Penulis
Intisari-Online.com – Pingyang lahir pada tahun 600 dari Li Yuan, seorang petani yang bangkit menjadi tentara kemudian menjadi seorang komandan.
Pingyang merupakan satu-satunya anak perempuan dari istri keduanya, Duchess Dou.
Pingyang sebenarnya memiliki dua kakak perempuan dari pernikahan pertama Li Yuan, namun dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan keempat saudara laki-lakinya.
Sudah umum, bila kemudian dia dinikahkan ketika masih sangat muda.
Suami pilihannya adalah Cai Shao, putra Adipati Julu.
Pingyang adalah putri, saudara perempuan, dan istri yang berbakti dan penuh kasih, namun kesetiaannya itu diuji ketika semuanya berjalan ‘miring’.
Pada masa itu, China diperintah oleh kaisar dinasti Sui, Yangdi, yang tercatat sebagai pria paranoid yang merupakan salah satu penjahat terbesar di China.
Dia membunuh ayahnya untuk naik takhta dan menyia-nyiakan kekayaan China untuk eksploitasi asing yang gagal, yang membuatnya kehilangan segalanya.
Yangdi memutuskan program pembangunan yang ekstensif, dan membuat korban tewas yang luar biasa.
Dia menempatkan laki-laki untuk bekerja membangun kanal besar, dengan tingkat kematian 40-50%.
Dia menaikkan pajak dan tidak ada yang bisa membayarnya karena tidak ada yang tersisa untuk bekerja di pertanian.
Yangdi juga mewajibkan semua pria berbadan sehat menjadi tentara, yang membuat orang-orang merasa sakit dengan tekanan ini dan mulai pemberontakan, yang dipadamkan dengan kekuatan yang berlebihan.
Yangdi semakin curiga pada semua orang.
Pada tahun 615 sebuah balada jalanan yang populer beredar bahwa kaisar berikutnya bernama Li.
Yangdi kemudian mencurigai Li Yuan, karena dia adalah seorang jenderal yang sangat populer, bangkit dari kaum tani.
Ditambah lagi bahwa Li Yuan dikabarkan memiliki tanda lahir berbentuk naga di bawah ketiak kirinya, yang berarti dia ditakdirkan menjadi kaisar.
Yangdi kemudian memerintahkan Li Yuan ditangkap dan dieksekusi karena dianggap sebagai ancaman bagi Kekaisaran.
Bahkan Yangdi menuduh Li Yuan berhubungan intim dengan dua selir favorit kaisar.
Li Yuan tidak berkeinginan menjadi pemimpin pemberontak, tapi itulah yang terjadi atau dibunuh dengan tuduhan palsu.
Dia mengumpulkan lebih dari 30.000 orang yang dibantu oleh orang-orang Turki, yang cukup mengaguminya untuk menjalin gencatan senjata dengannya untuk tidak menyerang China selama dia masih jenderal.
Li Yuan mengirim pesan rahasia kepada keempat putranya dan suami Pingyang untuk membantunya.
Sayangnya, Cai Shao adalah kepala penjaga istana dan keluarganya tinggal di istana.
Tentu saja, dia melaporkan yang akan terjadi dan membuat kemarahan kaisar.
Cai Shao dan Pingyang mendiskusikan apa yang harus dilakukan.
Baca Juga: Kisah Joan of Arc, Pahlawan Wanita Prancis yang Jadi Seorang Martir
Cai Shao ingin bergabung dengan ayah mertuanya, tetapi tidak ingin meninggalkan Pingyang untuk diculik, ditebus, dibunuh, atau ketiganya.
Namun, Pingyang merasa bisa menjaga dirinya sendiri.
Maka, suaminya melarikan diri untuk bergabung dengan tentara dan Pingyang juga melarikan diri dan pergi ke perkebunan keluarga di provinsi Hu.
Ketika dia tiba di Hu, Pingyang menemukan semuanya berantakan.
Orang-orang kelaparan karena kekeringan parah akibat pertempuran yang terjadi di mana-mana.
Untuk membantu rakyatnya, Pingyang membuka toko makanan pribadinya untuk mereka, sesuatu yang tidak akan mereka lupakan.
Dari Hu, Pingyang menyaksikan pasukan ayah, suami, dan saudara laki-lakinya bertarung mati-matian dengan pasukan kaisar.
Mereka berjuang keras dan berani, tetapi mereka kalah dalam jumlah.
Pingyang bukan tipe wanita yang duduk-duduk dan menunggu, sementara dia melihat keluarganya hancur, maka dia mengambil tindakan.
Pergilah dia ke keluarga yang baru saja diselamatkannya dari kelaparan, dia mulai merekrut pasukannya sendiri.
Dia bahkan meyakinkan seorang perampok dan anak buahnya untuk bergabung dalam pasukannya.
Dengan 1.000 orang ini, Pingyang meyakinkan sekutu kekaisaran untuk pergi.
Ini adalah pencapaian luar biasa bagi seorang wanita yang belum berusia dua puluh tahun di Tiongkok kuno.
Wanita tidak memerintahkan tentara, dan tentu saja tidak memberikan perintah kepada pria, namun dia mampu memimpin dan melatih pasukan yang layak tempur, melansir historynaked.
Dalam beberapa bulan, Pingyang mampu mengumpulkan lebih dari 70.000 tentara dan berbaris untuk merebut ibu kota Hu di bawah panji ‘Tentara Wanita’.
Dalam gerakan yang jenius, Pingyang memutuskan tidak boleh ada penjarahan, pemerkosaan, dan perampokan di tanah taklukan.
Bahkan, dia membagikan air bersih dan makanan kepada penduduk, sikap niat baik ini semakin menambah banyak pasukannya.
Yangdi tidak senang dengan peristiwa tersebut dan mengalihkan pasukannya dari pertarungannya dengan Li Yuan untuk meladeni wanita ‘bermasalah’ ini.
Pingyang kemudian menghubungkan pasukannya dengan ayahnya dan bersama-sama, berbaris ke istana kekaisaran di Daxingcheng.
Kaisar Yangdi melarikan diri ke selatan dan terbunuh pada tahun 618, dicekik oleh penasihatnya sendiri di sebuah pemandian.
Li Yuan kemudian menjadi kaisar pertama dari dinasti Tang, mengambil nama Kaisar Gaozu.
Kemudian dia mempromosikan putrinya, Pingyang, menjadi marshal, dengan staf militernya, dan dengan kehormatan baru menjadi Putri Zhao dari dinasti Tang.
Sayangnya, Pingyang meninggal dua tahun kemudian ketika umurnya baru 23 tahun karena penyebab yang tidak diketahui.
Ayahnya menguburkannya dengan penghormatan militer penuh.
Beberapa orang di istana mempertanyakan mengapa seorang wanita biasa mendapatkan kehormatan seperti itu.
Kaisar Gaozu hanya berkata, “Dia bukan wanita biasa.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari