Keteguhan Selama 2 Abad Mulai Goyah, Negara Ini Tiba-tiba Ingin Gabung NATO Usai Rusia Invasi Ukraina, Diam-diam Lakukan Ini pada 2014

May N

Editor

Ilustrasi Perang Dunia III
Ilustrasi Perang Dunia III

Intisari - Online.com -Di tengah serangan Vladimir Putin ke Ukraina, Rusia telah mengisukan peringatan serius kepada Swedia dan Finlandia dengan pembicaraan mengenai potensi keanggotaan NATO merebak.

Dengan kedua negara memberatkan bergabung dengan NATO sebagai jaminan melawan agresi Rusia, juru bicara kementerian luar negeri Maria Zakharova memperingatkan: "aksesi ke NATO dapat memiliki konsekuensi yang merugikan dan menghadapi konsekuensi militer dan politik."

Anggota-anggota NATO berkomitmen membela satu sama lain dari sebuah serangan dari luar, dan sebuah kondisi keanggotaan menghabiskan 2 persen GEP untuk anggaran pertahanan.

Melansir inews.co.uk, Ukraina bukanlah anggota NATO, artinya negara-negara Barat tidak punya kewajiban mengirimkan pasukan ke pertahanan Ukraina.

Mengapa Finlandia bukan anggota NATO?

Dari 27 anggota Uni Eropa, Finlandia adalah salah satu dari enam negara yang bukan anggota NATO bersama Austria, Siprus, Irlandia, Malta dan Swedia.

Finlandia adalah bagian dari program Kemitraan untuk Perdamaian NATO, tapi, yang memperbolehkan kerjasama fleksibel antara dua partai dan secara umum dilihat sebagai cara membangun kepercayaan yang akan menuntun pada kemitraan NATO penuh.

Namun sementara Finlandia mempertahankan hak untuk memutuskan bergabung dengan NATO, mereka juga sebelumnya memperjelas niat tidak bergabung dengan persekutuan itu.

Baca Juga: Ngambek Gara-gara Dituduh Tak Seberani Jokowi saat Bicara Soal Konflik Ukraina-Rusia, PM Malaysia Ini Buru-buru Kirim Surat Teguran ke Situs Berita Ini

Baca Juga: Sampai Netizen Indonesia Geger Bikin Berbagai Teori Tentang Konflik Rusia-Ukraina, Jurnalis Luar Negeri Ini Beberkan Mana Saja Foto dan Video Hoax Konflik Rusia-Ukraina yang Beredar di Internet

'Perang Musim Dingin' Rusia-Finlandia yang terjadi dari 1939 sampai 1940 menciptakan keyakinan kuat akan kekuatan militer Finlandia dan tidak seperti sebagian negara di Eropa, mereka tidak secara signifikan mengurangi militernya mengikuti perang dingin.

Mungkin karena Finlandia membagi perbatasan sepanjang 1340 km dengan Rusia, memastikan mereka bisa melindungi diri sendiri adalah prioritas tinggi bagi Finlandia, dan Finlandia yakin mereka tidak butuh NATO untuk tetap aman.

Hal ini disampaikan dalam pidato oleh menteri luar negeri Finlandia Pekka Haavisto di hari Rusia menyerang Ukraina, yang mengatakan: "Kami memiliki kebijakan keamanan dirancang untuk bertahan di waktu krisis.

"Kami akan menggunakan sarana yang kami miliki, termasuk kerjasama dengan mitra NATO. Setelah sebuah krisis, kami akan melihat apa aksi lebih jauh yang diperlukan."

Namun, Presiden Finlandia Sauli Niinisto menekankan: "ruang Finlandia untuk manuver dan kebebasan pilihan juga termasuk kemungkinan kesepakatan militer dan ikut kemitraan NATO, seharusnya kami menentukan sendiri."

Lainnya, termasuk mantan perdana menteri Alexander Stubb, telah mengatakan bahwa Rusia "mendorong Finlandia lebih dekat ke kemitraan NATO" dan bahwa "di level sekarang, kami tidak punya pilihan selain bergabung."

Mengapa Swedia bukan anggota NATO?

Swedia telah mempertahankan sikap netral di politik dunia, walaupun seperti Finlandia, Swedia bergabung dengan program Kemitraan Perdamaian NATO tahun 1994.

Baca Juga: Dua Dekade Silam Warga Muslimnya Dibantai Rusia, Siapa Sangka 'Negara' Ini Kini Malah Gelontorkan Belasan Ribu Pasukan Bantu Putin Hantam Ukraina, Diiringi Takbir!

Baca Juga: Warganya Bisa Berhenti Masak, Negara Ini Diprediksi Bakal Jauh Lebih Sengsara dari Indonesia Jika Harga Minyak Goreng Melesat Usai Rusia Serang Ukraina, Ini Pemicunya!

Swedia telah bersikap netral selama 200 tahun dan menggantungkan pada perdagangan dengan AS dan Rusia, dan berupaya mempertahankannya.

Kejadian tahun 2014 mengubah rencana mereka, ketika Swedia mulai menginvestasikan uang mereka ke militer negara setelah beberapa aksi barbar dari Rusia.

Swedia melaporkan beberapa serangan ke wilayah mereka dengan Rusia diyakini menjadi penyebabnya.

Invasi ke Semenanjung Krimea juga membuat Swedia mendorong kemampuan militer mereka.

Positivitas publik terhadap NATO meningkat, dan di tahun 2014, data dari Universitas Gothenburg menunjukkan bahwa secara kasarnya jumlah orang yang ingin bergabung ke NATO sama dengan yang tidak ingin bergabung.

Meski begitu, Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson memperjelas pada Kamis lalu jika negaranya percaya pada netralitas mereka.

Ia mengatakan: "Swedia telah bebas sekutu selama waktu yang sangat lama. Hal itu telah memenuhi kepentingan Swedia juga."

Namun, ia kemudian menambahkan: "Aku ingin memperjelas. Swedia sendiri yang secara mandiri menentukan kebijakan keamanan kami."

Baca Juga: Pertahanannya Kini Bak Kaleng Kerupuk, Siapa Sangka Ukraina Nyaris Borong Iron Dome, Gagal Gara-gara Israel Takut Rusia Lakukan Ini di Perbatasannya

Baca Juga: Beri Peringatan Keras Agar Indonesia Tak 'Cari Perkara' dalam Konflik Ukraina-Rusia, Pakar Hukum Internasional Bocorkan 'Dalih' yang Bisa Jadi Bumerang

Artikel Terkait