Intisari-Online.com - Seperti yang kita tahu, China mengklaim 80% wilayah Laut China Selatan sebagai miliknya.
Klaim yang disebut sejumlah negara adalah klaim seenaknya.
Namun sepertinya China tidak main-main.
Tak hanya mengklaim, China juga dilaporkan memiliki pangkalan militer di perairan termahal di dunia.
Dan mereka berniat kembali menambahkemampuan militernya.
Apa lagi yang kini dilakukan pemerintah China beserta militernya?
Express.co.ukmemberitakan, Laut China Selatan telah menjadi pusat perselisihan internasional antara China dan beberapa negara lain di kawasan Pasifik Barat selama beberapa dekade.
Beijing mengadopsi sikap yang semakin konfrontatif untuk mempertahankan klaim kedaulatannya.
Di mana ini berulang kali memicu ketakutan akan bentrokan internasional.
Sebab, Amerika Serikat (AS) memainkan peran penting sebagai sekutu di kawasan tersebut.
China pada minggu lalu semakin menambah kekhawatiran akan pecahnya konflik.
Ini setelah citra satelit menunjukkan senjata buatan Mischief Reef sekarang dilengkapi dengan kemampuan militer tambahan.
Saat ditanya tentang kegiatan Beijing baru-baru ini, pakar politik internasional Dr Jay Batongbacal mengatakan kepada ANC, China pada dasarnya menambahkan peralatan lensa survei.
Seperti radar, yang sejak awal sudah banyak ditanam terumbu karang.
"Penambahan radar baru tampaknya menunjukkan bahwa mereka benar-benar memperluas kemampuan pulau buatan ini," jelasnya seperti yang dilansirExpress.co.uk.
Dia menambahkan, "Dan kemudian fakta itu terus berlanjut meskipun semua yang telah terjadi di seluruh dunia."
"Itu benar-benar menunjukkan niat China untuk benar-benar mengembangkan pulau-pulau buatan ini menjadi pangkalan militer besar-besaran."
Salah satu citra satelit menunjukkan struktur silinder permanen sepanjang 16 meter sedang dalam pengembangan di Mischief Reef.
Ini menjadi sinyal bahwa kemungkinan China memasang struktur antena di pangkalan militernya.
Analis citra geospasial Simularity melaporkan tanda-tanda struktur radar yang ditambahkan mulai muncul pada awal Oktober 2020.
"Struktur beton mungkin telah mengalami konstruksi internal tambahan antara 23 November dan 1 Februari 2021," demikian bunyi laporan dari organisasi tersebut.
Mischief Reef telah menjadi pusat ekspansiChina di Laut China Selatan sejak pertengahan 1990-an.
Saat itu, Beijing membangun struktur panggung pertama dengan klaim bahwa mereka perlu menyediakan tempat berlindung bagi para nelayan.
Berita tentang bangunan baru di pusat tersebut mendorong Departemen Pertahanan Nasional Filipina untuk memverifikasi kebenaran laporan tersebut sebelum mengomentari kemungkinan penambahan bangunan baru.
Kelompok nelayan Pamalakaya mengecam dugaan pembangunan tersebut, mengutip keputusan pengadilan arbitrase internasional yang memberikan Manila hak berdaulat atas wilayah tersebut.
"Sementara seluruh dunia fokus pada memerangi pandemi global, China bekerja lembur untuk menyelesaikan fasilitasnya di wilayah laut kami," jelas Ketua Pamalakaya Fernando Hicap.
Hicap mengecam keras tindakan tidak berperasaan China yang tidak pernah berhenti di tengah situasi darurat global yang diakibatkan oleh pandemi.
"Ini adalah tindakan sewenang-wenang dan langsung mengabaikan sumber daya laut dan zona ekonomi eksklusif kami," tegasnya.
Pada hari Jumat, Ned Price, juru bicara departemen luar negeri AS, mengatakan bahwa AS bergabung dengan Filipina, Vietnam, Indonesia, Jepang, dan negara-negara lain dalam menyatakan keprihatinannya dengan undang-undang penjaga pantai yang baru-baru ini diberlakukan China.
“Mengizinkan penjaga pantai untuk menghancurkan struktur ekonomi negara lain dan menggunakan kekuatan dalam membela klaim maritim China di wilayah yang disengketakan."
"Sangat menyiratkan bahwa undang-undang ini dapat digunakan untuk mengintimidasi tetangga maritim RRT,” kata Price.
(kontan.co.id)