Mereka juga pantang mengenakan busana tiruan karena dianggap menghina dan tidak dibenarkan.
Sapologie kontras dengan hal yang terjadi pada Sapeurs yang bermigrasi ke Paris.
Sapeurs di Paris inilah cikal bakal La Sape yang menjadi inspirasi gaya busana para Sapeurs di Brazzaville.
Hannah Rose Steinkopf-Frank, penulis "La Sape: Tracing the History and Future of the Congos 'Well-Dressed Men" (2017) menyebut pada tahun 1976 Jean Marc Zeita, remaja pria dari Kongo, pindah ke Paris.
Ia kemudian membentuk perkumpulan imigran muda dari Kongo bernama Aventuries yang meniru gaya penampilan orang Perancis.
Gaya itulah yang kemudian dibawa pulang ke kampung halamannya agar mereka dianggap sukses.
Mereka turut membawa berbagai busana dan majalah untuk referensi gaya.
Sayangnya, para Sapeur di Paris bukanlah orang kaya.
Agar bisa membeli pakaian mahal mereka membayar dengan terlibat dalam perdagangan narkoba.
Hannah mengutip makalah "Dream and Drama: The Search for Elegance among Congolese Youth" dan mengatakan jika para Sapeur di Paris memanfaatkan pakaian rapi sebagai citra kesuksesan.
KOMENTAR