Di antara tokoh-tokoh pergerakan di lingkaran Sjahrir, Chairil cukup dekat dengan Soedjatmoko, Sudarpo, dan Subadio Sastrasatomo. Berkat Des, dia juga mengenal secara pribadi Mohammad Hatta, yang nantinya memberi pekerjaan kepada Chairil.
Dari kalangan wartawan, Chairil mengenal Burhanuddin Mohammad Diah, Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, dan Sutan Takdir Alisjahbana.
Mencuri untuk makan padang
Tinggal bersama Sjahrir bukan berarti Chairil dapat hidup serba berkecukupan. Jangankan kehidupan mewah, seperti ketika tinggal di Medan. Sekadar memenuhi kebutuhan pokok saja terkadang sulit Chairil dapat.
Sjahrir pun tidak bisa terus menerus menghidupi orang-orang di rumahnya. Dia serba kekurangan. Sebagai seorang yang menolak tunduk kepada Jepang, berbeda dengan Bung Karno dan Bung Hatta, Sjahrir tidak memiliki pekerjaan.
Otomatis tidak ada penghasilan. Meski terkadang ada bantuan dari kawan-kawannya, pemenuhan kebutuhan rumah tangga tetap mencekik Sjahrir.
Berusaha keluar dari situasi sulit tersebut, Chairil mencoba berniaga. Dia memiliki ide berjualan barang-barang bekas. Sjahrir setuju, dengan syarat Des harus dilibatkan dalam usaha itu. Des Alwi yang tahu ayah angkatnya sedang kesulitan pun setuju.
Mula-mula, imbuh Hasan, Chairil melihat peluang dari kesulitan hidup keluarga Belanda dan orang-orang yang kepala keluarganya ditangkap oleh Jepang. Chairil berencana membeli barang-barang milik mereka (sepeda, radio, perkakas, dan lain sebagainya), kemudian menjualnya kembali.
Modal awal untuk usahanya itu didapat dari Sjahrir, sebesar 500 gulden.
Chairil dan Des lalu bergerak dari rumah ke rumah mencari orang-orang yang sedang kesulitan. Dalam bukunya, Des bercerita jika barang pertama yang mereka dapat dari usahanya itu adalah sebuah sepeda milik seorang perempuan Belanda, seharga 35 gulden. Dua hari berselang, sepeda itu dibeli oleh seorang kawan Sjahrir dengan harga 37 gulden.
Keuntungan dari hasil jual sepeda itu lalu digunakan Chairil untuk membeli buku serial Multatuli. Sementara Des mendapat untung dari dinamo dan lampu yang sebelumnya sudah dilepas dari sepeda tersebut.
Di hari lain, Chairil membeli sebuah radio seharga 155 gulden dari seorang gadis Indo. Namun radio merek Phillips itu tidak dijual, melainkan digunakan oleh Sjahrir untuk memantau situasi dunia.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR