Di sana, mereka mendirikan pemukiman yang diberi nama Mataram. Nama ini diambil dari kata "mata" yang berarti mata air dan "ram" yang berarti indah atau menarik. Ki Ageng Pemanahan kemudian dijuluki sebagai Kiyai Gede Mataram karena berhasil membuka hutan tersebut.
Putranya, Raden Ngabehi Saloring Pasar, kelak menjadi keturunan pertama darinya yang memimpin daerah tersebut dan mendirikan kerajaan yang disebut Kesultanan Mataram Islam bergelar Panembahan Senopati.
Peristiwa "Babad Alas Mentaok" ini populer dalam lakon-lakon panggung ketoprak Mataraman di masa kini.
Pohon Mentaok yang bunganya biseksual
Melansir dlhk.jogjaprov.go.id, pohon mentaok adalah penghuni kawasan Hutan Musim termasuk Hutan Muson, semak belukar, hutan savana, dengan kondisi kering yang periodik maupun permanen.
Dalam aspek ketinggian tempat, jenis tanaman ini tumbuh dengan baik sampai ketinggian lebih dari 1000 mdpl.
Pohon mentaok memiliki habitus pohon, bisa mencapai ukuran tinggi 35 meter dengan diameter sebesar 50 cm.
Kulit batangnya berwarna abu-abu coklat hingga kuning kecoklatan, beralur agak dalam.
Daunnya berbentuk bulat telur dengan ujung daun meruncing dengan rambut halus pada bagian permukaan dan pada bagian bawah daun sedikit kasar.
Sementara bunga berwarna putih kekuning-kuningan atau merah muda hingga merah tua, terdapat dalam bentuk malai pada ujung ranting.
Bunga mentaok bersifat biseksual, di mana bunga lengkap mengandung androecium dan gynoecium dalam satu bunga.
Baca Juga: Punya Pepali Fenomenal, Inilah Ki Ageng Selo, Leluhur Mataram Islam yang Mampu Menangkap Petir
KOMENTAR