Maka keputusan yang diambil Anwar Sadat adalah, pergi ke Yerusalem dan mengadakan perdamaian dengan Israel.
Ketika ia menyatakan niatnya itu, bahkan Presiden Suriah Hafez al-Assad mengira Sadat sedang bergurau.
Raja Khaled dari Arab Saudi pun awalnya mengira Sadat paling-paling tidak akan melaksanakan apa yang dikatakannya.
Anwar Sadat benar-benar pergi ke Yerusalem pada tanggal 19 November 1977 untuk berpelukan dengan bekas musuh-musuhnya.
Atas apa yang dilakukannya itu, Dunia Barat menganggapnya pahlawan perdamaian.
Anwar Sadat pun terpilih menjadi Man of the Year 1977 dan bersama PM Israel Menachem Begin, menerima Hadiah Nobel untuk Perdamaian.
Namun sebaliknya, Dunia Arab menganggap Anwar Sadat sebagai pengkhianat.
Raja Khaled dari Arab Saudi, pada hari Anwar Sadat berangkat ke Yerusalem, menyatakan bahwa sebenarnya ia malu untuk mengakui, bahkan mendoakan agar pesawat yang ditumpangi Sadat jatuh.
Raja Khaled tidak mau lagi berurusan dengan Sadat.
Baca Juga: Israel dan Hamas Sepakat untuk Melakukan Genjatan Senjata
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR