Advertorial
Intisari-online.com -Dunia, terutama China, geger saat ketahui kapal fregat Jepang akan berlayar ke Asia dan ke Laut China Selatan.
Melansir Al Jazeera, kapal fregat Jerman akan berlayar ke Asia Agustus besok dan pada perjalanan pulangnya, akan menjadi kapal perang Jerman pertama yang menyambangi Laut China Selatan sejak 2002.
Hal tersebut disampaikan oleh pejabat pemerintah senior pada Rabu 3/3/2021.
Kapal diketahui tidak akan melewati lebih dari "12 mil laut", seperti pejabat di kementerian hubungan luar negeri dan pertahanan mengatakan mengenai masalah ini.
Hal tersebut menjadi rujukan mengenai sejauh apa mereka akan melewati perairan penuh sengketa yang diklaim China dengan berbagai cara tersebut.
Tidak hanya Jerman, Inggris juga akan mengirimkan angkatan laut mereka ke wilayah panas itu.
Inggris umumkan Sabtu kemarin jika kapal perang HMS Queen Elizabeth akan berlayar dalam perjalanan perdana Mei besok.
Diharapkan HMS Queen Elizabeth mencapai Asia Timur akhir musim panas belahan bumi utara.
China telah meraih pembangunan pangkalan militer di pulau buatan yang menyebar di Laut China Selatan, yang juga diklaim oleh Vietnam, Malaysia, Brunei, Taiwan, dan Filipina.
Filipina tahun 2016 telah mengajukan tuntutan atas klaim China melalui Pengadilan Internasional Den Haag.
Namun China menolak berpartisipasi dan menampik tuntutan itu, menyebutnya sebagai tuntutan tidak berdasar.
AS berulang kali melaksanakan operasi "kebebasan navigasi" yang menempatkan kapal mereka melewati pulau-pulau tersebut, sebagai cara mereka menyatakan jika perairan itu masih perairan internasional.
Washington sendiri menuduh Beijing memiliterisasi Laut China Selatan dan mencoba mengintimidasi tetangga Asianya.
'Peraturan berdasarkan perintah internasional'
AS menerima keputusan Jerman untuk mengirim kapal ke wilayah tersebut.
"AS memiliki kepentingan mempertahankan perdamaian dan stabilitas, menghargai hukum internasional, perdagangan leluasa yang sesuai hukum, dan kebebasan navigasi serta penggunaan laut lain yang sesuai hukum," ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
"Kami menerima dukungan Jerman untuk peraturan internasional di Indo-Pasifik. Komunitas internasional memiliki kepentingan vital dalam pelestarian tatanan maritim terbuka."
Juru bicara kementerian luar negeri China mengatakan negaranya menikmati kebebasan navigasi dan pelayaran berlebih di jalur air di bawah hukum internasional.
Namun ada tambahan: "Mereka tidak bisa menyebut itu alasan untuk melakukan pelanggaran kedaulatan dan keamanan negara lain."
Aktivitas Jerman sendiri adalah aktivitas menyusul rekan-rekan NATO yang saling membantu di Laut China Selatan.
Setelah pada Januari lalu China membebaskan pasukan coastguardnya untuk tembaki kapal lain yang melanggar kedaulatannya, Perancis merespon dengan mengirimkan kapal selam bersenjata pelontar nuklir dan kapal perang yang berpatroli di Laut China Selatan untuk menegaskan kebebasan navigasi.
Sementara akhir Januari, kapal perang Kanada juga berlayar di dekat Laut China Selatan, melewati Selat Taiwan untuk bergabung dengan latihan bersama Australia, Jepang, dan AS.
Sanksi negara kalah perang
Diketahui, kapal perang Jerman yang berlayar ke Laut China Selatan adalah kapal perang yang dikirim negara itu sejak 2002 lalu.
Semenjak memulai dan kalah dari Perang Dunia II, Jerman memang mendapatkan sanksi dari dunia untuk tidak mengembangkan militernya, sama halnya dengan sanksi yang diterima Jepang.
Dalam Perjanjian tentang Penyelesaian Akhir sehubungan dengan Jerman, yaitu perjanjian antara dua Jerman dengan 4 negara yang menduduki: Uni Soviet, Perancis, AS, dan Inggris, Jerman sepakat mengurangi kekuatan pasukan bersenjatanya hanya sampai 370 ribu pria saja.
Militer Jerman, Bundeswehr, setelah Jerman bersatu, menyerap bagian dari Tentara Rakyat Nasional Republik Demokratik Jerman yang kemudian dileburkan.
Militer Jerman mulai aktif dalam kancah konflik luar negeri pada 1999, saat perang NATO pada Yugoslavia di Kosovo, yang menjadi aktivitas mereka sejak Perang Dunia II.
Tahun 2000, Dewan Pengadilan Eropa membuka militer Jerman untuk wanita, setelah sebelumnya diisi hanya oleh pria saja.
Kemudian sejak awal tahun 1990-an, Bundeswehr lebih terlibat dalam misi menjaga perdamaian internasional di Yugoslavia, Kamboja, Somalia, Djibouti, Georgia, dan Sudan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini