Makin Menggila Kuasa Laut China Selatan Secara Sepihak, China Diklaim Sudah Bangun Pangkalan Militer Permanen di laut China Selatan Tak Peduli Walau Ilegal

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Gambar Ilustrasi - Laut China Selatan
Gambar Ilustrasi - Laut China Selatan

Intisari-online.com - Upaya China untuk mempertegas kekuasaan di Laut China Selatan tampaknya semakin menjadi-jadi saja.

Hal ini diungkapkan dengan kabar soal pangkalan militer yang didirikan oleh China di kawasan itu.

Demi memperkuat pengaruh dan keamanan atas klaim China tersebut, pangkalan militer didirikan oleh China di kawasan itu.

Pasalnya Laut China Selatan bisa menjadi tempat perselisihan lebih lanjut.

Baca Juga: Ribuan Makam Kuno Ditemukan Lagi di China, 1.000 Arkeolog Pun Dikerahkan untuk Gali Peninggalan Budaya di Xian, Rumah Ratusan Pasukan Terakota

China saat ini telah meluncurkan kembali upaya untuk menambah kemampuan militernya.

Express.co.uk memberitakan, Laut China Selatan telah menjadi pusat perselisihan internasional antara China dan beberapa negara lain di kawasan Pasifik Barat selama beberapa dekade.

Beijing mengadopsi sikap yang semakin konfrontatif untuk mempertahankan klaim kedaulatannya, yang berulang kali memicu ketakutan akan bentrokan internasional. Sebab, AS memainkan peran penting sebagai sekutu di kawasan tersebut.

China pada minggu lalu semakin menambah kekhawatiran akan pecahnya konflik setelah citra satelit menunjukkan senjata buatan Mischief Reef sekarang dilengkapi dengan kemampuan militer tambahan.

Baca Juga: Orang Paling Kaya di Bumi Elon Musk Ternyata Juga Meneliti Covid-19, Malah Temukan Fakta Mengejutkan Tentang Penyakit Ini, Bisa Diatasi Tanpa Gunakan Vaksin

Saat ditanya tentang kegiatan Beijing baru-baru ini, pakar politik internasional Dr Jay Batongbacal mengatakan kepada ANC, China pada dasarnya menambahkan peralatan lensa survei, seperti radar, yang sejak awal sudah banyak ditanam terumbu karang.

"Penambahan radar baru tampaknya menunjukkan bahwa mereka benar-benar memperluas kemampuan pulau buatan ini," jelasnya seperti yang dilansir Express.co.uk.

Dia menambahkan, "Dan kemudian fakta itu terus berlanjut meskipun semua yang telah terjadi di seluruh dunia, itu benar-benar menunjukkan niat China untuk benar-benar mengembangkan pulau-pulau buatan ini menjadi pangkalan militer besar-besaran."

Salah satu citra satelit menunjukkan struktur silinder permanen sepanjang 16 meter sedang dalam pengembangan di Mischief Reef. Ini menjadi sinyal bahwa kemungkinan China memasang struktur antena di pangkalan militernya.

Analis citra geospasial Simularity melaporkan tanda-tanda struktur radar yang ditambahkan mulai muncul pada awal Oktober 2020.

"Struktur beton mungkin telah mengalami konstruksi internal tambahan antara 23 November dan 1 Februari 2021," demikian bunyi laporan dari organisasi tersebut.

Baca Juga: Dijuluki Werewolf Karena Memiliki Wajah Penuh Bulu, Siapa Sangka Beginilah Wajah Aslinya Ketika Bulu Disekujur Wajahnya Dicukur Habis

Mischief Reef telah menjadi pusat ekspansi Tiongkok di Laut China Selatan sejak pertengahan 1990-an, ketika Beijing membangun struktur panggung pertama dengan klaim bahwa mereka perlu menyediakan tempat berlindung bagi para nelayan.

Berita tentang bangunan baru di pusat tersebut mendorong Departemen Pertahanan Nasional Filipina untuk memverifikasi kebenaran laporan tersebut sebelum mengomentari kemungkinan penambahan bangunan baru.

Kelompok nelayan Pamalakaya mengecam dugaan pembangunan tersebut, mengutip keputusan pengadilan arbitrase internasional yang memberikan Manila hak berdaulat atas wilayah tersebut.

"Sementara seluruh dunia fokus pada memerangi pandemi global, China bekerja lembur untuk menyelesaikan fasilitasnya di wilayah laut kami," jelas Ketua Pamalakaya Fernando Hicap.

Hicap mengecam keras tindakan tidak berperasaan China yang tidak pernah berhenti di tengah situasi darurat global yang diakibatkan oleh pandemi. "Ini adalah tindakan sewenang-wenang dan langsung mengabaikan sumber daya laut dan zona ekonomi eksklusif kami," tegasnya.

Pada hari Jumat, Ned Price, juru bicara departemen luar negeri AS, mengatakan bahwa AS bergabung dengan Filipina, Vietnam, Indonesia, Jepang, dan negara-negara lain dalam menyatakan keprihatinannya dengan undang-undang penjaga pantai yang baru-baru ini diberlakukan China.

Baca Juga: Virus Corona Saja Sudah Mematikan, Kini Muncul Virus Baru DenganTingkat Kematian Capai 75%, Disebut Berasaldari Kelelawar Juga dan Menyebar Lewat Droplet

“Mengizinkan penjaga pantai untuk menghancurkan struktur ekonomi negara lain dan menggunakan kekuatan dalam membela klaim maritim China di wilayah yang disengketakan, sangat menyiratkan bahwa undang-undang ini dapat digunakan untuk mengintimidasi tetangga maritim RRT,” kata Price.

Bulan lalu, AS mengeluarkan peringatan kepada Beijing untuk berhenti mengintimidasi Taiwan setelah pesawat tempur China terbang ke zona pertahanan udara pulau itu selama beberapa hari berturut-turut.

Pasukan China juga mensimulasikan serangan terhadap kapal induk AS di dekatnya.

Source: Kontan

Artikel Terkait