Intisari-Online.com - Serangan Rusia ditanggapi Ukraina dengan perlawanan sengit membuat situasi semakin memanas.
Dikutip dari keterangan Kedutaan Besar Ukraina di Indonesia (26/2/2022), pasukan Rusia menghadapi perlawanan sengit Ukraina di Chernihiv sehingga tak mampu menguasainya.
Sementara di dalam Donetsk, Rusia belum berhasil mencapai batas administratif wilayah itu beserta Luhansk, tetapi terus menembaki Operasi Pasukan Gabungan.
Rusia juga kalah di Kharkiv dan Valuykiv. Pasukan Pertahanan Ukraina terus melakukan pertempuran defensif.
Ketika situasi Rusia-Ukraina semakin memanas, Jepang dan Korea Selatan melaporkan adanya aktivitas Korea Utara yang diperkirakan merupakan peluncuran rudal balistik.
Melansir dailymail.co.uk,sebuah peringatan keselamatan maritim dari Penjaga Pantai Jepang dikeluarkan pada Minggu (27/2/2022) pagi.
Peringatan itu mengatakan, "sebuah objek yang mungkin merupakan rudal balistik" diluncurkan dari Korea Utara dan kemungkinan mendarat di laut.
Kapal-kapal di daerah itu diperingatkan untuk menjauh dari benda-benda yang mungkin jatuh dari udara dan melaporkannya kepada pihak berwenang.
Baca Juga: Latar Belakang Serangan Umum 1 Maret 1949 yang Terjadi di Yogyakarta
Laporan serupa diungkapkan militer Korea Selatan, mengatakan, "Korea Utara telah menembakkan proyektil tak dikenal ke arah timur menuju Laut Jepang."
Peluncuran itu dilakukan setelah Korea Utara melakukan tujuh putaran uji coba rudal, termasuk peluncuran peluncuran rudal balistik jarak menengah pada 30 Januari.
Jika aktivitas Korea Utara terbaru seperti yang dilaporkan Jepang dan Korea Utara, maka itu akan menjadi unjuk kekuatan kedelapan rezim Kim Jong-un tahun ini.
Uji coba rudal Korea Utara bulan lalu disebut oleh beberapa ahli sebagai upaya untuk menyempurnakan teknologi senjatanya dan menekan pemerintahan Joe Biden untuk membuat konsesi seperti keringanan sanksi ekonomi.
Korea Utara kemudian menghentikan aktivitas pengujian setelah dimulainya Olimpiade Musim Dingin di China, yang merupakan sekutu utama dan jalur ekonomi terakhirnya.
Beberapa ahli telah memperkirakan Korea Utara akan melanjutkan tes dan kemungkinan meluncurkan senjata yang lebih besar setelah Olimpiade.
Melansir NK News (24/2/2022), Konflik Rusia-Ukraina yang dapat memberikan perlindungan bagi Korea Utara untuk melakukan uji coba rudal jarak jauh tanpa hukuman telah diprediksi para ahli.
“Korea Utara mungkin berpikir Washington terganggu dan terbebani oleh invasi Rusia dan tidak akan dapat merespons dengan penuh semangat, atau sama sekali, jika DPRK melanjutkan pengujian rudal jarak jauh,” kata Evans Revere, salah satu mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS dan pengamat Korea.
Seorang pakar Rusia yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan hal serupa, bahwa ketegangan di Ukraina memberikan peluang bagus untuk melakukan peluncuran tambahan tanpa konsekuensi.
“AS terlalu sibuk dengan Ukraina,” jelas pakar itu. “Pada saat yang sama Rusia – terutama Rusia sekarang– dan China tidak akan mendukung sanksi baru apa pun terhadap Korea Utara.”
Moskow dan China telah berulang kali menekan PBB untuk membatalkan sanksi terhadap Korea Utara dan mencemooh sanksi sepihak Washington yang diterapkan bulan lalu sebagai tanggapan atas uji coba rudal baru-baru ini.
Bahkan peluncuran rudal jarak menengah (IRBM) Hwasong-12 Korea Utara pada 30 Januari, rudal paling kuat yang diuji sejak 2017, gagal menghasilkan konsensus di Dewan Keamanan PBB.
Beberapa ahli menafsirkan uji IRBM sebagai pertanda rudal balistik antarbenua (ICBM) dan uji coba nuklir dalam waktu dekat. Sementara situasi Ukraina dapat mempercepat rencana ini, kata Revere kepada NK News.
“Jika program pengujian DPRK memang dirancang untuk memaksa AS berkompromi pada isu-isu penting bagi Pyongyang, seperti sanksi, Korea Utara dapat menghitung bahwa sekaranglah saatnya untuk benar-benar memaksakan masalah tersebut dengan Washington, termasuk melalui uji coba nuklir,” katanya.
Baca Juga: Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Merupakan Hal yang Harus Dipertahankan, Ini Penjelasannya
(*)