Penulis
Intisari-Online.com - Hampir setahun lamanya kita berjuang menghadapi pandemi virus corona (Covid-19).
Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019.
Lalu menyebar ke seluruh dunia mulai Februari 2020.
Akibatnya, 111.957.494 orang di seluruh dunia telah dinyatakan positif Covid-19 dengan 2.477.839 lainnya kehilangan nyawa.
Saat ini, sebagian besar negara tengah berjuang mengendalikan pandemi. Caranya dengan menyuntikkan vaksin secara massal.
Nah, di tengah situasi mengerikan itu, nyatanya dunia mendapat satu cobaan lagi.
Muncul sebuah virus lain bernama virus Nipah.
Apa itu virus Nipah?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Senin (22/2/2021), para ahli mengatakan virus Nipah merupakan penyakit yang menyebabkan pembengkakan otak.
Dan menurutDr Rebecca Dutch, ketua departemen Biokimia Molekuler dan Seluler Universitas Kentucky, Nipah dapat menjadi penyebab pandemi baru lainnya.
"Beberapa hal tentang Nipah sangat memprihatinkan," kataDr Rebecca Dutch.
“Banyak virus lain dalam keluarga itu menular dengan baik di antara manusia."
"Sehingga dikhawatirkan varian Nipah dengan peningkatan penularan bisa muncul."
“Tingkat kematian untuk virus ini antara 45 persen dan 75 persen tergantung pada wabahnya."
"Data itu jauh lebih tinggi daripada Covid-19."
"Nipah telah terbukti menyebar melalui makanan, serta melalui kontak dengan kotoran manusia atau hewan."
"Masa inkubasi Nipah bisa sangat lama, dan tidak jelas apakah penularan bisa terjadi selama ini."
Dr Jonathan Epstein, wakil presiden untuk sains dan penjangkauan di EcoHealth Alliance, menambahkan bahwa sama seperti virus corona, mereka hanya tahu sedikit info soal virus Nipah
Yang jelas, mereka hanya tahu tentang variasi genetik virus terkait Nipah pada kelelawar.
Tapi tidak tahu dengan pasti bagaimana itu menular di antara orang-orang.
“Sejauh ini, Nipah menyebar karena kontak dekat dengan orang yang terinfeksi."
"Terutama seseorang dengan penyakit pernapasan melalui droplet, dan kami umumnya tidak melihat rantai penularan yang besar."
“Namun, jika diberi kesempatan yang cukup untuk menyebar dari kelelawar ke manusia, dan di antara manusia, strain dapat muncul yang lebih baik beradaptasi untuk menyebar di antara manusia."
Melihat kengerian virus Nipah,Dr Melanie Saville, direktur penelitian dan pengembangan vaksin di Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), memberi peringatan.
Menurutnya, dunia perlu bersiap untuk "yang besar" berikutnya.
Virus Nipah telah ditandai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam daftar patogen yang membutuhkan penelitian dan pengembangan segera.
WHO menyebut, kelelawar pemakan buah adalah inang alami virus.
Ini dapat ditularkan ke manusia dari hewan seperti kelelawar atau babi, atau makanan yang terkontaminasi.
Dan lagi, tidak ada pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk virus Nipah.