Penulis
Intisari-Online.com – Kawasan Laut China Selatan hingga kini masih saja menjadi sengketa.
China mengklaim bahwa itu masuk menjadi wilayahnya, sementara negara lain seperti Brunei dan Malaysia pun mengklam bahwa Laut China Selatan menjadi bagian dari negara mereka.
Situasi di kawasan tersebut pun semakin memanas, ditambah lagi ketika Jerman akan mengirimkan kapal perangnya ke wilayah yang menjadi sengketa.
China telah mengeluarkan peringatan kepada Jerman setelah negara Eropa tersebut mengumumkan rencananya untuk mengirim kapal perang ke Laut China Selatan musim panas ini.
Langkah Jerman dilakukan seiring meningkatnya ketegangan di wilayah yang disengketakan tersebut.
Express.co.uk memberitakan, para pejabat mengatakan pada Selasa (2/3/2021), kapal itu akan menjadi kapal perang Jerman pertama yang menyeberangi Laut China Selatan sejak 2002.
China pun geram. Menanggapi hal ini, Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, mengatakan, "Ini tidak boleh digunakan sebagai alasan untuk membahayakan kedaulatan dan keamanan negara-negara pesisir."
Pada hari Selasa, tetangga China, Taiwan, memulai tes pertama dari enam uji coba rudal jelajah.
Taiwan mengklaim, senjatanya mampu menyerang sasaran pantai China.
Kemungkinan, hal ini dipandang sebagai peringatan di tengah tekanan yang membayangi dari Beijing, yang mengklaim kepemilikan atas Taiwan.
Analis meyakini, China siap untuk merebut kembali pulau itu dengan kekuatan militer.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri dan Pertahanan Jerman mengatakan kapal itu tidak akan melewati apa yang mereka sebut "12-nautical-mile".
Istilah ini mengacu pada sabuk perairan pantai yang membentang sejauh 12 mil laut dari garis pantai suatu negara yang dianggap sebagai batas kontrol teritorial yang dapat dilakukan oleh negara mana pun.
Fregat Jerman diperkirakan akan berangkat ke Laut China Selatan pada bulan Agustus, menurut Berlin.
Misinya, lanjut Berlin, adalah untuk memperkuat multilateralisme dan menunjukkan dukungan Jerman untuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Washington memuji rencana yang diajukan oleh sekutu NATO mereka. Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada Reuters, "Kami menyambut baik dukungan Jerman untuk tatanan internasional berbasis aturan di Indo-Pasifik. Komunitas internasional memiliki kepentingan penting dalam pelestarian tatanan maritim terbuka.”
Klaim teritorial "sembilan garis putus-putus" Beijing mencakup hampir semua perairan di Laut China Selatan.
China secara bertahap memperluas kehadirannya di wilayah tersebut dengan membangun pos-pos militer di pulau-pulau buatan.
AS secara teratur menuduh Beijing melakukan militerisasi kawasan itu dan mencoba mengeksploitasi cadangan minyak dan gas alam.
Kedutaan Besar Prancis di Tokyo juga menyatakan bahwa kapal perang mereka, Prairal, juga telah dikerahkan di perairan Asia.
"Kapal Prancis telah berpartisipasi dalam sistem untuk melawan pengelakan sanksi Dewan Keamanan PBB oleh Korea Utara," demikian pernyataan dari Kedutaan Besar Prancis.
Mereka menambahkan, "Ini adalah salah satu elemen dari pekerjaan kami untuk kepentingan keamanan di kawasan Indo-Pasifik."
Upaya Prancis dan Jerman termasuk yang pertama di Eropa yang bergabung dengan Inggris dalam mengirimkan kapal ke wilayah tersebut.
Minggu lalu, diumumkan bahwa HMS Queen Elizabeth diperkirakan akan berlayar ke wilayah tersebut pada musim panas. (Barratut Taqiyyah Rafie)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari