Impor dari China turun lebih dari 90% year on year setiap bulan dari Agustus 2020 sampai Februari tahun ini.
Penurunan terus terjadi selanjutnya, menurut Asosiasi Perdagangan Internasional Korea, kelompok perdagangan di Seoul.
Gambar satelit menunjukkan bagaimana dulunya jembatan yang ramai dan jalan antara Korea Utara dan China menjadi kosong setelah perbatasan ditutup, menurut Ramon Pacheco Pardo, seorang profesor hubungan internasional di King's College, London.
Lesunya impor bukanlah satu-satunya alasan menguatnya won Korea Utara, menurut Kim dari Seoul National University.
Menguatnya won juga menunjukkan mata uang asing telah kehilangan peminat di dalam Korea Utara, dan hal itu kemungkinan karena kerasnya hukuman yang diberikan Kim Jong-Un bagi yang menggunakannya.
"Walaupun impor turun, won tidak akan menguat sedemikian rupa jika dolar tetap diminati di pasar lokal," tambah Kim.
Banyak outlet belanja di ibukota Pyongyang telah berhenti menerima dolar atau pembayaran valuta asing lewat kartu dari turis internasional di negaranya, dan mereka meminta orang-orang membayar dengan won, seperti dikatakan kedutaan Rusia dalam unggahan Facebook Oktober tahun lalu.
Otoritas finansial telah memerintahkan warga melaporkan berapa banyak mata uang asing yang mereka pegang dan kemudian meminta mereka menyimpannya di bank, seperti dilaporkan Daily NK, mengutip sumber dari Korea Utara yang namanya dirahasiakan.
KOMENTAR