Advertorial

Rela Potong 'Organ Intim' Sendiri Demi Raih Posisi Mentereng di Kota Terlarang, Inilah para Kasim di China Kuno, Salah Satunya Sangat Sohor di Indonesia

K. Tatik Wardayati

Editor

Intisari-Online.comKota Terlarang merupakan kompleks istana kekaisaran dan kediaman Kaisar Tiongkok bersama anggota rumah tangganya.

Kasim atau sida-sida adalah laki-laki yang telah dikebiri yang dilakukan secara sengaja.

Penggunaan kasim ini dimulai di Sumeria sejak abad ke-21 SM, dan meluas hingga ke Tiongkok, terutama di Kota Terlarang.

Kota Terlarang ini digunakan selama periode Dinasti Ming dan Dinasti Qing, antara tahun 1420 sampai 1924.

Selama lima abad, Kota Terlarang menjadi pusat pemerintahan Tiongkok, yagn dibagi menjadi dua bagian, yaitu Istana Dalam dan Istana Luar.

Istana Dalam merupakan wilayah pribadi kaisar, tempat di mana tidak ada pria lain yang diizinkan untuk berlama-lama.

Pada malam hari, para pejabat, personel militer, dan kerabat laki-laki kaisar wajib meninggalkan Istana Dalam.

Satu-satunya pria yang diizinkan untuk tinggal di Istana Dalam hanyalah kasim, yang telah sengaja dibuat impoten melalui pengebirian.

Baca Juga: Enam Ratus Tahun Kesultanan Ottoman Berdiri, Beginilah Nasib Wanita dan Anak-anak Perempuan Dalam Dunia Rahasia Harem Sultan Ottoman, Dididik Jadi Pemuas Nafsu Sultan Dan Dijaga Kasim yang Dikebiri

Baca Juga: Kisah Kaisar Zhengde: Raja 'Gila' dari Kerajaan China yang Eksekusi Kasimnya dengan Proses Pemotongan Lambat selama 3 Hari dan Suka Mengembara untuk Pelajari Ini

Kasim dan tradisi pengebirian di Tiongkok telah dilakukan sebelum pembangunan Kota Terlarang pada abad ke-15.

Di Tiongkok, kebiri adalah salah satu dari Lima Hukuman, sedang yang lainnya adalah tato, pemotongan hidung, amputasi kaki, dan hukuman mati.

Pada akhirnya, kebiri menjadi salah satu sarana untuk mendapatkan pekerjaan di kekaisaran.

Karena tugasnya itulah, kasim memiliki hubungan yang dekat dengan kaisar, dan ini dimulai sejak Dinasti Han, di mana kasim menjalankan urusan sehari-hari di istana Kekaisaran.

Oleh karena itu membuat kasim memiliki potensi memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kaisar.

Pada akhirnya kasim dapat mengumpulkan sejumlah besar kekuatan politik, meski dinasti yang berkuasa tidak menganggapnya sebagai ancaman serius, karena kasim dianggap tidak dapat memiliki anak sendiri dan mewariskan kekuasaan pada keturunannya.

Meski kasim dianggap bukan merupakan ancaman potensial untuk menggantikan kaisar, namun mereka dapat menjatuhkan dinasti yang berkuasa.

Kekuatan besar yang dimiliki beberapa kasim dapat merusak, yang mengubah mereka menjadi individu yang rakus, kejam, dan licik.

Baca Juga: Lelaki Kebiri Itu Setia Setengah Mati dan pada Masanya Harganya Jual Lebih Mahal daripada Budak Biasa

Baca Juga: Tak Cukup Hanya Menerima Hukuman Mati, Herry Wirawan Juga Terancam Menerima Kebiri Kimia, Sebenarnya Apa yang Terjadi Jika Menerima Kebiri Kimia?

Seperti jatuhnya dinasti Qin, misalnya, dapat dikaitkan dengan kasim Zhao Gao, yang menjadi milik keluarga penguasa negara bagian Zhao, salah satu dari tujuh negara bagian selama Periode Berperang.

Orangtua Zhao Go yang dianggap melakukan kejahatan, dihukum, dan saudara-saudaranya dikebiri, maka hukuman yang sama juga dijatuhkan kepada Zhao Gao.

Karena dia seorang ahli hukum, maka Zhao Gao datang melayani Qin Shi huang, yang memungkinkannya naik pangkat dan menjadi salah satu penasihat terdekat Kaisar.

Maka setelah kematian Qin Shi Huang, Zhao Gao dan Perdana Menteri atau Kanselir, Li Si, mengatur kudeta dengan merekayasa kematian pewaris, Fusu, serta dua pendukungnya, Meng Tian dan Meng Yi.

Putra bungsu Qin Shi, Huhai, diangkat sebagai kaisar boneka, yang tiga tahun kemudian setelah pemberontakan pecah, oleh Zhao Gao dipaksa untuk bunuh diri, karena takut kaisar menganggapnya bertanggung jawab atas pemberontakan.

Zhao Gao kemudian mengangkat Ziying (putra Fusu) sebagai kaisar baru.

Tetapi bukan berarti sepanjang sejarah kasim Tiongkok itu jahat, karena beberapa memberikan kontribusi besar terhadap budaya Tiongkok.

Seperti kertas, salah satu dari Empat Penemuan Besar, ditemukan selama dinasti Han Timur, oleh seorang kasim bernama Cai Lun.

Baca Juga: Guru Pesantren di Bandung Perkosa 12 Santriwati Terancam Dihukum Kebiri, 7 Negara Ini Terapkan Hukuman Mati untuk Kasus Serupa

Baca Juga: Sama-sama Disebut Diktator Paling Kejam, Kim Jong-Un Pernah Lempar Jenderalnya ke Tangki Piranha, Maka Pria Ini Cungkil Mata dan Kebiri Para Tahanan

Lalu, Zheng He, seorang kasim yang melayani di bawah kaisar Ming Yongle, dia memimpin armada perdagangan kaisar dalam perjalanan ke Asia Tenggara, India, Arab, Persia, dan Afrika Timur.

Dia berjasa menghubungkan Tiongkok dengan negara lain melalui perdagangan.

Zheng Heng, atau lebih dikenal sebagai Cheng Ho, kemudian menjadi laksamana muslim yang berpengaruh di Indonesia, turut menyebarkan agama Islam di Nusantara.

Kasim juga dikatakan telah memberikan kontribusi pada musik istana Tiongkok.

Kasim pada masa Dinasti Ming tercatat sebagai orang Tiongkok pertama yang memainkan musik Klasik Barat, bahkan kaisar Qianlong dari dinasti Qing membentuk orkestra kamar yang terdiri dari para kasim yang mengenakan stelan dan wig Eropa.

Baca Juga: Disebut ‘Kota Santri’ dan ‘Tiongkok Kecil’ Karena Datangnya Armada Besar Cheng Ho, Inilah Lasem yang Termasuk dalam 12 Wilayah Pusat Majapahit pada Masa Pemerintahan Hayam Wuruk

Baca Juga: Laksamana Muslim Cheng Ho Kerahkan 27.000 Pelaut dalam Ekspedisinya ke Nusantara, 170 Pasukannya Bahkan Ikut Terbunuh saat Kerajaan Majapahit Perang Saudara

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait