Intisari - Online.com -Dunia telah menyaksikan perang modern dengan Rusia menyerang Ukraina sejak Kamis (24/2/2022) dan internet menjadi sumber utama informasi perang ini.
Namun, internet juga menjadi sumber misinformasi perang Rusia-Ukraina.
Melansir english.alarabiya.net, jaringan internet di Ukraina terputus pada 26 Februari 2022 setelah serangan Rusia, terutama di bagian selatan dan timur negara di mana pertarungan paling kuat terjadi.
Pasukan Rusia menguasai sebuah kota di tenggara Ukraina, Melitopol pada Sabtu (26/2/2022), seperti dilaporkan media Rusia Interfax.
Moskow meluncurkan serangan rudal jelajah terkoordinasi dan serangan artileri pada beberapa kota, termasuk ke ibu kota Kyiv.
Konektivitas ke GigaTrans, penyedia utama internet Ukraina, turun sampai di bawah 20% dari tingkat normal sebelum naik ke tingkat lebih tinggi pada Jumat pagi, seperti disampaikan NetBlocks.
"Kami tengah mengamati jaringan nasional pada 87% tingkat biasa, sebuah angka yang menunjukkan gangguan jaringan dan juga penerbangan populasi dan hancurnya rumah-rumah serta bisnis sejak 24 Februari pagi," papar Alp Toker direktur NetBlocks.
"Sementara tidak ada pemadaman skala nasional, hanya sedikit yang didengar dari lokasi yang terdampak paling buruk, dan untuk lainnya ada ketakutan bahwa jaringan dapat memburuk kapan saja, menghapus hubungan dengan teman dan keluarga," ujar Toker.
Gangguan pada jaringan telekomunikasi Ukraina dapat berdampak pada kelompok pertahanan sipil yang telah bergerak untuk mempertahankan kota-kota mereka, tambahnya.
Sementara itu, pejabat Ukraina merilis lebih banyak informasi mengenai tuduhan spionase siber yang dilakukan Belarusia.
Pejabat Ukraina mengatakan aksi spionase ini menarget akun-akun pribadi milik pasukan Kyiv.
Dalam sebuah unggahan Facebook, Tim Respon Darurat Komputer Ukraina mengatakan hacker menarget tidak hanya warga Ukraina tapi juga warga Polandia, Rusia, dan Belarusia.
Termasuk beberapa organisasi media Belarusia.
Facebook bebaskan unggahan mengenai Batalion Azov
Sementara internet Ukraina terhambat, Facebook memperbolehkan miliaran pengguna internetnya mendukung Batalion Azov.
Batalion Azov adalah unit militer neo-Nazi yang sebelumnya dilarang untuk didiskusikan secara bebas di bawah kebijakan Organisasi dan Individu Berbahaya, melansir The Intercept.
Perubahan politik ini dibuat minggu lalu, dipatok karena invasi Rusia yang sedang terjadi di Ukraina dan karena ketegangan militer yang meningkat.
Batalion Azov, yang berfungsi sebagai sayap bersenjata gerakan Azov nasionalis kulit putih Ukraina yang lebih luas, memulai gerakannya sebagai relawan militan anti-Rusia sebelum secara resmi bergabung dengan Garda Nasional Ukraina tahun 2014.
Resimen ini dikenal dengan ultranasionalisme sayap kanan yang keras dan ideologi neo-Nazi yang didukung anggotanya.
Walaupun beberapa tahun lamanya gerakan simpatisan neo-Nazi mereka diremehkan, kedekatan kelompok itu tidak kentara.
Pasalnya, batalion Azov berbaris dan berlatih mengenakan seragam menyandang ikon Third Reich atau Nazi Jerman, dan pemimpinnya dilaporkan mendekati sosok neo-Nazi Amerika.
Tahun 2010, komandan pertama batalion Azov sekaligus mantan anggota parlemen Ukraina, Andriy Biletsky, menyatakan jika tujuan nasional Ukraina adalah "memimpin ras kulit putih dunia dalam perang salib terakhir, melawan 'Untermenschen (kelompok manusia) yang dipimpin Semit (Yahudi)."
Dengan pasukan Rusia dilaporkan bergerak menguasai seluruh Ukraina, pendekatan moderasi berbasis daftar Facebook yang blak-blakan membuat Facebook terikat seperti berikut.
Pasalnya, banyak yang khawatir dengan apa yang terjadi ketika sebuah grup yang Anda anggap terlalu berbahaya untuk didiskusikan secara bebas sedang membela negaranya dari serangan skala penuh?
Menurut kebijakan Facebook, Facebook akan "memperbolehkan dukungan terhadap Batalion Azov ketika mereka secara khusus dan eksplisit mendukung peran Batalion Azov membela Ukraina atau peran mereka sebagai bagian dari Garda Nasional Ukraina."
Materi menetapkan bahwa Azov masih tidak dapat menggunakan platform Facebook untuk tujuan perekrutan atau untuk memublikasikan pernyataannya sendiri dan bahwa seragam dan spanduk resimen akan tetap sebagai gambar simbol kebencian yang dilarang, bahkan saat tentara Azov mungkin berperang mengenakan dan memamerkannya.
Dalam pengakuan diam-diam ideologi kelompok, memo tersebut memberikan dua contoh posting yang tidak akan diizinkan di bawah kebijakan baru: “Goebbels, Fuhrer dan Azov, semua adalah model yang bagus untuk pengorbanan nasional dan kepahlawanan” dan “Bagus Azov untuk melindungi Ukraina dan warisan nasionalis kulit putihnya.”