Ada berbagai teori mengenai hal ini, mulai dari penutupan perbatasan sebagai langkah penanganan Covid-19 yang membunuh permintaan mata uang asing, sampai pada kecurigaan jika Kim Jong-Un menangkap warganya yang menggunakan mata uang asing.
Pengamat setuju kondisi ini bukanlah hal baik.
"Suatu mata uang normalnya mengalami depresiasi ketika suatu negara menghadapi masalah, tapi yang sebaliknya justru sedang terjadi di Korea Utara," ujar Kim Byung-yeon, profesor ekonomi di Universitas Nasional Seoul.
Korea Utara mungkin mencoba mendorong won agar bisa mendukung ekonomi, tapi melakukan ini "dapat berakhir merusak ekonomi mereka lebih parah lagi."
Tingkat nilai tukar tidak resmi Korea Utara, yang dilacak oleh dua portal berita, terbentuk di "jangmadang" negara tersebut, yaitu pasar lokal yang telah tumbuh menjadi ekonomi informal besar.
Tingkat resminya telah stabil sekitar 100 won per dolar selama 10 tahun terakhir, tingkat kuat buatan dengan tidak ada indikator.
Namun tingkat tidak resmi menunjukkan 5200 won per dolar.
Menjalankan perusahaan pertukaran mata uang adalah ilegal di Korea Utara, sehingga dua perusahaan media: Asia Press International of Japan dan Daily NK di Seoul, menggunakan jaringan rahasia manusia di dalam Korea Utara untuk mendapatkan tingkat pertukaran yang benar, menurut Jiro Ishimaru, seorang jurnalis di Asia Press International, dan Lee Sang Yong, pemimpin redaksi Daily NK.
KOMENTAR