3. Uang ‘Ma’
Kebanyakan berupa perkembangna dari dinasti sebelumnya, mata uang Jawa dari emas dan perak ini ditemukan kembali di situs kota Majapahit.
Uang ‘Ma’ (singkatan dari Masa) sebenarnya ada pada zaman dinasti Syailendra, yang dalam huruf Nagari atau Siddham, kadang dalam huruf Jawa Kuno.
Selain uang Ma, juga ada uang dengan satuan Tahil, yang ditemukan kembali berupa uang emas dengan tulisan ‘ta’ dalam huruf Nagari.
Kedua jenis mata uang tersebut memiliki berat yang sama, yaitu antara 2,4-2,5 gram.
Selain itu ada juga beberapa uang emas dan perak lainnya, ada yang berbentuk bulat, persegi, setengah lingkaran, seperempat lingkaran, segitiga, bahkan ada yang berupa potongan logam saja.
Saat itu, bentuk uang tidak begitu penting, namun yang penting adalah adanya cap yang menunjukkan benda itu bisa digunakan sebagai alat tukar.
Cap atau ‘tera’ pada uang-uang tersebut berupa gambar sebuah jambangan dan tiga tangkai tumbuhan atau kuncup bunga (mungkin teratai?) dalam bidang lingkaran atau segi empat.
Dikaitkan dengan kronik Cina dari zaman Dinasti Song (960-1279) diberitakan bahwa di Jawa orang menggunakan potongan-potongan emas dan perak sebagai mata uang.
4. Uang Gobog Wayang
Selain uang Ma, pada zaman Kerajaan Majapahit juga dikenal uang yang disebut ‘Gobog Wayang’, pertama kalinya diperkenalkan oleh Thomas Rafflers, dalam bukunya The History of Java.
Bentuk koin ini bulat dengan lubang kotak di tengah karena pengaruh dari koin China atau koin-koin serupa lainnya yang berasal dari China atau Jepang.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR