Intisari-Online.com -Makam Raja-raja Mataram Islam di Kotagede adalah salah satu situs sejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan kerajaan yang pernah berdiri di Yogyakarta.
Banyak orang yang datang ke makam ini untuk berziarah dan mengenal lebih dekat warisan budaya Mataram Islam.
Namun, banyak yang bertanya-tanya tentang adanya satu aturan yang harus dipatuhi oleh para peziarah, khususnya wanita, yaituharus melepas hijab atau kerudung.
Benarkah aturan tersebut? Simak ulasannya berikut ini.
Sejarah Makam Raja Mataram Islam Kotagede
Makam Raja Mataram Islam Kotagede atau Pasarean Hastana Kitha Ageng adalah kompleks makam bagi raja-raja Mataram Islam pertama beserta para kerabatnya yang dibangun oleh Panembahan Senopati.
Kompleks makam ini berada di sebelah barat Masjid Agung Kotagede yang konon dulunya merupakan tempat yang menjadi cikal bakal keberadaan Kerajaan Mataram Islam.
Lokasi Makam Raja Kotagede ini masuk dalam wilayah Dusun Sayangan, Jagalan, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Di dalam kompleks makam tersebut disemayamkan beberapa tokoh-tokoh penting dan juga Raja-Raja Mataram Islam pada awal periode berdirinya kerajaan ini.
Sejarah keberadaan Kompleks Makam Raja Kotagede tidak dapat dilepaskan dari berdirinya kerajaan Mataram Islam dan sosok Panembahan Senopati.
Baca Juga: Punya Pepali Fenomenal, Inilah Ki Ageng Selo, Leluhur Mataram Islam yang Mampu Menangkap Petir
Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Panembahan Senopati memiliki nama asli Danang Sutowijoyo juga dikenal sebagai Sutawijaya.
Beliau merupakan putra dari Ki Gede Pemanahan, sosok yang telah berhasil membantu Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya) untuk membunuh Arya Penangsang.
Atas jasanya, Ki Ageng Pemanahan mendapatkan hadiah berupa tanah di daerah Alas Mentaok (sekarang Kotagede) dari Sultan Hadiwijaya.
Di sana, Ki Ageng Pemanahan mendirikan sebuah pesanggrahan yang kemudian menjadi pusat pemerintahan Mataram Islam pertama.
Panembahan Senopati meneruskan perjuangan ayahnya untuk memperluas wilayah kekuasaannya.
Beliau berhasil menaklukkan beberapa kerajaan kecil di sekitarnya dan bahkan mengalahkan Demak dan Pajang yang merupakan kerajaan besar saat itu.
Panembahan Senopati wafat pada tahun 1601 M dan dimakamkan di kompleks makam Kotagede.
Beliau digantikan oleh putranya yang bernama Mas Jolang atau Panembahan Hanyakrawati.
Namun, pemerintahannya tidak berlangsung lama karena beliau meninggal pada tahun 1613 M dan juga dimakamkan di kompleks makam Kotagede.
Daftar raja-raja yang dimakamkan di Makam Raja Kotagede
Di tempat yang sekarang menjadi Kompleks Makam Raja Kotagede, terdapat beberapa makam tokoh penting sebelum Panembahan Senopati mendirikan kerajaan Mataram Islam.
Baca Juga: Inilah Keterkaitan antara Kerajaan Demak dan Kerajaan Mataram Islam
Di antara tokoh-tokoh yang dimakamkan di sana adalah Sultan Hadiwijaya dan Ki Ageng Pemanahan, beserta keluarganya. Mereka dimakamkan di bawah cungkup besar.
Panembahan Senopati yang meninggal pada tahun 1601 juga dimakamkan di sana, tepatnya di sebelah barat makam ayahnya, Ki Ageng Pemanahan, sesuai dengan permintaannya.
Selain itu, ada juga makam Ki Juru Martani, Nyi Ageng Nis, Panembahan Seda ing Krapyak (Raden Mas Jolang), Sultan Hamengku Buwono II, Adipati Paku Alam I, Adipati Paku Alam II, Adipati Paku Alam III, dan Adipati Paku Alam IV yang berada di bawah cungkup besar.
Sultan Hamengku Buwono II dimakamkan di Pasarean Hastana Kitha Ageng karena saat ia wafat sedang terjadi Perang Diponegoro yang menghalangi pemakaman di Pajimatan Imogiri.
Yang unik adalah makam Ki Ageng Mangir yang setengahnya ada di dalam cungkup dan setengahnya lagi ada di luar cungkup.
Ki Ageng Mangir adalah menantu sekaligus lawan Panembahan Senopati, yang dimakamkan sesuai dengan kedudukannya
Jumlah total makam di Kompleks Makam Raja Kotagede baik yang ada cungkupnya maupun yang tidak ada cungkupnya adalah 627 makam.
Pedoman dan Jadwal Ziarah di Makam Kotagede
Makam Kotagede adalah tempat peristirahatan raja-raja, sehingga ada pedoman yang harus diikuti oleh para ziarah. Pedoman ziarah di Makam Kotagede ini mirip dengan pedoman ziarah di Makam Imogiri.
Kompas.com mengadakan kunjungan ke Makam Kotagede pada hari Sabtu (26/1/2019). Ini dia pedoman yang harus dipatuhi oleh para ziarah:
1) Perempuan memakai kain jarik, kemben, dan melepaskan kerudung.
2) Lelaki memakai pakaian abdi dalem berupa kain jarik dan blangkon.
3) Peralatan bisa disewa di kantor sekretariat.
4)Dilarang mengambil foto di dalam makam.
5) Sepatu dilepas saat masuk ke makam.
6) Jam buka untuk umum adalah Senin, Kamis, Jumat, dan Minggu.
7) Senin, Kamis, dan Minggu, jam buka untuk umum adalah pukul 13.00-16.00 WIB.
8) Jam buka untuk umum pada Hari Jumat adalah pukul 13.00-16.00 WIB.
9) Makam tutup selama Bulan Ramadhan.
Selain menyewa, pengunjung yang akan ziarah ke Makam Kotagede juga bisa membawa pakaian sendiri dari rumah jika memiliki. Pakaian abdi dalem boleh bergaya Surakarta atau Yogyakarta.
Terkait aturan untuk melepas hijab atau kerudung, perlu ditekankan bahwa hal tersebut hanya berlaku jika kita ingin berziarah ke makam raja.
Sementara untuk anggota keluarga yang memiliki derajat lebih rendah, kita bisa menggunakan kebaya dan beskap.
Bahkan,pada anggota kerajaan yang memiliki derajat lebih rendah lagi, maka pakaian yang harus dikenakan oleh peziarah akan semakin "umum" lagi.
Baca Juga: Peninggalan Sultan Agung yang Menunjukkan Masa Kejayaan Mataram Islam