Shikai terus mengumpulkan kekuasaan setelah Pemberontakan Boxer, sampai-sampai beberapa orang di istana Qing khawatir dia akan memimpin kudeta militer.
Oleh karena itu, pada tahun 1907 Shikai dicopot dari jabatan politiknya dan dipaksa pensiun, tetapi kematian Cixi pada tahun 1908 berarti bahwa Yuan Shikai belum keluar dari bingkai.
Saat pecahnya Revolusi Xinhai pada Oktober 1911, pandangan politik Yuan Shikai tidak menentu, namun kontrolnya atas Tentara Baru, kekuatan militer China yang paling kuat, membuat dia menjadi tokoh penting, tetapi berakibat dia dirayu oleh Qing dan Republik.
Pada akhir 1911, Shikai memerintahkan pasukannya dalam pertempuran melawan kaum revolusioner republik di Yangxia.
Seminggu kemudian, dia berpindah pihak lagi setelah Sun Yixian menawarinya jabatan resmi dalam pemerintahan republik pasca-Qing.
Kemudian, Shikai dilantik menjadi Presiden pada Februari 1912, melansir alphahistory.
Sebagai presiden pertama Republik China, Shikai menikmati rasa hormat dari kaum konservatif dan kekuatan asing.
Namun, dia tidak memiliki komitmen pribadi terhadap republikanisme atau demokrasi.
Sebagian besar masa kepresidenannya dihabiskan untuk melemahkan Majelis Nasional terpilih.
Tindakan politik Shikai itu ternyata adalah upayanya untuk menghidupkan kembali monarki.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR