Intisari-Online.com - Tersumbatnya Terusan Suez oleh kontainer raksasa Ever Given berdampak langsung pada perdagangan internasional dari wilayah barat ke timur dunia.
Insiden itu diperkirakan menahan sekitar 9,6 miliar dollar AS (Rp 138,3 triliun) barang yang setiap hari melalui kanal tersebut, menurut data pengiriman melansirBBC.
Terlepas dari itu, tahukah Anda bahwa Terusan Suez pernah menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah berikut ini?
Krisis Suez tahun 1956 terjadi saat Inggris bersama dengan Perancis dan Israel menginvasi Mesir untuk memulihkan kontrol Terusan Suez.
Bisa dibilang ini adalah salah satu eposide paling signifikan pasca-1945 dalam sejarah Inggris.
Hasilnya menyoroti status Inggris yang menurun dan menegaskannya sebagai kekuatan dunia 'lapis kedua'.
Di Inggris sendiri, hal itu menyebabkan kejatuhan politik besar-besaran dan mengakibatkan krisis ekonomi.
Sementara secara internasional semakin memperumit politik Timur Tengah, mengancam hubungan diplomatik utama Inggris dengan negara-negara Persemakmuran serta 'hubungan khusus' Amerika Serikat-Inggris.
Pada tanggal 4 November, PBB mengancam Inggris dengan sanksi jika ada korban sipil dari pemboman udara Inggris terhadap sasaran di Mesir.
Ini menyebabkan guncangan ekonomi pada minggu pertama November 1956 sehingga Inggris merugi puluhan juta pound dan terpaksa mendevaluasi mata uangnya.
Khawatir bahwa operasi militer telah dimulai tanpa sepengetahuannya, Presiden AS Eisenhower menekan Dana Moneter Internasional untuk menolak bantuan keuangan dari Inggris.
Dengan sedikit pilihan Perdana Menteri Inggris Anthony Eden dengan enggan menerima gencatan senjata yang diusulkan PBB.
Berdasarkan Resolusi 1001 pada 7 November 1956, PBB mengerahkan pasukan darurat (UNEF) penjaga perdamaian ke Mesir untuk menghentikan konflik.
Krisis berdampak serius pada hubungan internasional Inggris.
Eisenhower menganggap Suez penindasan brutal Uni Soviet atas pemberontakan di Hongaria.
Beberapa bekas jajahan Inggris yang waktu itu baru merdeka setuju.
Hanya Australia yang mendukung Inggris, sementara Pakistan mengancam akan meninggalkan Persemakmuran.
Pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menyerang 'imperialisme Inggris', mengancam akan menyerang London dengan roket, serta mengirim pasukan ke Mesir.
Di Inggris terjadi perpecahan opini.
Pemerintah Konservatif menghadapi permusuhan dari oposisi Buruh dan bahkan mengalami perpecahan di partainya sendiri.
Intervensi di Suez awalnya populer di kalangan publik Inggris, tetapi setelah konflik, pemerintah dengan cepat kehilangan dukungan dari banyak negara.
Protes antiperang di seluruh negeri bermunculan dan beberapa pegawai negeri mengundurkan diri sebagai bentuk protes.
Hal yang ingin dicegah Inggris melalui aksi November 1956 ternyata berhasil.
Mesir mempertahankan kendali atas Terusan Suez dengan dukungan dari PBB dan Amerika Serikat.
Terusan Suez ditutup untuk lalu lintas selama lima bulan oleh kapal yang ditenggelamkan Mesir selama operasi.
Akses Inggris ke bahan bakar dan minyak menjadi terbatas sehingga terjadi kelangkaan.
Penjatahan bensin diperkenalkan pada Desember 1956, berlangsung hingga Mei 1957.
Di bawah tekanan domestik yang besar, Eden mengundurkan diri pada Januari 1957, kurang dari dua tahun setelah menjadi perdana menteri.
Seperti yang dikhawatirkan Eisenhower, Krisis Suez juga meningkatkan pengaruh Soviet atas Mesir.
Intervensi Khrushchev di sisi Mesir menempatkan Uni Soviet sebagai sahabat bagi negara-negara Arab.
Ini menguatkan nasionalis Arab dan mendorong Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser untuk membantu kelompok pemberontak yang mencari kemerdekaan di wilayah Inggris di Timur Tengah.
(*)