Penulis
Intisari-Online.com - Ketegangan meningkat antara China dan Taiwan. Bahkan bisa menjadi lebih buruk.
Apa penyebabnya?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Rabu (3/3/2021), ketegangan itu diakibatkankonfrontasi atas kedaulatan Kepulauan Matsu di Laut China Timur.
Di mana konfrontasi itu bisa memicu peranghabis-habisan antara kedua belah pihak.
Steve Tsang, Direktur China Institute di SOAS telah memperingatkan ketegangan di kepulauan Laut China Timur tersebut.
Sebab, sejak lama kepulauan itu telah disengketakan.
Dan itu semakin buruk dengan laporan bahwa China sekarang melakukan operasi pengerukan besar-besaran dengan banyak kapal di wilayah yang diklaim oleh Taiwan tersebut.
Pakar tersebut bersikeras bahwa operasi yang dilakukan oleh Beijing tersebut dapat memicu kemarahan Taipei.
Bahkan dapat memaksa Taiwan untuk bergerak menghadapi China secara terbuka atau berisiko kehilangan kedaulatan atas wilayah yang disengketakan.
"Itu memang menyebabkan sedikit masalah bagi pemerintah di Taiwan," ucapTsang.
"Karena jika mereka tidak melakukan apa-apa, mereka secara de-facto menerima pernyataan Cina tentang hak kedaulatan dan yurisdiksi atas Matsu."
"Bagi mereka, tentu tidak mungkin dilakukan."
Analis melanjutkan: "Maka pemerintah Taiwan tidak punya cara lain selain menghadapi pasukan China."
"Misalnya dengan mengirimkan penjaga pantai Taiwan untuk melindungi perairan tersebut."
"Tapi sikap Taiwan itu bisa dianggap China sebagai konfrontasi yang memicu perang."
"Dan itu bak seperti bunuh diri bagi Taiwan sendiri."
Dilaporkan operasi pengerukan Chinadisebut sebagai kampanye 'zona abu-abu'.
Di mana satu kekuatan dapat menghabiskan sumber daya yang lain tanpa terlibat dalam perang terbuka.
Kapal pengerukan pasir dilaporkan berkerumun di sekitar wilayah yang dikuasai Taiwan seperti pulau Matsu.
Kapal-kapalChina kemudian dapat menggunakan pasir yang mereka kumpulkan untuk proyek konstruksi di daratan di wilayah mereka.
Namun, pejabat dan penduduk Taiwan yang tinggal di pulau Matsu mengaku terkenda dampak yang signifikan.
Ada lebih dari 13.000 orang tinggal di Kepulauan Matsu dan menurut mereka pengerukan membuat sumber daya alam di sekitar pulau berkurang.
Bahkanoperasi tersebut telah mengganggu ekonomi dan merusak kabel bawah laut.
Sementara ada juga kekhawatiran kehidupan laut dapat dirugikan.
Skala kampanye pengerukan sedemikian rupad mulai padatahun lalu.
Hampir 4.000 kapal China diperingatkan untuk menjauh dari perairan yang dikendalikan Taiwan, kata penjaga pantai Taiwan.
Padahal tahun lalu, hanya ada 600 kapal yang diusir pada tahun sebelumnya.