Intisari-Online.com - Sepanjang sejarah, ada cukup banyak beramacam-macam pedang dari berbagai tempat yang digunakan dalam peperangan.
Namun, pedang kuno yang masih terawat dengan baik hanya ada beebrapa.
Contohnya seperti Joyeuse, salah satu pedang paling terkenal di Louvre, yang diyakini milik "Bapak Eropa" Charlemagne, raja kaum Frank dari 768 dan kaisar Kristen pertama dari Kekaisaran Romawi Suci.
Joyeuse diduga mampu berubah warna berkali-kali sepanjang hari.
Namun, pedang ini telah dimodifikasi berkali-kali selama masa pakainya sehingga sulit untuk mengetahui apakah pedang ini mempertahankan kualitas aslinya.
Yang lainnya adalah Pedang Jepang Bercabang Tujuh, yang ditemukan di kuil Isonkami Jepang.
Sarjana Jepang percaya itu adalah hadiah dari raja Baekje di barat daya Korea kepada seorang penguasa Jepang pada masa pemerintahan Permaisuri Jingu.
Bentuknya merupakan representasi dari motif pohon Korea yang ditemukan pada artefak kerajaan lainnya.
Namun demikian, ketika diambil dari kuil, kondisinya cukup menyedihkan.
Ketika pedang Gouijan Tiongkok kuno ditemukan di sebuah makam pada tahun 1965, pedang itu tampaknya telah menantang waktu, tersisa tanpa setitik karat di permukaannya dan bilahnya tampak tajam seperti baru ditempa.
Para arkeolog memperkirakan bahwa usianya kira-kira 2.500 tahun.
Pedang kuno itu ditemukan pada tahun 1965 selama survei arkeologi di provinsi Hubei di China di salah satu dari sekitar 50 makam yang digali.
Itu adalah pedang yang aneh.
Pedang terbuat dari perunggu, logam tersebut juga mengandung unsur-unsur lain yang memperkuat struktur dan kekuatannya, seperti tembaga, besi, timah, dan belerang, sedangkan ujungnya yang setajam silet terbuat dari timah.
Para ilmuwan mengungkap bahwa kandungan sulfur dan tembaga tingginya yang membuatnya tetap awet.
Itu adalah salah satu contoh pedang Jian yang paling awal ditemukan.
Pedang Goujian ini berukuran panjang 58 cm, pegangannya dilapisi dengan turquoise dan pegangannya diikat dengan sutra.
Kedua sisi bilahnya memiliki ukiran belah ketupat hitam serta prasasti yang menampilkan delapan karakter dalam bahasa Cina kuno.
Sulit untuk dipahami, para ahli butuh beberapa waktu untuk memecahkan kode maknanya.
Baca Juga: Siapakah Pribumi Indonesia? Benarkah Nenek Moyang Kita Berasal dari Taiwan?
Akhirnya kode tersebut diartikan bahwa pedang itu dibuat untuk Raja Yue.
Antara 510 SM dan 334 SM, ketika provinsi Yue ada, banyak raja memegang takhta.
Setelah penyelidikan lebih lanjut, sejarawan sepakat bahwa pedang itu milik Raja Goujian, yang memerintah dari tahun 496 hingga 465 SM, begitulah asal nama pedang tersebut.
Kini, pedang tersebut dianggap sebagai harta nasional di China dan sama legendarisnya dengan Excalibur Raja Arthur.
(*)