itu sudah menyebarluas ke seluruh armada U-boat.
Nakhoda berusaha keras menghentikan berita itu dengan menganggapnya sebagai omong kosong belaka.
Dia khawatir kisah hantu itu hanya akan semakin menghancurkan moral ke-34 awak kapalnya.
Namun dalam hati, mereka yang berada di UB 65 menyadari bahwa ada yang salah dengan kapal mereka.
Bulan Januari 1918, ketika perang semakin mendekati hasil akhir, nakhoda kapal itu tidak lagi bisa mengabaikan apa yang dikatakan seorang awak kapalnya yang keras kepala - sebab dia sendiri juga melihat penampakan itu!
Hal itu muncul ketika U-boat sedang menuju ke Selat di luar Portland Bill. Karena cuaca begitu buruk dan gelombang lautan sangat besar, nakhoda memerintahkan agar kapal dibawa ke permukaan.
Setelah mencapai permukaan, sebuah peneropong di sisi geladak sedang memindai cakrawala yang sedang tertimpa badai.
Ketika mengamati pelabuhan, tiba-tiba awak kapal itu melihat seorang kapten berdiri di atas kapal yang sedang dihantam gelombang ganas itu.
Pertama-tama, awak kapal itu menganggap nakhoda itu sembrono karena begitu berani mengambil risiko, namun kemudian ia menyadari bahwa seluruh tali jangkar kapal itu masih tertambat di dasar.
Kecuali salah satu yang dinaikinya menuju geladak kapal dan dia sadar tidak seorang pun bisa naik ke atas tanpa dilihatnya sendiri.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR