Disebut Lebih Mengerikan dari Bom Atom, Inilah Napalm, Gel Pembakar yang Digunakan AS untuk Menghancurkan Tokyo dan Membuat 100.000 Warga Sipil Tewas

Tatik Ariyani

Penulis

Napalm adalah senjata pembakar yang digunakan untuk membakar kota-kota tiruan Jerman dan Jepang selama Perang Dunia II.

Intisari-Online.com -Salah satu senjata paling menghancurkan yang pernah ditemukan bukanlah bom atom tetapi napalm.

Napalm adalahsenjata pembakar yang digunakan secara luas di kota-kota tiruan Jerman dan Jepang selama Perang Dunia Kedua.

Napalmberbentuk gel kental yang mudah terbakar dan ditempelkan padaobjekyang menjadi target.

Seketika, objek yang ditempeli napalm akan terbakar pada suhu tinggi, menghancurkan bangunan yang terbuat dari kayu atau bahan mudah terbakar lainnya.

Baca Juga: Satu Kota Langsung Geger, Bom Perang Dunia II Ditemukan dan Meledak, Awan Hitam Melesat ke LangitBikin 2.600 Warga Terpaksa di Evakuasi, Beginilah Kondisi Selanjutnya

Meskipun mudah terbakar, secara mengejutkan napalm stabil pada suhu tinggi yang memungkinkannya dengan mudah ditangani dan dibawa.

Pertama kali digunakan selama Perang Dunia II, napalm dan gel pembakar lainnya dengan cepat menjadi senjata nomor satu dalam konflik besar di seluruh dunia termasuk Perang Korea, perang di Vietnam, dan invasi Amerika Serikat ke Irak pada tahun 2003.

Melansir Amusing Planet, napalm ditemukan oleh sekelompok ahli kimia Harvard yang dipimpin oleh Louis Fieser sebagai pengganti campuran bensin jeli yang digunakan oleh pasukan Sekutu.

Napalm pertama kali diuji di lapangan sepak bola dekat Harvard Business School.

Baca Juga: Jadi Perintah Serangan Pertamanya Setelah Menjabat, Serangan AS di Suriah Arahan Joe Biden Rupanya Gunakan Bom Presisi Seberat 500 Pon, Apa Keunggulannya?

Uji coba selanjutnya dilakukan di Jefferson Proving Ground pada bangunan pertanian yang terbengkalai.

Tetapi pengujian yang lebih ekstensif diperlukan untuk menentukan keefektifan senjata tersebut terhadap kota-kota Jerman dan Jepang.

Pada musim semi 1943, Angkatan Darat AS mulai membangun bangunan tiruan dari rumah-rumah khas Jerman dan Jepang di Dugway Proving Ground di Gurun Great Salt Lake, Utah.

Di sisi desa Jerman, dua jenis bangunan dibangun — satu duplikat konstruksi Rhineland dengan batu tulis pada atap selubung, dan yang lainnya dengan ubin di atas atap reng.

Kamar-kamar juga dilengkapi dengan perabotan yang sesuai khas keluarga kelas pekerja pada umumnya.

Furnitur pun dibuat semirip mungkin dengan rumah tangga Jerman yang sebenarnya.

Baca Juga: Sampai Bikin Dubes Myanmar Dicap Pengkhianat, Ini Arti Salam Tiga Jari yang Jadi Simbol Perlawanan Demonstran Myanmar

Untuk sisi desa Jepang, membuat struktur bangunan Jepang terbukti lebih sulit.

Banyak bahan seperti Sugi (cedar Jepang), kayu konstruksi utama, dan tikar Tatami untuk lantai tidak tersedia di luar Jepang, sehingga Angkatan Darat AS harus menggunakan penggantinya.

Begitu tes pembakar dimulai, petugas mencatat hasil dari jarak 400 meter di bunker beton.

Mereka mendokumentasikan semuanya mulai dari seberapa kuat api menyala, berapa lama waktu yang dibutuhkan, dan sebagainya.

Begitu Angkatan Darat mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, api dipadamkan dan para kru khusus memperbaiki struktur agar bisa dibom lagi.

Banyak data yang dihasilkan oleh tes ini terbukti sangat berharga dalam mengatur serangan bom api yang kontroversial di kota Dresden dan Tokyo.

Apa yang membuat seluruh uji coba ini mengganggu adalah bahwa rekayasa tersebut secara eksplisit diarahkan pada penghancuran kehidupan sipil.

Tentara membangun rumah tiruan dan bukan pabrik, memperjelas tujuan senjata ini.

Baca Juga: Siapakah Pribumi Indonesia? Benarkah Nenek Moyang Kita Berasal dari Taiwan?

Tokyo dibom api pada malam tanggal 9 dan 10 Maret 1945.

Para sejarawan menggambarkannyasebagai satu-satunya serangan bom paling merusak dalam sejarah manusia.

Ratusan pesawat bomber B29 Amerika menjatuhkan dua ribu ton bom pembakar di ibu kota.

Bom-bom api tersebut menghancurkan lebih dari seperempat kota dan menyebabkan sekitar 100.000 warga sipil tewas.

Sebagian besar bom tersebut adalah perangkat cluster seberat 500 pon yang pecah menjadi 38 "M69" setelah dilepaskan dari udara.

Bom M69 inijatuh melalui atap tipis dan setelah penundaan 3 hingga 5 detik, bom itu melemparkan semburan gumpalan napalm yang menyala yang membakar semua yang disentuhnya.

Sebanyak 67 kota di Jepang menjadi sasaran serangan pembakar selama perang.

Sekitar 40.000 ton M69 digunakan dalam serangan ini.

Saat ini, sangat sedikit desa asli Jerman-Jepang yang tersisa di lokasi.

Ada unit ganda di sisi Jerman desa yang masih berdiri, serta bunker observasi beton.

Artikel Terkait