Intisari-Online.com – Janda Permaisuri Agung Shangguan merupakan salah satu permaisuri termuda di China, yang menjadi permaisuri pada usia enam tahun.
Dia diangkat menjadi Janda Permaisuri dan Janda Permaisuri Agung pada usia lima belas tahun.
Namun, para sejarawan memujinya karena menjadi penguasa sementara yang sukses selama periode antara pemerintahan Kaisar Zhao dan Kaisar Xuan.
Meski masih muda, namun Janda Permaisuri Shangguan menggunakan posisinya yang kuat untuk mengeluarkan dekrit dengan cakap.
Dengan kekuatannya, dia menurunkan seorang kaisar yang tidak layak dan mengangkat seorang kaisar yang layak.
Maka sejarawan menggunakan dia sebagai contoh model bagaimana Janda Permaisuri harus memerintah.
Ketika Kaisar Wu dari Han meninggal pada tahun 87 SM, dia meninggalkan dua bupati untuk menjalankan kekaisaran karena putra bungsunya, Kaisar Zhao, masih berusia tujuh tahun.
Kedua bupati, Shangguan Jie dan Huo Gang, adalah besan.
Putra Shangguan Jie menikahi putri Huo Guang, nah putri mereka adalah Permaisuri Shangguan di masa depan.
Setelah dia lahir pada tahun 89 SM, dia dikirim untuk tinggal bersama Putri Gai, yang adalah kakak perempuan Kaisar Zhao, karena itu dia mengenal suaminya sejak usia dini.
Pada tahun 83 SM, kedua bupati memutuskan untuk mengangkat cucu perempuan mereka menjadi permaisuri.
Shangguan yang berusia enam tahun menikah dengan Kaisar yang berusia dua belas tahun.
Tak lama setelah penobatan cucunya sebagai Permaisuri, Shangguan Jie diberi gelar Marquis of Sanle.
Kelihatannya kedua bupati itu rukun, tetapi nyatanya tidak, karna masalah mulai muncul saat hingga keduanya dengan cepat menjadi musuh.
Kedua bupati itu sangat berbeda dalam hal sifat.
Shangguan Jie dikenal haus kekuasaan dan sering memanjakan dirinya dalam kesenangan sensual dan alkohol, dia tidak pernah puas dengan posisinya dan menginginkan lebih banyak kekuasaan.
Sementara, Huo Guang dikenal berbudi luruh dan mengabdi pada negaranya, hingga perlahan-lahan dia mulai mengambil kendali penuh atas istana.
Hal ini membuat marah Shangguan Jie karena dia haus akan kekuasaan.
Shangguan Jie bekerja sama dengan Putri Gai dan kekasihnya, Ding Wairen, untuk melenyapkan Huo Guang.
Putri Gai tidak mencintai Huo Guang karena dia menolak untuk mempromosikan kekasihnya.
Rencana mereka adalah untuk membunuh Huo Guang, lalu menggulingkan Kaisar Zhao dan mengangkat putra Kaisar Wu lainnya di atas takhta dengan Shangguan Jie sebagai wali dan diberi pangkat sebagai Pangeran.
Shangguan Jie tidak menyukai gagasan itu dan ingin menggulingkan Kaisar Zhao dan menjadikan dirinya Kaisar, tetapi dia akhirnya menyetujui rencana Putri Gai dan Ding Wairen.
Tidak lama kemudian Huo Guang mengetahui tentang rencana mereka. Permaisuri Shangguan tidak bisa berbuat apa-apa saat suaminya menjatuhkan hukuman mati atas kakeknya, Shangguan Jie, dan ayahnya.
Ding Wairen dijatuhi hukuman mati bersama ayah dan kakek Permaisuri, sedangkan Putri Gai terpaksa bunuh diri.
Pangeran Liu Dan, yang kakeknya rencanakan untuk naik takhta, gantung diri, melansir historyofroyalwomen.
Istri dan selir Liu Dan tidak terlibat dalam konspirasi tetapi dipaksa untuk bunuh diri.
Kaisar Zhao juga menyatakan bahwa istrinya tidak berperan dalam konspirasi dan mengizinkannya untuk mempertahankan posisinya sebagai Permaisuri.
Pada tahun 74 SM, Kaisar Zhao meninggal. Dia berumur dua puluh satu tahun, sedangkan Permaisuri Shangguan berusia lima belas tahun. Sayagnya, mereka tidak memiliki anak.
Shangguan diangkat menjadi Janda Permaisuri dan diangkat menjadi bupati, namun, dia hanyalah boneka.
Penguasa sejati adalah kakeknya, Huo Guang. Huo Guang memilih cucu Kaisar Wu, Liu He, sebagai Kaisar berikutnya.
Ternyata, Huo Guang menganggapnya tidak cocok.
Di bawah bimbingan kakeknya, Janda Permaisuri Shangguan mengeluarkan dekrit yang menggulingkannya sebagai Kaisar.
Dia menjadi Kaisar hanya selama dua puluh tujuh hari.
Itu berarti, takhta itu kosong sampai kandidat yang cocok dipasang.
Janda Permaisuri Shangguan terus menjadi bupati. Meskipun Janda Permaisuri Shangguan hanyalah boneka sebagai bupati, Huo Guang memutuskan sudah waktunya untuk memberikan cucunya pendidikan formal.
Di bawah pengawasan Xiahou Sheng, dia fasih dalam prinsip-prinsip Konfusianisme.
Akhirnya, Huo Guang memilih Liu Bingyi, cicit Kaisar Wu. Nenek buyutnya, Permaisuri Wei Zifu dan kakek Liu Ju, dituduh melakukan sihir dan bunuh diri.
Kaisar Wu memerintahkan eksekusi massal terhadap semua rumah tangga Liu Ju.
Orang tua Liu Bingyi, Pangeran Liu Jin dan Wang Wengxu, tewas dalam pembantaian tersebut.
Sebagai seorang yatim piatu, ia dibesarkan oleh nenek buyutnya Zhengjun (nenek dari pihak ayah).
Sekitar usia lima belas tahun, ia menikah dengan Xu Pingjun.
Liu Bingyi berpendidikan baik dalam sejarah dan sastra. Dengan demikian, dia tampak sebagai kandidat yang cocok untuk Huo Guang dan Janda Permaisuri Shangguan.
Janda Permaisuri Shangguan mengeluarkan dekrit kekaisaran mengangkatnya sebagai Kaisar berikutnya. Da dikenal dalam sejarah sebagai Kaisar Xuan.
Setelah Kaisar Xuan dilantik, Shangguan diangkat menjadi Janda Permaisuri Agung, dan dia pensiun ke Istana Changle.
Ketika Kaisar Xuan meninggal pada tahun 49 SM, dia menjadi Janda Permaisuri Agung setelah kenaikan Kaisar Yuan.
Janda Permaisuri Shangguan meninggal pada tahun 37 SM dan dimakamkan di sebelah Kaisar Zhao di Pingling.
Sejarawan memujinya karena menjadi penguasa sementara yang sukses selama transisi pemerintahan dari Kaisar Zhao ke Kaisar Xuan.
Melalui pengawasan kakeknya yang bijaksana dan berbudi luhur, para sejarawan memujinya dengan menulis, "tugasnya atas urusan negara membuat laki-laki malu."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari