'Jika Tidak Berdamai, Kami akan Terus Hidup dalam Lingkaran Setan', Terungkap Ini Alasan Anwar Sadat Pertaruhkan Nyawa Demi Mesir Bisa Berdamai dengan Israel

K. Tatik Wardayati

Editor

Presiden Mesir Anwar Sadat, Presiden AS Jimmy Carter, dan PM Israel Menachem Begin bersalaman usai meneken perjanjian damai di Gedung Putih, Washington DC.
Presiden Mesir Anwar Sadat, Presiden AS Jimmy Carter, dan PM Israel Menachem Begin bersalaman usai meneken perjanjian damai di Gedung Putih, Washington DC.

Intisari-Online.com – Terungkap inilah alasan Anwar Sadat, Presiden Mesir, mempertaruhkan nyawa demi Mesir bisa berdamai dengan Israel.

Tepatnya, 6 Oktober 1981, Presiden Mesir Anwar Sadat dibunuh oleh anggota tentaranya sendiri.

Ketika itu Anwar Sadat duduk di tribun kehormatan sedang mengikuti parade militer yang diadakan di Stadion Medinet Nasr, di utara Kairo, untuk memperingati keberhasilan Mesir merebut Sinai dari Israel tahun 1973.

Anwar Sadat duduk di barisan depan tribun kehormatan, berdampingan dengan Wapres Hosni Mubarak.

Baca Juga: 'Begitu Dia Terbang ke Israel, Saya Tahu Dia akan Dibunuh', Kesaksian Istri Anwar Sadat, Presiden Mesir yang Ditembak Tentaranya Sendiri Usai Berdamai dengan Israel

Tiba-tiba saja sebuah truk keluar dari parade dan tiga orang tentara berlari ke arah Anwar Sadat.

Lalu, apa alasan Anwar Sadat berdamai dengan Israel hingga harus mempertaruhkan nyawanya?

Berikut ini kisahnya yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Oktober 1991.

Anwar Sadat pernah pergi meminta peluru kendali kepada sekutunya waktu itu, Uni Soviet.

Baca Juga: Jadi Pahlawan, Perantara Gencatan Senjata Israel-Hamas Ini Ternyata Tidak Akan Pernah Memihak Palestina, Ini Sebabnya

Boleh, kata Soviet, asal permisi dulu kalau mau digunakan.

Sayangnya, Sadat menolak.

Karena itulah Hubungan Mesir dengan Soviet merenggang dan tahun 1972 para ahli Soviet diusir keluar dari Mesir.

Menlu Kissinger dari Amerika Serikat kemudian datang meminta Presiden Anwar Sadat untuk bertemu dengan para pejabat AS.

"Ketika pecah perang dengan Israel bulan Oktober 1973, Amerika menjadi perantara kami dengan Israel. AS juga memegang peranan penting dalam pembukaan kembali Terusan Suez yang sudah belasan tahun tertutup bagi pelayaran internasional," tulis Sadat.

"Mesir ingin terus bersahabat dengan AS selama negara itu tidak membantu ekspansi dan agresi Israel. Kami tidak mengharapkan AS melemparkan Israel ke laut.

Kami juga tidak peduli AS memberi bantuan kepada Israel, selama Israel puas dalam batas-batas negara Israel. Kami orang Mesir ingin perdamaian."

"Saya tahu, kalau perdamaian dengan Israel tidak diadakan, kami akan terus hidup dalam lingkaran setan seperti selama 30 tahun ini.

Kesengsaraan akibat perang harus diakhiri. Kami menghadapi situasi yang rumit, tetapi saya harus berani mengambil keputusan."

Baca Juga: Bukan Karena Amerika, Israel dan Hamas Ternyata Langsung Gencatan Senjata Setelah Disodori Proposal Damai Negeri Ini

Maka keputusan yang diambil Anwar Sadat adalah, pergi ke Yerusalem dan mengadakan perdamaian dengan Israel.

Ketika ia menyatakan niatnya itu, bahkan Presiden Suriah Hafez al-Assad mengira Sadat sedang bergurau.

Raja Khaled dari Arab Saudi pun awalnya mengira Sadat paling-paling tidak akan melaksanakan apa yang dikatakannya.

Anwar Sadat benar-benar pergi ke Yerusalem pada tanggal 19 November 1977 untuk berpelukan dengan bekas musuh-musuhnya.

Atas apa yang dilakukannya itu, Dunia Barat menganggapnya pahlawan perdamaian.

Anwar Sadat pun terpilih menjadi Man of the Year 1977 dan bersama PM Israel Menachem Begin, menerima Hadiah Nobel untuk Perdamaian.

Namun sebaliknya, Dunia Arab menganggap Anwar Sadat sebagai pengkhianat.

Raja Khaled dari Arab Saudi, pada hari Anwar Sadat berangkat ke Yerusalem, menyatakan bahwa sebenarnya ia malu untuk mengakui, bahkan mendoakan agar pesawat yang ditumpangi Sadat jatuh.

Raja Khaled tidak mau lagi berurusan dengan Sadat.

Baca Juga: Israel dan Hamas Sepakat untuk Melakukan Genjatan Senjata

Bahkan delapan belas negara Arab menjatuhkan sanksi ekonomi dan politik atas Kairo.

Anwar Sadat dianggap lebih daripada sekadar mengkhianati teman-teman seperjuangan dalam menghadapi musuh bebuyutan mereka, Israel.

Anwar Sadat menengadah ke langit menyaksikan kemahiran pilot dalam parade militer, ketika tentaranya memberondongkan peluru ke arahnya.
Anwar Sadat menengadah ke langit menyaksikan kemahiran pilot dalam parade militer, ketika tentaranya memberondongkan peluru ke arahnya.

Dimakamkan di tempat pembunuhan

Sementara itu di dalam negeri, Anwar Sadat kerepotan menghadapi oposisi.

Ketika itu keadaan ekonomi di Mesir jauh daripada baik dan untuk pertama kalinya pula golongan Muslim mengalami bentrok dengan Kristen Koptik.

Untuk meredakan keadaan, Sadat memenjarakan ratusan tokoh terkemuka di Mesir.

Dan tibalah tanggal 6 Oktober 1981.

Anwar Sadat dengan bangganya menengadahkan kepalanya ke langit, menyaksikan kemahiran para pilot Mirage-nya.

Ketika itulah beberapa anggota tentara memberondongkan senapan ke tribun kehormatan.

Baca Juga: Cukup Tiga Menit Bagi Israel Ledakkan 5 Pesawat Tempur Soviet Ini, Sampai Muncul Larangan Tertawa

Letnan Khaled Al Islambouli, pembunuh Sadat, termasuk dalam kelompok fundamentalis.

Namun, bukan cuma sekali ini percobaan pembunuhan atas Sadat dilakukan.

Tetapi hari itu mereka berhasil membunuh Sadat, bahkan sedikitnya sebelas orang ikut terbunuh.

"Walaupun saya tahu bahwa ia akan mati karena mengadakan perdamaian dengan Israel, saya akan mendukung keputusannya 100%," cerita Jihan Sadat, istri Anwar Sadat.

"Damai dengan Israel adalah satu-satunya jalan yang terbuka bagi Mesir. Perang tidak akan menyelesaikan masalah.

Amerika tidak pernah akan memungkinkan kami menguasai Israel yang berpenduduk 2 juta, walaupun umpamanya kami sanggup tiba di Tel Aviv.

Penembakan Presiden Mesir Anwar Sadat saat menonton parade militer.
Penembakan Presiden Mesir Anwar Sadat saat menonton parade militer.

Israel pun tidak mungkin menduduki Mesir yang berpenduduk 42 juta.

Empat kali perang dengan Israel menyebabkan Mesir berada dalam kesulitan keuangan.

Namun, karena ancaman dari Israel, Anwar terpaksa mengeluarkan sepertiga anggaran belanja kami untuk pertahanan, padahal bisa dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat.

Baca Juga: Inilah Negara Pertama yang Mengakui Kemerdekaan Indonesia, Diplomasi Mahasiswa di Luar Negeri

Belum lagi ribuan tentara Mesir gugur. Mesti ada seseorang yang berani berbuat sesuatu untuk mengakhiri lingkaran setan ini," tulis Jihan dalam autobiografinya.

Sejak itu, Presiden Hosni Mubarak tidak pernah mau menonton parade militer seperti tanggal 6 Oktober 1981 itu.

Mungkin ia tidak mau sejarah terulang.

Tepat di tempat di mana Anwar Sadat dibunuh, di stadion itulah terletak makamnya.

Jihan Sadat meminta suaminya dimakamkan di sana. (HI)

Baca Juga: Unit Mesir Ini Lolos dari Kehancuran pada Tahun 1967 dengan Menyerang Israel di Semenanjung Sinai

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait